Senin, 24 Mei 2010

menjadi guru kreatif

Menjadi Guru Kreatif
Oleh : Ahmad Assastra

Munculkanlah keberanian berpetualang di zaman baru. Beranilah berbeda dengan orang lain. Kendati untuk itu kita siap membayar harga orang yang menertawakan, mengejek dan mengkritik kita.

Manusia adalah unik. Semua dari kita memiliki keunikan tersendiri yang menjadi faktor pembeda dengan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa sejak lahir kita diciptakan Allah untuk menjadi pribadi yang berbeda. Dengan keunikan dan kelebihan yang diberikan Allah kepada setiap individu, maka setiap dari kita adalah masterpiece. Tentunya Allah menginginkan setiap perbedaan itu agar dijadikan faktor kesuksesan dalam hidup. Adakah manusia di dunia ini yang sama dalam segala hal. Sekalipun ada dua orang yang dilahirkan kembar identik, namun secara substansi tetap memiliki perbedaan yang tajam.
Berbeda ternyata sudah menjadi karakteristik manusia sejak lahir. Jika demikian kenapa kita mesti takut untuk berbeda. Sebab perbedaan itulah yang acapkali menjadi penentu kesuksesan seseorang. Ketika ada lomba lari, maka yang jadi pemenangnya adalah yang berbeda dengan kebanyakan pelari, yakni yang paling cepat larinya disaat yang lain lari secara rata-rata. Karenanya janganlah jadi orang yang rata-rata, pesan Mario Teguh dalam bukunya Becoming A Star.
Dalam Qur’an Allah pernah berpesan kepada hambanya untuk bangun malam melakukan salat tahajud disaat rata-rata orang lain sedang terlelap tidur. Orang yang bangun malam adalah orang yang mendapat kedudukan mulia disisi Allah. Ahli tahajud adalah orang yag tampil beda. Kesuksesan dirinya menjadi orang mulia dimata Allah adalah saat dia berani berbeda. Perbedaan yang positif dan konstruktif sering disebut orang sebagai sebuah kreativitas.
Guru kreatif akan menjadikan sekolah yang tidak dilirik orang menjadi memiliki nilai tambah dan kebermaknaan yang tinggi, sehingga akan melahirkan anak-anak didik yang berkualitas dan berjiwa besar. Kelak anak-anak di sekolah dengan sentuhan guru yang kreatif akan menjadi pribadi yang penuh percaya diri dengan kesadaran potensi dirinya dalam meraih sukses hidup mereka. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki nilai tambah dan kebermaknaan sosial. Mereka akan menjadi orang yang selalu didambakan masyarakat karena kemanfaatan dirinya bagi kebaikan masyarakat dimana dia tinggal. Inilah kreatifitas.
Problem psikologis anak-anak di sekolah adalah adanya penyakit inferiority complex pada diri mereka. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Akhirnya mereka merasa malu dan merasa minder dan tak berguna. Mereka kehilangan kepercayaan diri. Bisa jadi mereka punya segudang ide. Namun mereka tak berani menyampaikannya. Inilah awal dari kegagalan di masa mendatang. Namun, mereka tidak sadar. Inilah yang mestinya menjadi fokus guru kreatif di sekolah . Bangkitkan kepercayaan diri mereka baru bicara tentang kreativitas.
Dalam buku Percaya Diri Sepanjang Hari, Abu Al Ghifari memberikan beberapa pedoman bagaimana agar kita menjadi lebih percaya diri. Diantara kiat-kiat itu adalah pertama, evaluasi diri secara obyektif. Kedua, beri penghargaan yang jujur terhadap diri sendiri. Ketiga, positif thinking. Keempat, gunakan self affirmation. Kelima, berani mengambil risiko. Keenam, belajar mensyukuri dan menikmati rahmat dari Tuhan. Dan ketujuh, menetapkan tujuan hidup yang realistik. Guru secara kreatif harus menumbuhkan ketujuh kiat ini dalam diri anak-anak didik.
Orang yang telah memiliki rasa percaya diri sebagaimana ditulis Abu Al Ghifari dalam buku yang sama akan memiliki karakteristik sebagai berikut, bersifat lebih independen, tidak terlalu bergantung kepada orang lain, mampu memikul tanggungjawab yang diberikan, bisa menghargai diri dan usaha diri sendiri, tidak mudah mengalami frustasi, mampu menerima tantangan dan tugas baru, memiliki emosi yang lebih hidup, tetapi tetap stabil dan mudah berkomunikasi serta membantu orang lain.
Sebuah riset yang dilakukan oleh Frontiers of Creativity Research mengemukakan bahwa kreativitas pada dasarnya adalah sebuah konsep yang kompleks dan multidimensi. Karena itu definisi-definisi operasional mungkin sekali tidak dapat dipakai. Torrance telah menekankan pentingnya mempertimbangkan kemampuan, keterampilan, dan motivasi dalam mendefinisikan kreativitas. Jika kita meninjau kreativitas , berbagai makna akan muncul. Namun, makna-makna itu sangat bervariasi potensinya bagi operasionalisasi. Secara umum, kreativitas memiliki beragam makna dan implikasi. Hal ini tercermin dalam keragaman konsepsi dan nilai filosofis tentang bakat kreatif. Pandangan-pandangan tentang kreativitas dapat dideskripsikan dengan menekankan pribadi, proses, produk, dan atau lingkungan. Ada seruan bagi diadakannya upaya sistematis untuk mengintegrasikan teori-teori, dilakukan riset tentang hakekat dari criteria, dan ditemukannya definisi konseptual dan operasional yang lebih tepat. Meskipun terdapat kemajuan dalam ranah ini, tetapi tidak ada teori tunggal yang diterima secara luas.
Dari segi penekanannya (Rhode, 1961) mendefinisikan kreatifitas dalam empat jenis dimensi yakni person, process, press dan product. Makna kreativitas dari dimensi person ini didefinisikan oleh Guilford (1950) dengan creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people. Definisi kreatif dari dimensi proses dikemukakan oleh Munandar (1977) : creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking. Dari dimensi press kreativitas dimaknai oleh Amabile (1983) dengan creativity can be regarded as the quality of product or respons judged to be creative by appropriate observes. Dari sisi dimensi product dikemukakan oleh Baron (1976) bahwa creativity is the ability to bring something new into existence.
Guilford dengan analisis faktornya menemukan lima ciri pemikiran kreatif pertama, kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan. Kedua, keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan dan atau jalan pemecahan terhadap masalah. Ketiga, keaslian (originality) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise. Keempat, penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci. Kelima, perumusan kembali (redefinition) adalah kemampuan untuk mengkaji/menilik kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim. Jika demikian bisa diberikan pengertian secara sederhana bahwa kreativitas adalah melakukan sesuatu dengan cara berbeda.
Dengan demikian siswa di sekolah-sekolah yang mungkin penuh keterbatasan dengan sentuhan tangan guru kreatif akan menjadi sekolah yang diperhitungkan oleh orang lain karena telah melahirkan orang-orang besar dengan jiwa besar yang mampu memancarkan energi positif bagi lingkungan hidupnya. Mereka berkarya untuk kebaikan diri dan bangsanya. Sebuah karya besar yang dilahirkan dari kesyukuran potensi yang diberikan Allah kepadanya. Sebuah karya yang dilahirkan dari rasa kepercayaan diri bahwa dia dilahirkan untuk menjadi bintang. Kemiskinan yang mendera hanyalah sebuah alat pacu dari Allah agar lebih cepat sadar untuk sukses dan mandiri. Guru kreatif telah menghujamkan mental ini dalam jiwa anak didiknya. Dalam dirinya terdapat inspirasi bagi anak didiknya, dalam setiap langkahnya menunjukkan kreativitas, dalam setiap keterbatasan melahirkan kebermaknaan, dalam setiap ucapan terdapat motivasi dan harapan, dan dalam setiap kesederhanaan terpancar jiwa besar. Semoga Anda adalah guru kreatif itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar