tag:blogger.com,1999:blog-16165097556270741762024-03-13T07:59:12.175-07:00REVOLUSIHIJAUahmadsastrahttp://www.blogger.com/profile/07906776347451774301noreply@blogger.comBlogger12125tag:blogger.com,1999:blog-1616509755627074176.post-7696342350505642852016-10-18T05:44:00.001-07:002016-10-18T05:44:30.823-07:00BARAT DAN ISLAM MODERAT <p dir="ltr">*BARAT DAN ISLAM MODERAT* </p>
<p dir="ltr">Ahmad Sastra</p>
<p dir="ltr">Hegemoni wacana neomodernisme dan postmodernisme yang kini dikendalikan Barat telah menyeret kaum muslimin di seluruh belahan dunia kepada jebakan epistemologis yang rumit. Barat sangat serius melakukan kajian tentang Islam dalam perspektif dan paradigma mereka. Sebagian besar cendekiawan muslim telah merasakan hidangan intelektual ini dan menyantapnya dnegan lahap. Akibatnya, justru kaum muslimin masuk dalam jebakan kebingungan intelektual. Dengan metode hermeneutika, lambat laun pemikiran umat tercerabut dari fundamental Islam itu sendiri. Islam Allah dan Rasulullah akan berubah menjadi Islam Barat. <br>
Hermeneutika sebagai produk neomodernisme Barat telah melahirkan neosinkretisme Islam. Neosinkretisme Islam oleh kalangan kampus sering disebut dengan istilah pemikiran Islam modern. Beberapa “pemikiran Islam modern” yang kini tengah merasuki kaum akademisi dan intelektual muslim adalah istilah-istilah “aneh” sebagai hasil interpretasi epistemologis para sarjana studi Islam. Sebut saja misalnya istilah Islam nusantara, Islam moderat, Islam fundamentalis, Islam radikal, Islam inklusif, Islam kebhinekaan, Islam progresif, Islam liberal, Islam sekuler, dan Islam dengan sifat isme-isme lainnya<br>
Istilah-istilah di atas sesungguhnya selain tidak ditemukan jejaknya dalam khasanah sumber hukum Islam, istilah ini juga telah berhasil mengkotak-kotak Islam yang berpotensi menjadi pemicu pecahnya persatuan umat Islam. Bukan hanya itu, kini muncul juga kajian-kajian fiqih kontemporer yang tak kalah membingungkan seperti fiqih lintas agama dan fikih kebhinekaan. Perbedaan ijtihad fiqih ulama-ulama otoritatif terdahulu seperti Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Hanafi dan Imam Hambali bahkan kini dihadap-hadapkan dengan berbagai tuduhan bid’ah dan syirik satu sama lain. Bahkan terjadi juga gerakan intelektual yang menggugat fundamental Islam yang telah baku seperti gugatan ulang terhadap wajibnya haji, gugatan terhadap otensitas dan kandungan isi al Qur’an hingga pelarangan jilbab di sekolah-sekolah. </p>
<p dir="ltr">Menjadi Muslim Sejati<br>
“Islam produk Barat”, mungkin bukan istilah yang tepat dalam menilai perkembangan pemikiran keagamaan ini. Namun, faktanya Barat telah menyebarkan paham-paham aneh yang dikaitkan dengan Islam. Barat yang dimaksud bukanlah letak geografis, melainkan Barat dalam makna pemikiran, ideologi dan peradaban yang sekuleristik dan kapitalistik. Pandangan ini menghendaki Barat harus dikritisi dan bahkan dilawan, karena dianggap sebagai neoimperialisme. Barat, oleh seorang muslim juga sering dianggap sebagai kiblat kemajuan teknologi dan kecanggihan metodologi penelitian.<br>
Oleh Barat, pandangan pertama diberikan julukan sebagai muslim fundamentalis atau radikalis yang harus dimusuhi bahkan diberangus karena dianggap mengancam hegemoni Barat. Sedangkan pandangan kedua diberi julukan sebagai muslim moderat yang harus didukung eksistensinya karena dianggap mendukung dan menguntungkan Barat. <br>
Semestinya seorang muslim melihat Barat dalam sudut pandang Islam yang obyektif, kritis dan syar’i. Barat sebagai ideologi sekuleristik dan imperialistik yang jelas-jelas telah merugikan sebagai besar negeri-negeri muslim jelas harus dilawan. Sementara terkait kemajuan teknologi, masih dalam ranah yang diperbolehkan mengadopsinya. Sebab jika seorang muslim memandang Barat dari sudut pandangan Barat, maka identitas Islam sebagai peradaban dan muslim sebagai komunitas menjadi kabur. Cara pandang muslim dan sisi-sisi konseptual peradaban Islam terdistorsi oleh cara pandang ini. Selain hilangnya identitas kemusliman, cara pandang ini tidak memberikan sumbangan terhadap kemajuan Islam itu sendiri. <br>
Karena itu, seorang muslim mesti berfikir cerdas untuk menyikapi pelabelan istilah-istilah Barat setelah kata Islam. Pelabelan dengan istilah muslim moderat atau muslim radikal dimaknai oleh Barat bahwa jika seorang muslim tidak mendukung Barat, maka akan dicap sebagai muslim radikal yang harus dimusuhi. Ironisnya, banyak kaum muslimin yang mengikuti arus ini, sehingga terjadi kondisi kaum muslimin yang saling mencurigai dan bahkan memusuhi antar sesama muslim. Pelabelan istilah Barat terhadap kata Islam adalah politik adu domba Barat yang harus disadari oleh seluruh kaum muslimin di dunia. <br>
Dalam pandangan al Qur’an, Islam adalah satu. Agama tauhid yang dibawa oleh Rasulullah. Agama sempurna yang meliputi seluruh ajaran kehidupan manusia. Agama kebenaran dan pelurus agama-agama yang telah tersimpangkan. Pelabelan Islam minimal akan mereduksi makna Islam yang komprehensif, maksimalnya justru akan menghilangkan hakekat Islam itu sendiri. Allah menegaskan dalam surat Ali Imran : 19, “ Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” <br>
Menjadi seorang muslim berarti menjadi manusia sesungguhnya (insan kamil) yang memiliki pola fikir dan pola sikap yang sejalan dengan hukum-hukum Allah. Menjadi seorang muslim berarti menjadi seorang yang senantiasa menebarkan kebajikan dan mencegah setiap bentuk kezaliman. Menjadi seorang muslim berarti menjadi seorang yang senantiasa menjalin persatuan dan kesatuan seluruh kaum muslimin di dunia, tanpa terjebak kepada sekat nasionalisme, sebab Islam adalah transnasional. <br>
Muslim sejati adalah muslim kaaffah yang berjuang tegaknya supremasi hukum Allah di muka bumi. Sebab Islam adalah agama sekaligus sistem peradaban. Islam dalam perspektif sistem politik, ekonomi, pendidikan, budaya, keamanan, dan kemasyarakatan adalah sistem terbaik yang ada di muka bumi. Penerapan hukum-hukum Islam secara kaffah akan memberikan kebaikan dan kebahagiaan seluruh manusia. “ Itulah ayat-ayat Allah. Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan Tiadalah Allah berkehendak untuk Menganiaya hamba-hamba-Nya” *(QS Ali Imran : 108)*<br>
Jaminan kesejahteraan lahir batin telah ditegaskan oleh Allah melalui janjiNya dalam surat an Nuur : 55, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.”. <br>
Karena itu, muslim adalah sebuah identitas permanen yang terbentuk dari interaksi dengan sumber hukum Islam yang murni dan holistik. Akan hilang identitas seorang muslim jika telah terkontaminasi oleh virus-virus pemikiran Barat. Akan hilang juga identitas seorang muslim jika mengadopsi Islam secara parsial. Identitas kepribadian Islam adalah perwujudan dari Islam yang murni sekaligus menyeluruh. Dalam al Qur’an, identitas muslim sejati diindikasikan dengan keimanan, ketaqwaan dan amal sholeh. <br>
Jika suatu negeri telah diisi oleh suatu kaum yang memiliki kepribadian Islam kaffah, maka Allah akan menghadirkan sebuah keberkahan hidup yang tiada tara, “Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” *(QS Al A’raf : 96)*<br>
Jika demikian, umat Islam tak perlu menjadi moderat jika ingin ingin berbuat baik, santun dan ramah kepada seluruh manusia, meski beda agama. Sebab Islam memang mengajarkan kebaikan dan memiliki pandangan sendiri terkait sikap terhadap orang lain. Umat Islam juga tidak perlu menjadi radikal jika jika ingin bersemangat memperjuangkan Islam, sebab Islam memang harus diperjuangkan dengan cara-cara yang dicontohkan Rasulullah, yakni dakwah hingga tegaknya supremasi hukum Allah di tengah-tengah masyarakat. <br>
Sebab istilah moderat atau radikal adalah jebakan Barat untuk memecah persatuan kaum muslimin. Yang terpenting adalah menjadi seorang muslim sejati yang kaaffah dan terus membendung virus pemikiran Barat yang merugikan kaum muslimin. Allah telah memilih kaum muslimin sebagai umat terbaik. Allah telah menurunkan kebaikan untuk seluruh manusia agar kaum muslimin menjadi saksi atas hal itu. <br>
Perhatikan firman Allah, “ Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan Itulah Sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa”. *(QS An Nahl : 30)* dan “ Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”. *(QS Al Baqarah : 143)* <br>
Islam adalah agama yang satu dan umat Islam juga umat yang satu. Islam yang benar adalah Islam Allah dan Rasulullah. Islam tidak perlu mendapatkan label dan sifat yang justru akan mereduksi kesempurnaan Islam itu sendiri. Sementara umat Islam bisa jadi memiliki berbagai perbedaan seiring kapasitas yang dimiliki. Jika terpaksa menggunakan istilah moderat, sematkan kepada muslimnya bukan Islamnya. Meski sejak awal telah disebutkan bahwa istilah moderat bukan berasal dari khasanah epistemologi Islam, melainkan dari Barat. Fakta yang tidak terelakkan adalah bahwa dengan berbagai label Barat ini, kaum muslimin semakin terpolarisasi menjadi berbagai kelompok yang saling bertentangan dan terpecah. Semestinya hal ini disadari oleh para cendekiawan muslim di Indonesia. <br>
Usaha bijak dan pengorbanan yang cerdas dari para cendekiawan muslim, pertama kali harus diorientasikan untuk membangun masyarakat yang baik. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang dibangun berdasarkan manhaj Allah. Ketika masyarakat telah mengalami kerusakan total, ketika jahiliyah telah merajalela, ketika masyarakat dibangun dengan selain manhaj Allah dan ketika bukan syariat Allah yang dijadikan asas kehidupan, maka usaha-usaha yang bersifat parsial tidak akan ada artinya. Ketika itu usaha harus dimulai dari asas dan tumbuh dari akar, dimana seluruh energi dan jihad dikerahkan untuk mengukuhkan kekuasaan Allah di muka bumi. Jika kekuasaan ini telah tegak dan kuat, maka amar ma’ruf dan nahi munkar akan tertanam sampai ke akar-akarnya “<br>
Dakwah ini memerlukan keimanan dan pemahaman tentang realitas sebagai hakekat keimanan dan wilayahnya dalam sistem kehidupan. Keimanan dan tataran inilah yang akan menjadikan kebergantungan secara total kepada Allah, serta keyakinan bulat akan pertolonganNya kepada kebaikan serta perhitungan akan pahala di sisiNya, sekalipun jalannya sangat jauh. Orang yang bangkit untuk memikul tanggungjawab ini tidak akan menunggu imbalan di dunia, atau penilaian dari orang lain lain (baca : Barat). Jangan menuruti mereka, meski jumlahnya sangat banyak. <br>
Perhatikan firman Allah, “ Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta terhadap Allah *(QS Al An’am : 116)*</p>
ahmadsastrahttp://www.blogger.com/profile/07906776347451774301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1616509755627074176.post-33328874724488969802016-10-18T05:42:00.001-07:002016-10-18T05:42:43.803-07:00GAGASAN<p dir="ltr">TUGAS INTELEKTUAL MUSLIM</p>
<p dir="ltr">Ahmad Sastra</p>
<p dir="ltr">Indonesia, negeri zamrud katulistiwa yang dianugerahi Allah kekayaan alam yang sangat melimpah. Tidak ada negara di dunia yang memiliki kekayaan alam seperti di Indonesia. Itulah kenapa dari dulu Indonesia selalu menjadi incaran para kolonial, baik kolonialisme gaya lama maupun penjajahan gaya baru. Sementara Indonesia sendiri tidak pernah berdaulat secara ideologis yang menyebabkan bangsa ini mudah diintervensi bahkan dijajah oleh bangsa lain, dari dulu hingga sekarang. Inilah yang menyebabkan negeri ini tidak memiliki martabat. Dalam istilah martabat terkandung nilai kemuliaan, keadaban, kemandirian, kehormatan, dan bahkan disegani oleh orang lain. <br>
Psikologi keterjajahan bangsa ini telah lama mengurat saraf dari generasi ke generasi. Dalam istilah lain bangsa ini dalam kubangan hegemoni dan intervensi kolonialisme. Strategi mencari jalan keluar dari hegemoni dan imperialisme asing inilah yang menjadi tugas pertama para cendekiawan muslim dengan gagasan dan pemikirannya. Sebab tugas pertama seorang mukallaf (muslim) menurut Imam Syafi’i adalah memikirkan kemajuan agamanya. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan potensi cendekiawan muslim yang juga melimpah sudah semestinya Indonesia berdaulat dan bermartabat dari sejak dulu, namun faktanya hingga hari ini bangsa ini justru kian terjajah. Quo Vadis intelektual muslim ? <br>
Dalam Al Qur’an kalimat yang paling banyak diulang yakni sebanyak 31 kali dengan redaksi yang persis sama adalah kalimat yang berkaitan dengan nikmat dan anugerah yang diberikan Allah kepada manusia. Allah menekankan kalimat itu dengan sebuah pertanyaan, “ Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?. Seolah mengindikasikan sebuah sikap yang tidak adanya rasa syukur dalam diri manusia. Sebab faktanya kebanyakan manusia tidak mensyukuri nikmat dan anugerah yang diberikan Allah yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. <br>
Ketidaksyukuran manusia kepada Allah direfleksikan dengan pengabaian nilai dan hukum Allah dalam mengelola bumi dan seluruh kekayaan yang ada di dalamnya yang terkait dengan bidang ekonomi. Pengabaian itu juga terjadi dalam mengelola manusia dalam pola fikir dan pola sikapnya yang terkait dengan bidang sosial, budaya, politik, hukum dan pendidikan. Allah mengingatkan sekaligus mengancam kaum muslimin yang abai terhadap peringatan dan hukum Allah dalam surat Thahaa : 124, “ Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta".<br>
Diantara ayat-ayat pertanyaan tentang kenikmatan yang diberikan kepada manusia dalam surat Ar Rahman , Allah membeberkan berbagai fenomena kosmos, sains dan hubungannya dengan teologi. Adalah penting dan mendesak merealisasikan Islam rahmatan lil’alamin dalam perspektif peradaban bermartabat yang mampu menjadikan bumi Indonesia ini terjaga, maju dan mensejahterakan rakyat, bukan peradaban sekuler apalagi komunis yang anti terhadap aspek teologis. Akibatnya, kini bumi Indonesia diambang kerusakan ekologis dan sosiologis. Padahal Allah telah menata sedemikian sistemik dan sistematis. <br>
Bahkan Allah mengingatkan dalam surat al A’raaf : 85, “ dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". Inilah karakteristik epistemologi Islam yang mengintegrasikan antara fenomena kosmos, sains dan teologis sekaligus. Dalam perspektif inilah peran strategis cendekiawan muslim menemukan relevansinya. Sebab menyandang gelar cendekiawan dan muslim sekaligus berarti mengintegrasikan sains dan teologi secara bersamaan. Cendekiawan muslim bukanlah cendekiawan sekuler parsial namun integratif holistik. <br>
Peradaban Barat dengan landasan epistemologi sekuleristik dan ateisitik telah melahirkan manusia-manusia jahat, rakus dan destruktif demi memenuhi kehausan duniawi dan kekuasaan. Hasilnya adalah sebuah peradaban anti Tuhan yang lebih mengedepankan kebebasan tanpa batas di semua bidang kehidupan. Sains dan teknologi ala Barat sekuler hanya berorientasi materialisme dan mengabaikan nilai dan moral. Dari paradigma sains sekuler inilah awal dari kerusakan bumi dengan sumber daya alamnya hingga kerusakan manusia dengan pemikiran, jiwa dan perilakunya. Allah dengan tegas telah memberikan ilustrasi fakta ini dalam surat ar Ruum : 41, “ telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.<br>
Ada sebuah pertanyaan yang mendasar sekaligus keprihatinan yang mendalam, kenapa bangsa mayoritas muslim ini belum memiliki kedaulatan dan martabat. Umat Islam yang dahulu mencapai puncak kejayaan peradaban, kini hanya tinggal kenangan. Kaum muslimin tak lagi menjadi bangsa yang disegani, sebagaimana dahulu semasa Rasulullah. Islam dan kaum muslim saat itu dan beberapa abad setelahnya begitu disegani oleh siapapun karena kemajuan di bidang sains teknologi, ekonomi, budaya dibawah kekuatan teologinya. Padahal Rasulullah oleh Michael D Hart digambarkan sebagai sosok paripurna peletak peradaban agung, " …kesatuan tunggal yang tidak ada bandingannya dalam mempengaruhi sektor keagamaan dan duniawi secara bersamaan, merupakan hal yang mampu menjadikan Muhammad untuk layak dianggap sebagai sosok tunggal yang mempengaruhi sejarah umat manusia.." <br>
Hilangnya kedaulatan dan martabat ini bermuara pada terpisahnya sains, kosmos dan teologi dari setiap diri muslim. Singkatnya adalah karena sekulerisasi yang telah merasuk ke dalam pikiran dan jiwa kaum muslimin di semua bidang kehidupan seperti sains, politik, budaya, ekonomi, pendidikan, dan sosial. Keprihatinan inilah yang kemudian memunculkan ide untuk menyiapkan kader-kader umat terbaik yang akan meneruskan penegakan kembali peradaban Islam yang telah lama runtuh. Kini umat sedang tidur, namun tidurnya terasa terlalu panjang. Mesti ada kader umat yang menjadi pelopor yang menggali dan mencari mutiara yang hilang. Pemikiran Islam yang dulu menguasai dunia adalah mutiara paling berharga yang harus 'direbut' kembali. Kader pelopor kebangkitan peradaban Islam inilah yang disebut cendekiawan muslim dalam arti yang luas. <br>
Islam adalah manhaj kehidupan bagi kebaikan manusia seluruhnya sebab ia berasal dari sang Pencipta manusia. Islam adalah manhaj kehidupan yang realistik, dengan berbagai susunan, sistematika, kondisi, nilai, akhlak, moralitas, ritual dan begitu juga atribut syiarnya. Ini semuanya menuntut risalah ini ditopang oleh power kekuasaan yang dapat merealisasikannya. Ditopang oleh manusia-manusia amanah dengan ketundukan jiwa secara bulat kepadanya, disertai ketaatan dan pelaksanaan. Allah menegaskan kemuliaan hukumNya dalam surat Al Maidah ayat 50, “ Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?<br>
Karena itu tugas seorang yang menyandang gelar cendekiawan muslim tidaklah ringan di mata Islam. Seluruh cendekiawan muslim, ilmuwan muslim dan para ulama terdahulu telah dengan gamblang memberikan contoh bagaimana mereka menghabiskan waktu demi meraih kemuliaan dan martabat Islam dan kaum muslimin sebagai sebuah bangsa. Dengan seluruh potensi yang dimiliki, para pendahulu telah menoreh sejarah kegemilangan kemajuan Islam yang adil dan beradab bagi seluruh manusia tanpa memandang ras, agama, suku, warna kulit dan bahasa. <br>
Usaha bijak dan pengorbanan yang cerdas para cendekiawan muslim pertama kali harus diorientasikan bagi pembangunan masyarakat yang baik. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang dibangun di atas manhaj Allah. Hal ini relevan dengan kondisi masyarakat negeri ini yang semakin mengalami degradasi sains dan moral. Usaha ini memerlukan keimanan dan pemahaman tentang realitas sebagai hakekat keimanan dan wilayahnya dalam sistem kehidupan. Para cendekiawan muslim harus berani memikul tanggungjawab besar ini tanpa menunggu imbalan duniawi jika masih ingin melihat bangsa ini bangkit dan bermartabat. Bukankah Allah sendiri yang mengkaitkan keimanan suatu masyarakat dengan kesejahteraan dan keberkahan kehidupan, “Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Qs Al A’raf : 96). <br>
Menjadikan Islam sebagai dasar manhaj berfikir dan bertindak menuju bangsa yang bermartabat bukanlah jalan yang pendek dan mudah. Usaha besar ini membutuhkan waktu yang panjang dan usaha yang berkesinambungan. Para cendekiawan muslim mesti berhenti sejenak untuk merenungkan langkah-langkah strategis fundamental yang genuine dan tidak terkontaminasi dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam. Jika konsisten, gerakan peradaban cendekiawan muslim ini, dengan izin Allah akan membawa bangsa ini lebih bermartabat dalam arti yang sesungguhnya. Meski harus disadari juga, bahwa sampai kapanpun kebangkitan peradaban Islam akan terus menuai hambatan dan ujian. <br>
Berapa lama para cendekiawan muslim di Indonesia khususnya akan mampu mengukir bangsa yang bermartabat tidaklah penting. Sebab Allah akan menilai prosesnya bukan hasilnya. Ada baiknya direnungkan apa yang dikatakan oleh Ahmad Y al- Hasan, " Marilah kita meletakkan skenario hipotesis : jika kekuasaan Islam tidak dilemahkan dan jika ekonomi negara-negara Islam tidak dihancurkan, dan jika stabilitas politik tidak diganggu, dan jika para ilmuwan muslim diberi stabilitas dan kemudahan dalam waktu 500 tahun lagi, apakah mereka akan gagal mencapai apa yang telah dicapai Copernicus, Galileo, Kepler dan Newton?. Model-model planetarium Ibn al-Shatir dan astronomer-astronomer muslim yang sekualitas Copernicus dan yang telah mendahului mereka 200 tahun membuktikan bahwa sistem Heliosentris dapat diproklamirkan oleh saintis muslim, jika komunitas mereka terus eksis di bawah skenario hipotesis ini". <br>
Kesadaran mendalam untuk terus memberikan arah dan pencerahan bagi seluruh bangsa ini merupakan amanah abadi yang harus terus dipikul oleh kaum cendekiawan muslim yang lurus. Dengan manhaj Islam yang agung ini, insyaallah bangsa ini akan bermartabat. Sebab bermartabat bukan hanya soal kemajuan dan kedaulatan, namun juga soal kemuliaan[].</p>
ahmadsastrahttp://www.blogger.com/profile/07906776347451774301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1616509755627074176.post-10374790857891311222010-06-28T02:23:00.001-07:002010-06-28T02:42:44.905-07:00MERANCANG EFISIENSI ORGANISASIMERANCANG EFISIENSI ORGANISASI <br /><br />AHMAD ASSASTRA <br /><br />Rasanya baru kemarin kita datang dan bergabung ke Darul Muttaqien. Rasanya kita baru kemarin menginjakkan kaki pertama kali untuk ikut berjuang di Darul Muttaqien. Begitulan karakter waktu, berlalu sangat cepat. Duapuluh satu tahun (21) sudah bersama-sama merasakan suka duka berjuang di lembaga pesantren ini. berbagai tantangan dan cobaan tidak akan pernah berhenti. Bahkan semakin tinggi keimanan seorang muslim, maka akan semakin besar ujian dari Allah. Satu-persatu para pejuang pesantren ini telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Sesungguhnya kita juga akan menyusul dan kini sedang menunggu giliran, cepat atau lambat. Namun demikian, alhamdulillah kita masih istiqamah dan masih diberikan umur panjang hingga hari ini. <br />Lihatlah cermin kehidupan para Nabi dan Rasul, yang sepanjang hidupnya justru diwarnai dengan berbagai ujian dan cobaan yang sangat berat. Padahal mereka adalah hamba-hamba terbaik yang dijamin masuk syurga. Sepanjang hidup mereka diwarnai dengan karya dan prestasi terbaik bagi umat dan dunia. Itulah kenapa para Nabi dan Rasul senantiasa di kenang, sekalipun telah ribuan tahun meninggal. Pertanyaannya adalah : sudahkah kita mewarisi para Nabi dan Rasul ? Sudahkan kita mengukir karya dan prestasi terbaik untuk umat dan dunia seperti mereka. Tidak ada istilah terlambat dalam mengukir kebaikan. Kinilah saatnya kita meneguhkan ulang cita-cita perjuangan umat dan dunia melalui lembaga pesantren Darul Muttaqien ini. <br />Pesantren adalah salah satu entitas sosio-pendidikan yang berdiri untuk berhitmat kepada umat dan bangsa. Pesantren tidak akan bisa dilepaskan dari umat dan bangsa. Maju mundurnya umat Islam di masa mendatang sangat bergantung pada kualitas pendidikan hari ini. Bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Sama halnya dengan kebutuhan papan, sandang dan pangan. Bahkan dalam institusi yang terkecil seperti keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama. <br />Pada awal tahun 1972 ketika program life long education sedang disosialisasikan, kesadaran akan pembangunan manusia ini sudah disuarakan oleh Edgar Faure, ketua The Internasional Commission for Education Development, yang menekankan bahwa pendidikan adalah tugas negara yang paling penting. SDM yang bermutu merupakan prasyarat dasar bagi terbentuknya peradaban yang baik. Sebaliknya, SDM yang buruk secara pasti akan melahirkan masyarakat yang buruk juga.<br />Hanya saja kita melihat pendidikan di negeri ini sangat jauh dari yang diharapkan, bahkan jauh tertinggal dengan negara-negara lain. Indek kualitas SDM negeri ini masih dibawah malaysia. Sistem pendidikan di negeri ini belum mampu melahirkan manusia yang cerdas dan mulia. Para pelajar yang terlibat tawuran, narkoba dan pergaulan bebas mengindikasikan hal tersebut. <br />Apalagi jika kita menfokuskan pada pendidikan agama dan keagamaan (baca : Islam). Tentu kita semua sadar bahwa umat islam yang telah ditegaskan dalam Al Qur'an sebagai umat terbaik menunjukkan fakta yang berseberangan 180 derajat. Umat Islam dalam keterpurukan yang dalam. Pendidikan agama dan keagamaan telah keluar dari orbit. Pendidikan agama dan keagamaan tak lagi mampu merepresentasikan Islam sebagai sebuah peradaban. <br />Rasulullah sebagai seorang nabi juga sebagai seorang guru. Inni bu'istu mualimman. Sesungguhnya Rasulullah diutus untuk menjadi guru dalam arti yang luas. Sebab faktanya dari tangan Rasulullah telah lahir generasi-generasi terbaik umat. Dari tangan Rasulullah inilah lahir para generasi muslim perancang dan penegak kejayaan peradaban islam yang agung. Dari tangan mereka Islam menjadi sebuah kekuatan dunia yang mampu memimpin dunia dengan kemuliaan ajaranya. Islam menjadi sebuah peradaban yang agung selama berabad-abad. <br />Pengaruh perdaban agung yang dibawa Islam telah diakui oleh sejarah selama berabad-abad. Bahkan ketika bangsa Eropa masih dalam kegelapan, Islam telah menjadi sebuah peradaban yang maju dan cemerlang. Hart D Michael salah seorang ilmuwan Barat memberikan sebuah pengakuan ".... kesatuan tunggal yang tidak ada tandingannya dalam mempangaruhi sektor keagamaan dan duniawi secara bersamaan merupakan hal mamapu menjadikan Muhammad untuk layak dianggap sebagai sosok tunggal yang mempengaruhi umat manusia ".<br />Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, kenapa umat Islam kini semakin terpuruk ?. Kenapa Islam tak lagi mampu menjadi sebuah peradaban agung yang memimpin dunia ?. Mengapa pendidikan Islam tak mampu lagi melahirkan generasi-generasi muslim terbaik ?. Ada apa dengan pesantren ? Adakah pendidikan Islam telah mengalami disorientasi ?. Mengapa yang lahir sekarang justru para generasi muslim yang sekuler dan liberal ?. <br /><br />Menyoal Kembali Paradigma Pendidikan Nasional<br /> Indonesia sebagai negeri muslim terbesar dunia harus diakui bahwa kualitas SDMnya masih tertinggal. Menurut Din Syamsuddin, ketertinggalan SDM Indonesia (baca : umat Islam) bisa dilihat dari dua indikasi (1). Masih terdapat kesenjangan antara kualitas dan kuantitas umat Islam dan (2) umat Islam belum sepenuhnya memainkan peranan penting di pentas Nasional maupun Internasional. Jika demikian tidak terlalu salah bila Prof. WF Wertheim dari Belanda mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah 'golongan mayoritas dengan mentalitas minoritas" atau menurut Donald Emmerson dengan istilah ' minoritas aktif dalam mayoritas bilangan'. Bahkan seorang kolonel Belanda pada zaman penjajahan pernah mengatakan bahwa Indonesia adalah bangsa kuli. <br /> Fakta kualitas SDM Indonesia sebagai hasil dari Sistem Pendidikan Nasional masih jauh panggang dari api. Dari sisi keahlian SDM di tingkat ASEAN kecuali Singapura dan Brunai Darusalam, Indonesia masuk dalam kategori negara yang indek pembangunan manusianya (IPM) di tingkat medium, atau tingkat 6 negara ASEAN, satu tingkat diatas Myanmar, Laos dan Kamboja. Bahkan indek pendidikan Vietnam - yang pendapatan perkapitanya lebih rendah dari Indonesia – ternyata lebih baik.<br /> Prestasi India dalam pendidikan dan teknologi sangat menakjubkan. Jika Indonesia masih dibayang-banyangi pengusiran dan pemerkosaan TKI di luar negeri, banyak orang India yang mendapat posisi bergengsi di pasar kerja internasional. Di Amerika 30 % dokter berasal dari India. Tidak kurang dari 250 warga India mengisi sekolah bisnis paling top di AS. Sekitar 40 % pekerja microsoft berasal dari India. (Kompas, 4/9/2004).<br /> Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia adalah pendidikan yang sekuleristik. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi : jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, adfokasi, keagamaan dan khusus. Dalam pasal ini jelas tampak adanya dikotomi pendidikan agama dan umum. Sistem pendidikan yang dikotomis semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia shaleh yang berkepribadian mulia sekaligus mampu menjawab tantangan global.<br /> Tentu menjadi fenomena yang sangat paradok ketika membaca tujuan pendidikan nasional yang bercita-cita melahirkan manusia yang cerdas , beriman dan bertaqwa dikaitkan dengan kenyataan kondisi pelajar yang justru sebaliknya. Secara de facto produk pendidikan nasional (sekalipun tidak semuanya) yang dikomandoi Departemen Pendidikan Nasional terbukti melahirkan generasi cerdas dalam ranah intelektual namun minus dalam ranah moral dan spiritual. Beberapa bulan yang lalu diberitakan di Radar Bogor ada sejumlah siswa SMA yang dirazia dan digeledah polisi, dalam tas mereka ditemukan HP dengan tayangan video porno, senjata tajam dan kondom. Ironis, ini adalah malapetaka pendidikan di negeri ini. <br /> Inilah akibat jika sistem pendidikan menjauh dan membuang nilai-nilai agama sebagai paradigma (sekuler). Jika sebuah negara tidak dibangun diatas landasan nilai-nilai agama yang mulia, maka yang akan terjadi adalah sebuah kehancuran dan bebobrokan. Karenanya MUI dengan tegas mengeluarkan fatwa haram untuk liberalisme, sekulerisme dan pluralisme agama. Sebab kemajuan teknologi yang tidak diikuti oleh kualitas moral melahirkan manusia-manusia rakus dan merusak. Dari ulah tangan merekalah telah terjadi kerusakan di darat dan di laut. Dalam konteks inilah departemen agama mestinya melakukan langkah kepeloporan untuk mereformasi sistem pendidikan nasional yang sekuleristik menjadi satu kesatuan sistem pendidikan nasional dilandasi oleh nilai-nilai luhur agama Islam. Sebagaimana telah dicontohkan oleh kanjeng nabi Muhammad SAW. Bukankah umat Islam mayoritas. Berarti secara demokratis umat Islam berhak mengatur sistem pendidikan nasional berbasis nilai islam. Adakah ini sebuah utopia. Setidaknya ini adalah harapan kita, demi masa depan generasi yang cerdas dan bermoral. <br /> <br />Pendidikan Agama Islam dalam Kubangan Dualisme Kebijakan <br /> Pemberlakuan UU No 22 tahun 2009 tentang otonomi daerah dan PP No 25 Tahun 2000 tentang perimbangan kewenangan pemerintah propinsi sebagai daerah otonomi berpengaruh terhadap sektor pendidikan. Kedua UU ini belum bisa menjadi instrumen untuk menyatukan paradigma pendidikan nasional berbasis nilai luhur Islam. Yang terjadi justru sebaliknya, semakin jauh dari yang kita idealkan. Sesungguhnya otonomi daerah perlu ditinjau kembali sebab tidak semua daerah mampu mengelola daerahnya, terutama kualitas SDMnya. SDM inilah yang menjadi kekuatan inti keberhasilan otda. Sebab merekalah yang akan mengelola SDA yang ada. . Otonomi daerah yang tidak siap juga berpotensi memicu praktek KKN yang lebih parah. Praktek otonomi daerah juga telah terbukti memicu kerawanan sosial. Kasus terbunuhnya ketua DPRD Sumatera Utara menguatkan hal itu. <br />. Secara kelembagaan paradigma sekuleristik pendidikan tampak pada pendidikan agama melalui madrasah, institusi agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama; sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, menengah, kejuruan dan perguruan tinggi dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Ada kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ranah iptek dilakukan oleh depdiknas dan dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama. Paradigma pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius. Agama dipandang sebagai entitas yang perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan seluruh aspek. <br /> Bagaimana mungkin Sisdiknas akan melahirkan manusia yang cerdas beriman dan bertaqwa jika pada Bab X pasal 37 UU Sisdiknas mewajibkan sepuluh bidang mata pelajaran dengan pendidikan yang tidak proporsional dan tidak dijadikan sebagai landasan bagi bidang mata pelajaran yang lain.<br /> Dengan demikian depdiknas tidak akan mampu mewujudkan anak didik yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasionalnya sendiri, yaitu mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jelas yang menjadi akar masalah adalah asasnya yang sekuleristik yang berefek para struktur kurikulum yang tidak memberikan ruang semestinya bagi proses penguatan kepekaan spiritual dan pembentukan kepribadian mulia. <br /> Adapun yang terjadi di madrasah sebagai basis pendidikan Islam yang terjadi juga tidak jauh berbeda. Porsi pelajaran agama belum proporsional dan tidak menjadikan paradigma Islam sebagai landasan pemikiran dalam mengkaji ilmu-ilmu saint. Akibatnya ilmu-ilmu saint di madrasah kering dengan nilai-nilai. Seolah ilmu umum tidak ada landasannya dalam Islam. Padahal bukankah para ilmuwan muslim seperti Ibn Sina adalah produk pendidikan Islam yang integralistik. Bagaimana mungkin madrasah hari ini mampu melahirkan Ibn Sina abad 21 jika yang diberlakukan di madrasah justru dikotomistik. <br /> Namun demikian, Penyetaraan pendidikan agama dan keagamaan dengan pendidikan umum yang tertuang dalam PP No 55 tahun 2007 sesungguhnya belum menuju kepada kondisi ideal yang kita inginkan sebagai umat Islam pengusung peradaban dan kejayaan. Namun demikian PP/55/2007 ini setidaknya menjadi pemicu bagi depag dan madrasah untuk melakukan revitalisasi kurikulum pendidikan agama dan keagamaan sebagai basis paradigma penyelenggaraan pendidikan Islam. Sebab ini adalah peluang dan tantangan tersendiri bagi umat Islam yang ingin membangun generasi unggul masa depan. Disinilah pesantren harus mampu mengambil peran strategis, sebab ini adalah peluang sekaligus tantangan.<br /> Disinilah posisi pendidikan agama dan keagamaan tampak sangat dilematis. Dualisme kebijakan pendidikan oleh Depag di satu sisi yang hanya mengedepankan moral dan depdiknas yang mengembangkan iptek an sich disisi lain telah berpotensi melahirkan generasi muslim yang tidak berkualitas. Pelajar muslim yang sekolah umum maupun madrasah keduanya menjadi generasi setengah-setengah. Dengan kata lain menjadi ulama bukan, ilmuwan juga tidak. Generasi muslim hasil sistem pendidikan yang ada menjadi generasi bukan-bukan. Hal ini diakibatkan oleh sistem bernegara kita yang bukan-bukan juga. Mestinya generasi yang dilahirkan dari rahim sistem pendidikan ini adalah generasi yang ulama dan ilmuwan sekaligus. Generasi yang berilmu sekaligus berakhlak. Indonesia, seperti disinyalir oleh Hidayat Nur Wahid adalah negara yang bukan-bukan. Indonesia tidak berideologi kapitalis seperti Amerika, juga bukan berideologi sosialis seperti China dan parahnya lagi, Indonesia juga bukan negara yang berideologi Islam. Patut dipertanyakan, hendak kemanakah bangsa ini sebenarnya ?. Adakah masa depan cerah bagi negara bukan-bukan seperti Indonesia ini ?. <br /><br />Berguru pada Generasi Muslim Terbaik<br /> Kejayaan umat terdahulu telah menggoreskan kegemilangan dalam berbagai bidang kehidupan baik politik, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan ekonomi. Berbagai peninggalan sejarah telah membuktikan hal tersebut. Selama kurang lebih 1000 tahun Islam telah memimpin dunia dengan landasan aqidah yang lurus. Dari sinilah kemudian lahir sebuah tatanan kehidupan yang penuh kemuliaan dan kemajuan. Ideologi Islam telah menjadi sumber kejayaan yang tidak pernah terbantahkan. <br /> Semangat dan kesungguhan juang para pendahulu kita mestinya hari ini mampu menjadi daya ungkit dan pemicu motivasi kita untuk mewarisinya. Keberanian dan kemuliaan Nabi Muhammad di medan perang, kesungguhan Imam Syafe'i dalam menggali ilmu, kegagahan Uqbah bin Naafi dalam memimpin pasukan Islam, keluasan ilmu Imam Ali bin Abi Thalib, ketegasan Umar bin Khatab, dan kesungguhan para ulama terdahulu dalam menggali dan mengkaji khasanah keilmuwan Islam tercatat dengan jelas dalam lembaran sejarah. <br /> Pada masa kejayaan Islam inilah, lahir para ilmuwan muslim yang telah menjadi inspirasi dan sumber rujukan para ilmuwan barat kini. Di bidang matematika kita mengenal Al Khawarizmi, Abu Kamil Suja', Al Khazin, Abu Al Banna, Abu Mansur Al Bagdadi, Al Khuyandi, Hajjaj bin Yusuf dan Al Kasaladi. Di bidang Fisika kita mengenal Ibnu Al Haytsam, Quthb Al Din Al Syirazi, Al Farisi dan Prof. Dr Abdus Salam. Dalam bidang kimia ada Jabir bin Hayyan, Izzudin Al Jaldaki, dan Abul Qosim Al Majriti. Dalam bidang biologi ada Ad Damiri, Al Jahiz, Ibnu Wafid, Abu Khayr, dan Rasyidudin Al Syuwari. Dalam bidang kedokteran ada Ibn Sina, Zakariyya Ar Razi, Ibnu Masawayh, Ibnu Jazla, Al Halabi, Ibnu Hubal dan masih banyak lagi. Dalam bidang astronomi kita mengenal Al Farghani, Al Battani, Ibnu Rusta Ibnu Irak, Abdul Rahman As Sufi, Al Biruni dan tokoh ilmuwan muslim lainnya. Dalam bidang geografi kita mengenal Ibnu Majid, Al Idrisi, Abu Fida', Al Balkhi, dan Yaqut al Hamawi. Dan dalam bidang sejarah kita mengenal Ibnu Khaldun, Ibnu Bathutah, Al Mas'udi, At Thabari, Al Maqrisi dan Ibnu Jubair. Para generasi muslim terbaik ini selain dikenal sebagai ilmuwan yang diakui oleh dunia, mereka juga adalah para ahli ibadah yang hafal al Qur'an. Luar biasa. <br /> Kini semua ini telah menjadi kenangan. Seolah semuanya berlalu bagai mimpi, yang tinggal bayang-bayang saja. Umat Islam kini telah merosot kedudukannya, bersamaan dengan kemerosotan itu hilang pula kekuatan moral (akhlak) dan daya pikirnya. Sehingga pada siang hari yang cerahpun mereka melihat yang haq sebagai kebhatilan, sedangkan yang bhatil dianggap sebagai sesuatu yang haq dan benar. Kondisi umat hari ini telah menjadikan kebiasaan menjadi kebenaran dan tak lagi terbiasa dengan kebenaran. Ada sebuah keterputusan mata rantai sejarah kegemilangan ini.<br /> Kini umat Islam dalam kondisi terjajah dalam semua bidang kehidupan. Dalam bidang politik, kini umat Islam tak lagi mampu menjadi pemimpin dunia bersamaan dengan runtuhnya Daulah Islamiyah, dari sinilah umat Islam mulai tercerai-berai menjadi berbagai ikatan kebangsaan (nasionalisme), kesukuan dan bahkan kepartaian yang sempit. Para penjajah telah membagi-bagi dunia Islam terkeping-keping dan menjadikannya terkotak-kotak. Dengan senjata demokrasi dan HAM ciptaan barat, umat Islam telah kehilangan segala-galanya. <br />Tidak jarang umat Islam mudah sekali diadu domba dikarenakan tak ada pemimpin umat yang dipatuhi. Ketika umat Islam dibelahan dunia dizalimi dan dibantai, kita bahkan tak bisa berbuat apa-apa. Inilah fakta kondisi umat jika tak ada kepemimpinan. Dalam bidang ekonomi, umat Islam hanyalah menjadi negeri miskin penghutang dan pengemis negara maju, padahal negeri-negeri Islam memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Kekayaan alam telah dikeruk oleh negara-negara maju dengan sistem kapitalistiknya. Padahal dalam Al Qur'an kita dilarang untuk minta bantuan kepada kaum zalim penjajah itu. " Dan janganlah kamu cenderung (minta bantuan) kepada orang-orang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api jahanam. Dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong selain Allah SWT, sehingga kamu tidak akan diberi pertolongan/kemenangan (atas musuh-musuh kalian) (QS. Huud : 113).<br /><br />Kompetensi Global bagi Lulusan Pesantren<br /> Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos dalam The Learning Revolution mengidentifikasi 16 kecenderungan utama yang akan membentuk dunia di masa datang. Keenembelas kecenderungan tersebut adalah : <br /><br />(1) Adanya zaman komunikasi instant. <br />(2) Dunia tanpa batas ekonomi. <br />(3) Empat lompatan menuju ekonomi dunia-tunggal. <br />(4) perdagangan dan pembelajaran melalui internet. <br />(5) Masyarakat layanan baru. <br />(6) Penyatuan yang besar dengan yang kecil. <br />(7) Adanya era baru kesenangan. <br />(8) Perubahan bentuk kerja. <br />(9) perempuan sebagai pemimpin. <br />(10) Penemuan terbaru tentang otak yang mengagumkan. <br />(11) Nasionalisme budaya. <br />(12) Kelas bawah yang semakin besar. <br />(13) Semakin besarnya jumlah manusia. <br />(14) Ledakan praktek mandiri. <br />(15) Perusahaan kooperatif dan <br />(16) adanya kemenangan individu. <br /> <br />Karenanya, sebagai calon generasi muslim penerus, lulusan pesantren/madrasah harus menyadari bahwa fenomena perkembangan kekinian tidak akan pernah bisa dibendung. Kita hanya bisa menandingi atau akan terlindas oleh roda perubahan. Perubahan adalah sebuah keniscayaan dan akan terus menggelinding sampai waktu yang tidak bisa ditebak. Yang menjadi persoalan adalah apakah kita memiliki peran utama dalam perubahan ini atau tidak. Atau bahkan kita hanya menjadi penonton. Apakah generasi penerus yang dilahirkan dari pesantren/madrasah ini akan menjadi pengendali perubahan (agent of change) peradaban dunia ini atau tidak, itu sangat bergantung kepada kita hari ini. Apakah kita mau merevolusi diri atau berdiam diri sambil bernostalgia dengan masa lalu. Bernostalgia dan berkhayal tidak akan pernah memberikan kontribusi apapun dalam pusaran perubahan dunia ini. Kita harus punya peran dan siap fight (tentunya harus menang). Saatnya pesanten memperkuat barisan yang kuat, baik secara konseptual maupun secara personal (baca : sistem dan SDM). <br /> Untuk itu sebagai generasi penerus, para lulusan pesantren/madrasah harus meningkatkan kompetensi dalam rangka menghadapi dan mengendalikan perubahan masa depan. Setidaknya ada 10 kompetensi terkait dengan tuntutan dunia global hari ini. <br />1. Kompetensi lingkungan, yaitu kemampuan memahami lingkungan internasional, atau minimal kondisi negara di mana kita tinggal.<br />2. Kompetensi analitik, yaitu kemampuan untuk menganalisis peluang-peluang untuk diberdayakan demi kemajuan diri dan umat. <br />3. Kompetensi strategik, yaitu kemampuan menyusun dan mengembangkan strategik didasarkan analisa ke depan dan belakang (backward and forward linkages). <br />4. Kompetensi fungsional, yaitu kemampuan untuk merancang program dalam mengantisipasi setiap peluang dan perubahan yang mungkin terjadi. <br />5. Kompetensi manajerial, yaitu kemampuan untuk mengelola setiap kegiatan yang diarahkan pada peningkatan kualitas diri dan umat.<br />6. Kompetensi profesi, yaitu kemampuan menguasai keterampilan secara professional atau keahlian pada suatu bidang tertentu. <br />7. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan dan beradaptasi dengan suasana baru dalam setiap perubahan.<br />8. Kompetensi intelektual, yaitu kemampuan untuk mengembangkan intelektualitas dan daya nalar, yang sangat dibutuhkan agar mampu membangun konsepsi demi tegaknya sebuah peradaban. <br />9. Kompetensi individu, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan menggunakan keunggulan yang dimilikinya, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan tehnlogi, atau keunggulan dalam bidang yang lain. <br />10. Kompetensi perilaku, yaitu kemampuan untuk bersikap baik dalam setiap prilaku sesuai ajaran Islam.<br /><br />Kompetensi ini menjadi sangat penting sebab sistem yang baik tapi jika tidak diiringi dengan kualitas yang baik pula, maka akan menjadi kesia-siaan. Kehebatan sistem normatif yang tertulis dalam Al Qur'an ditunjang dengan kualitas SDM Rasulullah telah melahirkan sinergitas yang maha dahsyat. Begitulah idealnya. Islam telah sempurna dan final. Namun SDM umat Islam sebagai penerus yang belum berkualitas. Untuk itu kitalah orang-orang yang bertanggungjawab mencetak para generasi berkulitas melalui pendidikan Islam di madrasah atau pesantren, atau lebih khusus melalui pendidikan agama dan keagamaan ini. <br /><br />Islamisasi Saint sebagai Alternatif Solusi<br /> Posisi PP No 55 Tahun 2007 dalam konteks keprihatinan rendahnya kualitas lulusan madrasah sesungguhnya belum bisa menjawab cita-cita ideal yang hendaknya dicapai oleh pesantren/madrasah yakni melahirkan generasi ilmuwan yang ulama. Pendidikan agama dan keagamaan mestinya menjadi sebuah ruh yang terinternalisasi dan terintegrasi dalam mata pelajaran saint di pesantren/madrasah. Lebih tepatnya mesti ada langkah islamisasi saint. Tidak mudah memang, merumuskan konsepsi islamisasi saint. Namun demikian ini bukanlah hal yang mustahil. Tinggal kita mau apa tidak. Setiap kemauan yang kuat, maka akan ditemukan jalan keluarnya. Sebab dengan islamisasi saint akan terintegrasi antara iptek dan imtaq yang kemudian akan melahirkan generasi ulama yang ilmuwan atau ilmuwan yang ulama. <br /> Dalam bidang keilmuwan diperlukan sebuah langkah-langkah islamisasi ilmu pengetahuan yang menyeluruh. Sebab ilmu pengetahuan yang akan menjadi landasan berfikir para siswa pesantren/madrasah yang nota bene sebagai seorang muslim. Setidaknya ada lima agenda besar dalam islamisasi ilmu pengetahuan ini. Pertama, penguasaan disiplin ilmu modern. Kedua, penguasaan warisan ilmu pengetahuan Islam. Ketiga, menentukan relevansi Islam dengan setiap bidang ilmu pengetahuan modern. Keempat, mencari sintesis-kreatif antara warisan ilmu pengetahuan Islam dengan ilmu pengetahuan modern. Kelima, memberikan arah bagi pemikiran Islam ke jalan yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT. <br /> Adapun langkah-langkah penting dalam rangka islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al Faruqi setidaknya ada 12 langkah : <br />1. Menguasai dan ahli dalam disiplin ilmu pengetahuan modern : penguraian kategori, prinsip, metodologi dan tema. <br />2. Tinjauan disiplin ilmu pengetahuan baik yang terkait dengan asal-usul, perkembangannya, metodologinya, serta keluasan visinya yang kemudian disepakati identitas, sejarah, tipologi dan obyek yang akan diislamisasikan. <br />3. Menguasai warisan Islam, sebagai titik tolak ontologi dengan cara menerbitkan sebagai rujukan. <br />4. Menguasai warisan Islam sebagai tahap analisis agar jelas dalam upaya menggali visi Islam yang telah digagas oleh para pendahulu menjadi aturan-aturan praktis. <br />5. Penentuan penyesuaian Islam yang khusus terhadap disiplin-disiplin ilmu pengetahuan. Dengan demikian akan terlihat seberapa besar sumbangan Islam terhadap ilmu pengetahuan modern dan perlu dilakukan pelengkapan jika ada yang belum tersentuh. <br />6. Penilaian kritis terhadap disiplin ilmu pengetahuan modern, hakekat dan kedudukannya saat ini. <br />7. Penilaian kritis terhadap warisan intelektual ilmuwan Islam dalam perkembangan saat ini. <br />8. Kajian masalah utama umat Islam yang sedang tertidur panjang ini. Sehingga dari seluruh bidang kehidupan (ipoleksosbudhankam) umat Islam terpuruk. <br />9. Kajian yang dihadapi umat manusia mengingat Islam adalah rahmatan lil'alamin. Artinya penerapan Islam adalah amanah untuk kebaikan jagat raya seluruhnya. <br />10. Analisis kreatif dan sintesis untuk membuat lompatan kreatif pemikiran Islam. Suatu metode baru harus dilahirkan oleh Islam sebagai antitesis peradaban barat yang destruktif untuk membangun kembali kemuliaan peradaban berdasarkan aqidah Islam. <br />11. Membentuk kembali disiplin ilmu modern dalam kerangkan kerja Islam isalnya berupa buku teks pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi.<br />12. Pendistribusian ilmu yang telah diislamisasi kepada semua kalangan.<br /><br />Acara raker pesantren hari ini adalah bagian penting dari proses dan langkah kecil dari 'proyek raksasa' islamisasi saint ini. Karenanya hendaknya kita sebagai generasi penerus umat untuk terus memupuk optimisme dalam rangka membangun kualitas diri agar kelak bisa memberikan kontribusi konstruktif bagi kemajuan umat Islam di masa mendatang. Saatnya umat Islam mandiri, dan tidak lagi bergantung kepada orang lain. Amien Rais pernah mengatakan bahwa kita ini adalah cucu-cucu dari Panglima Polim, Sultan Hasanuddin, Pangeran Diponegoro dan Mohammad Natsir (pen). Mereka adalah singa-singa bermental baja yang berani menetang dan melawan kaum penjajah. Saat ini kita bermental kerdil, terjajah seperti kelinci. Umat telah turun-temurun terjajah, sehingga akan memberikan pengaruh psikologi sebagai orang terjajah yang tidak peka. Tatkala melihat transfer sumber daya alam ke asing, masyarakat hanya pringas-pringis. Kini kemandirian itu telah hilang. Anehnya masyarakat Indonesia tidak sadar jika dirinya sedang dijajah. Islamisasi saint adalah langkah awal dari refleksi kemandirian itu. <br /> Merespons dan menindaklanjuti PP no 55 tahun 2007 dengan langkah-langkah islamisasi saint bukan pekerjaan ringan. Sebab sampai hari ini belum tercatat negara muslim yang telah berhasil melakukannya dengan baik. Belum didapatkan konsepsi yang integral tentang islamisasi saint ini. Al Faruqi telah meletakkan dasar epistimologi, tinggal bagaimana kita menjabarkan dalam ranah aksiologi. Pesantren/madrasah bekerja sama dengan pemerintah dalam hal ini mesti menjadi pelopor 'proyek raksasa' ini.<br /><br />Saatnya Pesantren jadi Pelopor<br /> Sebuah pepatah Arab mengatakan bahwa barang siapa tahu akan jauhnya perjalanan, maka bersiaplah dengan bekalnya. Pepatah ni sangat tepat jika dianalogkan dengan perjuangan kita di pesantren ini, demi kemajuan umat dan agama. Beratnya tantangan masa depan, beratnya godaan dan tingginya persaingan mengharuskan kita untuk menyiapkan bekal yang cukup. Sebab perjalanan ini begitu panjang, perjalanan perjuangan tak berujung. Hanya kematian yang mampu menghentikan langkah-langkah perjuangan kita. <br /> Oleh karenanya melalui raker yang kita gagas hari ini, semoga dapat menyegarkan kembali niat tulus kita untuk berbakti kepada Allah dengan cara memperjuangkan agamaNya melalui lembaga pesantren darul Muttaqien ini. saatnya Darul Muttaqien menjadi pelopor kebangkitan pesantren di Indonesia. Saatnya kita meneguhkan ulang visi misi yang kita canangkan. Saatnya kita menyatukan langkah dan pemahaman untuk memajukan Darul Muttaqien agar lebih baik. Bagaimana mungkin pesantren ini akan maju jika paradigma berfikir kita tentang visi dan paradigma pendidikan pesantren berbeda-beda satu dengan yang lain. Apalagi jika visi dan misi lembaga tidak dipahami dengan baik dan benar. Entah apa jadinya nasib Darul Muttaqien di masa mendatang. Kini maju mundurnya Darul Muttaqien ada di pundak kita semua. Ini adalah amanah besar yang haurs kita jalankan. Pertanggungjwaban kita bukan dihadapan manusia, melainkan langsung dihadapan Allah kelak. Semoga kita termasuk orang-orang pilihan yang amanah. <br /> Pada intinya semoga raker kali ini kita mampu merevitalisasi visi yang telah ada dan merekonsiliasi paradigma berfikir kita agar memiliki pemahaman yang sama untuk kemudian melahirkan kemajuan lembaga di masa mendatang. Itulah sebabnya kenapa tema raker kali ini adalah Merancang Esisiensi organisasi untuk Darul Muttaqien yang lebih baik. <br /><br />Paradigma Perubahan : Merancang Efisiensi<br /> Tahun ini diharapkan akan muncul ide-ide baru yang cemerlang demi kemajuan lembaga ke depan. Hal ini penting karena tantangan lembaga pendidikan Islam bukan tambah ringan, melainkan semakin berat. Karena secara organisatoris diperlukan juga sebuah kepengurusan yang lebih efektif dan efisien. Birokrasi organisasi tidak terlalu panjang, ramping tapi efektif untuk mencapai sasaran. Konsekuensinya akan ada penambahan program kerja di tingkat lini, seperti para kepala sekolah dan kepala bagian. Sebab menghilangkan biro dalam struktur akan sangat berpengaruh pada mekanisme organisasi dan perubahan pola kerja kepala sekolah dan kepala bagian yang notabene sebelumnya ada dalam kordinasi biro. Begitupun dengan dihilangkannya lembaga litbang, maka otomatis kerja pengembangan program dan SDM guru sepenuhnya akan menjadi tanggungjawab dan program kerja para kepala sekolah.<br /> Kebijakan ini merupakan evaluasi selama enam tahun kebelakang. Kelebihan dari kebijakan ini adalah adanya peluang kewenangan yang lebih besar diberikan kepada kepala sekolah dan para kepala bagian. Begitupun kewenangan bagian keuangan yang otomatis akan menjadi pengendali sepenuhnya keuangan lembaga, yang sebelumnya dibawah koordinasi biro administrasi umum. Dengan demikian keuangan otomatis menjadi bendahara lembaga, tanpa mengubah sistem keuangan yang sentralistik. Begitupun sekretaris pimpinan merangkap menjadi sekretaris lembaga yang memiliki kewenangan di tingkat manajemen organisasi. Tentunya kewenangan keuangan dan sekretaris tetap dalam koridor aturan lembaga dan dibawah kebijakan pimpinan pesantren. <br /> Memaknai kurikulum terpadu dalam perspektif perubahan organisasi pada prinsipnya diberikan kewenangannya kepada para kepala sekolah untuk merancang ulang atau merevitalisasi sesuai visi misi setiap lini pendidikan baik TMI, SMPIT, SDIT, RA maupun diniyah. Pada dasarnya makna dari kurikulum terpadu adalah kesatuan sistemik dalam semua proses pembelajaran dan kegiatan kependidikan. Tidak ada satu kegiatanpun di pesantren ini yang terpisah, satu sama lain saling terikat dan saling melengkapi/ menunjang. Adapun bidang-bidang non pendidikan yang dikomandoi oleh para kelapa bagian merupakan daya dukung utama yang akan mempercepat proses terwujudnya visi misi lembaga yang telah dicanangkan bersama. Karenanya tidak ada yang tidak penting di pesantren ini. Semuanya penting dan saling melengkapi dan mendukung. <br /> Karenanya perubahan organisasi ini menuntut kepala sekolah dan kepala bagian untuk lebih fokus pada tingkat manajerial dan konseptual. Adapun wakasek dan kepala-kepala lini fokus pada tataran teknis operasional. Kepala sekolah, kepala pengasuhan dan kepala bagian sebagai manajer harus memberikan kerangka kerja yang jelas dan sistemik berupa kebijakan-kebijakan yang mendorong bawahan untuk selalu bergerak. Para pimpinan juga harus selalu fokus pada pengembangan konseptual untuk lembaga yang lebih maju dan berkualitas di masa mendatang. Agar terukur, maka semua proses pengembangan harus dilaporkan untuk dievaluasi setiap triwulan oleh pimpinan pesantren. Dengan demikian organisasi akan tampak lebih efisien dan terukur.<br /> Efisiensi organisasi juga bisa diindikasikan dengan kondusifnya komunikasi organisasi internal bagian maupun lintas bagian. Rapat dan pertemuan-pertemuan setiaqp bagian harus dilakukan semaksimal mungkin hingga tercipta budaya kerja yang kondusif. Budaya kerja yang kondusif akan meningkatkan sikap positif, produktif dan kontributif. Ketiga sikap ini akan berbanding lurus dengan kemajuan dan kualitas lembaga. <br /> Perubahan struktur organisasi dalam konteks ini jangan menjadi alasan baru dalam penurunan kinerja, mestinya justru menjadi motivasi baru dalam mengeksplor potensi diri agar lebih berkembang dan maju. Karenanya setelah ditetapkan struktur baru, semua pejabat struktural harus segera melakukan langkah-langkah manajerial strategis berupa perencanaan dan pengorganisasian. Visi misi lembaga dan bagian harus segera disosialisasikan kembali kepada semua anggota organisasi. Termasuk mensosialisasikan perubahan organisasi yang ada. Para pimpinan harus segera membentuk struktur kepengurusan yang baru dan mendata semua kondisi bagian sebagai laporan awal kepada pimpinan pesantren. <br /> Efisiensi pada dasarnya adalah langkah rasionalisasi organisasi dalam rangka mencapai visi lembaga secara lebih simpel. Karenanya diperlukan fokus yang tinggi dari setiap kelapa bagian baik akademik maupun non akademik. Bagian pengasuhan mestinya menjadi pengasuh yang memiliki fokus kerja di pengasuhan. Sebab program keasramaan merupakan ujung tombak lembaga pendidikan model pesantren. Pengasuhan harus mulai menata manajemennya dengan profesional dengan SDM pengelola yang berkualitas dan terlatih. Karenanya seorang kepala pengasuhan kedudukannya sama dengan kepala sekolah, hanya beda ranah kerja. Oleh karenanya efisiensi menuntut pengasuhan untuk tidak banyak mengajar di kelas apalagi rangkap jabatan wali kelas, ini tidak akan efisien dan tidak akan mencapai titik optimal kinerja. Secara filosofis sebenarnya pengasuhan itu mewakili bagian wakasek bidang kesiswaan mengingat pengasuhan menangani kegiatan ekstrakulikuler siswa. Jika pengasuhan optimal kinerjanya dan fokus, maka wakasek kesiswaan bisa saja dihapuskan. Jikapun harus mengajar, pengasuhan mungkin hanya dua hari mengajar, selanjutnya harus fokus mengurus keasramaan. Begitu juga kepala sekolah harus fokus pada manajemen sekolah, tidak boleh rangkap jabatan dengan wali kelas atau wakasek misalnya. Sekali lagi efisiensi menuntut fokus. Hal ini berlaku juga untuk bagian-bagian lain seperti keuangan, humas, sekretaris dan bagian-bagian lainnya. Mereka harus fokus pada tugas masing-masing. Rangkap jabatan hanya bisa dilakukan jika sangat darurat dan tidak tumpang tindih hak dan kewajiban. <br /> Adapun bagian penilik dalam perspektif perubahan organisasi Darul Muttaqien adalah sebagai mitra strategis bagai sekolah untuk menggagas program-program inovatif demi kemajuan lembaga di masa mendatang. Adapun bagian humas dan kerja sama juga merupakan mitra strategis bagi lembaga keseluruhan agar tercipta jejaring yang lebih baik dibawah kordinasi sekretariat. Jejaring yang kuat akan menjadi promosi gratis yang sangat efisien. Karenanya, bagian humas dan kerjasama harus menjalin komunikasi dengan seluruh elemen lembaga (stake holder) seperti orang tua siswa, rekanan bisnis, alumni, pemerintah, masyarakat, tokoh-tokoh, lembaga-lembaga pendidikan, lembaga-lembaga ekonomi dan sosial, dan lain sebagainya. Penilik dan humas akan menjadi mitra sinergi bagi sekolah dan bagian lain. <br /><br />Setia pada Visi<br /> Salah satu cara untuk membangun efisiensi kinerja organisasi adalah kesetiaan anggota organisasi pada visi lembaga yang telah ditetapkan bersama. Sebab seringkali ketidakefisienan proses dan kinerja organisasi adalah jika aktivitas itu tidak dilandaskan oleh visi yang ada. Bagaimana bisa dikatakan efisien jika visi menyuruh ke barat sedangkan para anggota malah berjalan ke timur. Mungkin satu saat akan sampai juga pada titik visi, nemun membutuhkan waktu yang terlalu panjang alias tidak efisien. <br /> Membangun efisiensi juga bisa diwujudkan sebuah sinergitas antar bagian dalam organisasi itu. Antar organisasi saling bekerja sama, bukan malah saling menjatuhkan. Antar bagian sesungguhnya adalah potensi dan kekuatan. Dengan membangun kerja sama antar bagian berarti organisasi tersebut telah menghimpun kekuatan internal demi tercapainya visi lembaga lebih cepat. Bagaimana mungkin sebuah partai akan menang jika di dalam tubuhnya terjadi perpecahan antar anggota organisasi.<br />Dalam sebuah organisasi tentu ada konflik dan resistensi. Ini adalah hal yang wajar. Dalam literatur ilmu perang kuno Sun Tzu (500 BC) kita belajar bahwa untuk memenangkan sebuah peperangan "know the situation, know the circumstances", yakni kenali dirimu, kenali musuhmu, dan lihatlah situasi. Kita hanya akan bisa menyusun strategi dan menag, saat kita jelas betul apa yang kita perjuangkan, tahu luar dalam kekuatansekaligus kelemahan yang kita miliki. Sebaliknya, bagaiman kita bisa menag jika kita tidak paham apa kesamaan dan perbedaan kita dengan lawan, serta kelemahan dan kekuatan. <br />Filosofi Sun Tzu juga mengatakan bahwa," the supreme art of war is to subdue the enemy without fighting". Kemenangan terbesar bukanlah keberhasilan menaklukkan, tetapi mengelola konflik untuk menciptakan suasana yang lebih baik bagi keseluruhan humanitas. Karenanya kepemimpinan yang bijak akan mengelola konflik menjadi satu kekuatan tersendiri untuk mewujudkan kemajuan lembaga. Tidak mudah memang. Tapi yang pasti pola kepemimpinan dalam menangani konflik akan menjadikan faktor efisiensi organisasi juga. . <br /> <br /><br />Penutup <br /> Pekerjaan besar hanya akan bisa dilakukan oleh orang-orang besar. Orang besar adalah orang yang selalu bersungguh-sungguh mengubah dirinya menjadi lebih baik. Dia bersabar dan dan tidak mudah putus asa. Semoga kita semua termasuk generasi terbaik pilihan Allah. Semoga dari usaha kita hari ini terlahir generasi Islam terbaik yang akan mewarnai dunia dengan cahaya peradaban Islam yang agung. Melalui pesantren/madrasah inilah kita akan memulai. Dari pendidikan agama dan keagamaan inilah kita akan bertolak. Dengan konsepsi islamisasi saint inilah kita melangkah. Seribu meter perjalanan harus dimulai dengan satu langkah kedepan. Siapa lagi kalau bukan kita dan kapan lagi kalau bukan sekarang. Selamat berfikir, semoga Allah meridhai usaha kita semua.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Ahmad, Zainal Abidin. 1974. Negara Adil Makmur Menurut Ibnu Siena, Jakarta : Bulan Bintang. <br />Albrecht, Karl. 1983. Pengembangan Organisasi : Pendekatan system yang menyeluruh untuk Mencapai Perubahan Positif dan dalam setiap Organisasi Usaha, Bandung : Penerbit Angkasa<br />Alma, Buchori. 2003. Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan. Bandung : Penerbit Alfabeta <br />Amin, Mahrus. 2008. Dakwah melalui Pondok Pesantren : Pengalaman Merintis dan Memimpin Darunnajah Jakarta. Jakarta : Penerbit Grup Dana.<br />Annabhani, Taqiuddin. 2001. Peraturan Hidup dalam Islam. Bogor : Thariqah Izzah.<br />Antonio, Muhammad Syafii. 2007. The Super Leader Super Manager. Jakarta : Tazkia Multimedia dan Pro LM<br />Arcaro, Jerome S. 2006. Pendidikan Berbasis Mutu : Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan. Jakarta : Pustaka Pelajar.<br />Arep, Ishak dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti.<br />Armush, Ahmad ratib. 2006. The Great Leader, Strategi dan Kepemimpinan Muhammad SAW. Jakarta : Embun Publising.<br />Azzaini, Jamil, Farid Poniman dan Indrawan Nugroho. 2006. Kubik Leadership, solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup. Jakarta : Hikmah Zaman Baru.<br />Bacal, Robert. 2002. Performance Management : Memberdayakan Karyawan, meningkatkan Kinerja Melalui Umpan balik, Mengukur Kinerja. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. <br />Bennis, Warren dan Michael Mische, 1996, Organisasi Abad 21, Reinventing Melalui Reengineering, Jakarta : PT Pustaka Binamah Pressindo. <br />C, Nevizond. 2007. Profil Budaya Organisasi. Bandung.<br />DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Jakarta : Kaifa. <br />Dessler, Gari. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Klaten.<br /> Dubin, R., et.al. 1965. Leadership and Produktivity, Chandler Publising Company.<br />Dryden, Gordon dan Jeannette Vos. 2001. Revolusi Cara Belajar. Bagian II : Sekolah Masa Depan. Jakarta : Kaifa <br />Effendi. R. 1990. Budaya Organisasi. Jakarta : Prisma<br /><br />Feinberg, Mortimer R, Robert Tanofsky dan John J Tarrant, 1996, Psikologi Manajemen, Jakarta : Mitra Utama<br />Handoko, T Hani. 1985. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Yogyakarta : Liberty. <br />Hafidhuddin, Didin. 2006. Agar layer Tetap Terkembang, Upaya Menyelamatkan Umat. Jakarta : Gema Insani Press. <br />Hasibuan, Malayu SP. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia : Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara<br />Hubeis, Musa. 2005. Manajemen Kreatifitas dan Inovasi dalam Bisnis. Jakarta : Hecca Publising. <br />Hesselbein, Frances. Et al (editor). 2001. The Organization of the Future. Jakarta : Alex Madia Komputindo.<br />Iqbal, Muhammad. 1966. Membangun Kembali Pemikiran Agama dalam Islam. Jakarta : Tintamas. <br />Kasali, Rhenald. 2005. Change. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.<br />Luth, Thohir. 1999. Mohammad Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. Jakarta : Gema Insani Press. <br />Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning : Handbook, Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta : Kaifa.<br />Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.<br />Ndraha, Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. <br />Poerwanto. 2008. Budaya Perusahaan. Jakarta : Pustaka Pelajar.<br />Poster, Cyril. 2000. Gerakan Menciptakan Sekolah Unggulan. Jakarta : Lembaga Adidaya Indonesia.<br />Purwanto, Agus Joko, et.al. 2000. Teori Organisasi. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.<br />Rahman, Jamal Abdur. 2005. Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah SAW. Bandung : Irsyad Baitus Salam.<br />Robbins, Stephen P, 2003, Perilaku Organisasi : edisi kesepuluh. Jakarta : Indeks<br />Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran : untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Jakarta : Alfabeta.<br />Sallies, Edward. 2006. Total Quality Management in Education : Manajemen Mutu Pendidikan. Jakarta : IRCiSoD<br /><br />Shaleh, Abdul Rahman. 2003. Psikologi Organisasi : Bagian Pertama bahan Ajar. Jakarta : Fakultas Tarbiyah dan Kependidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. <br />Sukarta, Mad Rodja. 2008. Catatan untuk Para Pejuang : Sebuah Refleksi tentang Pemikiran Pendidikan dan Keagamaan. Bogor : Darul Muttaqien Grafika Press.<br />Sukmalana, Soelaiman, 2006, Perilaku Organisasi : Modul Kuliah, Program Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen.<br />------------------, 2007. Manajemen Kinerja : Langkah Efektif untuk Membangun, Mengendalikan, dan Evaluasi Kerja. Jakarta : PT. Intermedia Personalia Utama. <br />-----------------, 2007. Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis : untuk Mencapai Keunggulan Bersaing. Jakarta : PT. Intermedia Personalia Utama.<br />Tjakraatmadja, Jann Hidayat dan Donald Crestofel Lantu. 2006. Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar. Jakarta : School of Bussiness and` Management Institut Teknologi Bandung.<br />Luthan, F, 1995. Organizational Behavior, Sevent Edition, Mc. Graw- Hill International Editioan.<br />Tika, Mohammad Pabundu. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta : Bumi Aksara.<br />Tilaar, HAR. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional : kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung : Remaja Rosdakarya.<br />Uwes, Sanusi. 1999. Manajemen Pengembangan Mutu Dosen. Jakarta : Logos. <br />Zarkasyi, Abdullah Syukri. 2005. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Jakarta : Rajawali Press. <br />Zarkasyi, Imam. 1975. Materi Khutbatul ‘Arsy. Gontor : Darussalam Press.ahmadsastrahttp://www.blogger.com/profile/07906776347451774301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1616509755627074176.post-68113258872717721162010-06-28T02:23:00.000-07:002010-06-28T02:24:07.858-07:00MENAKAR ORGANISASI PESANTRENMENAKAR ORGANISASI PESANTREN<br /><br />AHMAD ASSASTRA<br /><br />Kebatilan yang terorganisir akan bisa mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisir<br />(Ali Bin Abi Thalib)<br /><br /><br /><br />Manusia selain sebagai individu adalah makhluk sosial. Dimensi sosial manusia ditandai dengan saling kebergantungan satu dengan yang lain (interdependensi). Dalam menjalani kehidupan, seseorang akan selalu terkait dengan orang lain, baik langsung maupun tidak langsung. Sebab dalam memenuhi tujuan hidupnya, manusia akan melibatkan orang lain. Tidak mungkin semuanya dilakukan sendiri. Jika satu saat kita mau makan nasi, maka otomatis kita harus membeli beras di pasar. Itu artinya kita membutuhkan keberadaan penjual beras. Untuk mendapatkan beras yang akan dijual, seorang pedagang beras membutuhkan keberadaan petani padi. Untuk menanam padi agar subur, seorang petani membutuhkan keberadaan penjual pupuk. Begitu seterusnya.<br /> Dimensi sosial manusia yang ditandai dengan saling kebergantungan ini biasanya membutuhkan apa yang disebut katarsis atau sarana penyaluran. Dalam konteks pemenuhan tujuan biologis, seseorang akan menikah untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya. Terbentuklah sebuah keluarga. Dalam konteks pemenuhan tujuan sosial yang lebih luas, sebuah keluarga akan membuat sebuah perkumpulan antarkeluarga yang diikat dengan berbagai peraturan. Terbentuklah sebuah masyarakat. <br /> Institusi keluarga dan masyarakat terdiri dari individu-individu yang saling bergantung untuk memenuhi tujuan bersama. Institusi inilah yang kemudian disebut dengan istilah organisasi. Jadi pada dasarnya lahirnya sebuah organisasi adalah refleksi dari pemenuhan kebutuhan sosial manusia. Jadi dimana ada sebuah perkumpulan orang dengan ikatan tertentu untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka dengan sendirinya mereka sedang memasuki sebuah organisasi, seberapapun ukuran organisasi itu. <br /> Dr. Muhammad Yusuf Musa yang dikutip oleh Zainal Abidin Ahmad menuturkan bahwa rumah tangga atau keluarga sebagai ikatan hidup adalah bentuk organisasi terkecil yang yang pertama ditegakkan oleh manusia, yang paling kurang terdiri dari laki-laki (suami), wanita (istri), anak-anak dan pembantu. Sedangkan organisasi yang lebih besar adalah sebuah negara dengan ikatan resmi yang menghubungkan segenap manusia sebagai warga negara. Jika demikian organisasi memiliki peran yang sangat penting dalam merealisasikan tujuan sosial. Meminjam istilah Warren Bennis , seorang professor dari Dubell Distinguished Of management Universitas Of Southern California dengan ungkapan bahwa persoalan organisasi bukanlah persoalan kecil. Prof. Warren melakukan penelitian bahwa 95 % tenaga kerja Amerika Serikat bekerja dalam kerangka organisasi, dan hanya kurang dari 5 % yang bekerja untuk dirinya sendiri. Misalnya bekerja dalam badan hukum, pemerintahan dan perusahaan. <br /> Ketika manusia telah mengenal organisasi, dan aktif didalamnya muncul kebutuhan baru. Kebutuhan baru itu terkait dengan sebuah pertanyaan : bagaimana mempertahankan organisasi itu agar terus bertahan dan mencapai tujuan yang diharapkan bersama. Dari pertanyaan ini muncul pula pertanyaan bagaimana menyepakati sebuah nilai-nilai yang bisa dijalankan secara kolektif oleh semua anggota organisasi tersebut. Dari sinilah kemudian muncul apa yang disebut dengan budaya organisasi. <br /> Dengan demikian antara budaya dan organisasi adalah dua hal yang tidak mungkin dipisahkan. Keduanya adalah setali mata uang. Artinya dimana ada sekelompok orang yang membentuk sebuah organisasi, maka pada saat yang sama sadar maupun tidak sadar akan terbentuk pula budaya organisasi yang mereka sepakati dan secara komitmen mereka jalankan, sebab mereka sadar telah menjadi anggota organisasi tersebut. <br /> Organisasi sendiri pada umumnya terbagi menjadi dua jenis dilihat dari segi tujuan, yakni organisasi yang bertujuan profit seperti perusahaan (corporate) dan organisasi non profit yang berorientasi pelayanan seperti LSM dan lembaga pendidikan. Dalam kedua jenis organisasi tersebut akan berlaku sebuah budaya yang khas sesuai dengan tujuan masing-masing organisasi. Sebab setiap budaya yang disepakati dalam sebuah organisasi akan sangat dipengaruhi oleh tujuan organisasi dan gaya kepemimpinan organisasi yang bersangkutan.<br /> Sebagaimana disebutkan diatas bahwa lembaga pendidikan adalah sebagai salah satu bentuk organisasi non profit, dimana didalamnya terdapat sebuah budaya yang khas. Lembaga pendidikan dilihat dari sisi strategi pembinaan siswanya terbagi menjadi dua, yakni lembaga pendidikan berasrama (boarding school) dan tidak berasrama. Lembaga pendidikan berasrama juga memiliki berbagai jenis, salah satunya adalah lembaga pesantren yang berciri khas nilai-nilai keislaman. Didalam pesantren juga berlaku sebuah budaya organisasi yang khas sebagaimana tujuan yang khas dari lembaga pesantren tersebut. <br /> Pesantren merupakan sekolah Islam dengan sistem asrama (boarding school) . Pesantren merupakan model khas pendidikan Islam tertua di Indonesia. Pesantren pertama di perkenalkan di daerah jawa sekita 500 tahun yang lalu. Sejak saat itu, lembaga pesantren mengalami peningkatan yang signifikan dalam perannya mencerdaskan masyarakat.<br /> Pesantren memiliki khas lain adalah kemandiriannya dalam mengelola proses pendidikan santri-santrinya. Dengan model asrama, pesantren melakukan pendidikan dan bimbingan terhadap para santrinya selama 24 jam. Artinya dalam waktu 24 jam itulah santri dalam proses pendidikan dan bimbingan oleh para pendidik yang biasa dipanggil dengan istilah ustadz. Kondisi ini tentu sangat jauh berbeda dengan model pendidikan di sekolah biasa yang tidak berasrama. <br /> Tipe pesantren sendiri sangat beragam. Ada tipe pesantren yang hanya mengajarkan khasanah ilmu-ilmu klasik yang terdapat dalam kitab kuning (kutubut turost). Pesantren tipe ini biasa disebut dengan istilah pesantren salafiyah (pesantren tradisional). Ada tipe pesantren yang kedua yakni yang mengajarkan khasanah ilmu-ilmu kekinian. Pesantren tipe ini biasa disebut dengan istilah pesantren khalafiyah (pesantren modern). Dan tipe ketiga adalah tipe pesantren yang menggabungkan antara kedua tipe tersebut dan biasa disebut pesantren tipe kombinasi. Klasifikasi pesantren ini tidaklah bersifat mutlak sebab pada prinsipnya apapun jenis pesantren tetap merupakan sebuah institusi Islam yang bertujuan menyiapkan generasi Islam yang siap meneruskan perjuangan dan menegakkan peradaban Islam. tujuan ini lebih penting dan prinsipil dibandingkan wacana klasifikasi pesantren itu sendiri. <br /> Salah satu contoh pesantren dan lembaga pendidikan berasrama yang bertipe modern adalah pondok pesantren Darussalam Gontor Ponorogo dan Universitas Al Azhar Mesir. Sebagaimana telah diungkapkan diatas, kedua lembaga pendidikan Islam tersebut juga memiliki sebuah budaya baik yang disepakati oleh seluruh anggota lembaga secara komitmen sehingga keduanya bertahan lama. Sebab pada faktanya Ada lembaga pesantren yang berumur panjang dan sebaliknya ada pula yang berumur pendek. <br />Lembaga pendidikan model pesantren adalah salah satu bentuk organisasi non profit. Panjang pendeknya umur sebuah lembaga pendidikan, jika merujuk pada pendapat Fremont , sangat terkait dengan budaya yang dikembangkan. Lembaga pendidikan Darussalam Gontor Ponorogo kini telah berumur 80 tahun atau telah berumur dua generasi, bahkan Universitas Al Azhar Mesir hingga sekarang telah berumur kira-kira 1036 tahun, dibangun sejak masa Bani Fatimiyah. Namun tidak jarang lembaga pendidikan yang baru berumur kurang dari 10 tahun telah “gulung tikar”. Tentu kita sadar bahwa yang dilaksud budaya organisasi pesantren adalah aplikasi dari nilai-nilai keislaman yang tertuang dalam berbagai perilaku organisasi. Budaya organisasi pesantren memiliki muatan ruh keislaman. Inilah yang kemudian membedakan dengan budaya organisasi lembaga lain. <br /> Sedangkan dalam pesantren tradisional metode belajar yang dikembangkan menggunakan sistem bandongan (kyai yang sekaligus pendiri mengajarkan dan membacakan manuskrip keagamaan klasik dan para santri menyimaknya). Metode belajar kedua adalah sorogan yakni kebalikan dari sistem bandongan. Adapun pesantren modern biasanya pelajaran lebih beragam dengan metode yang beragam baik di kelas maupun diluar kelas. Kategorisasi ini tidaklah bersifat permanen. Sebab pada substansinya lembaga pesantren tidak bisa dikategorisasi menjadi modern dan tradisional, sebab hal ini bisa menjadi semacam jebakan epistimologis. Pesantren apapun kekhasan yang dimilikinya adalah lembaga Islam yang berdiri untuk memberikan dedikasinya bagi kemajuan umat Islam dan kebaikan bagi lingkungannya. <br /> Santri secara umum adalah yang tinggal 24 jam di dalam asrama yang bertujuan untuk menggali ilmu-ilmu keagamaan dengan tujuan tafaquh fiddin. Semua pesantren umumnya adalah swasta dibawah naungan yayasan, organisasi atau perseorangan. Pesantren memiliki potensi yang sangat bagus. Dari sisi kuantitas pesantren kini berjumlah lebih dari 21.000 yang tersebar ke seluruh penjuru Indonesia dengan jumlah santri sebanyak 2. 737.805 jiwa. Dalam sistem pendidikan pesantren kyai sebagai pimpinan pesantren, ustadz, ustadzah sebagai pendidik dan pembimbing. Mereka bekerja dan beraktivitas selama 24 jam mengarahkan para santrinya. <br /> Sebagai lembaga pendidikan yang khas, pesantren menyimpan budaya atau karakteristik yang khas pula. Bagaimana sebenarnya nilai-nilai yang disepakati dalam pesantren yang kemudian menjadi sebuah budaya. Konsepsi budaya yang dikembangkan oleh para ahli juga sangat beragam, sekalipun pada substansinya memiliki muara yang sama. Terkait dengan pesantren dan budaya organisasi, maka akan timbul beberapa pertanyaan mendasar, sebagai berikut : Bagaimana proses sosialisasi budaya organisasi yang dilakukan pondok pesantren kepada para pengurusnya ? Bagaimana gaya kepemimpinan budaya organisasi yang diterapkan oleh para pimpinan di pesantren? Bagaimanana pondok pesantren pada umumnya menerapkan budaya organisasinya ? Bagaimana strategi pesantren dalam membangun budaya organisasi yang kuat untuk menghadapi segala tantangan internal dan eksternal organisasi ? Bagaimana gambaran konsepsi budaya organisasi yang dibangun para pakar ? Apa peran dan fungsi budaya dalam sebuah organisasi ? Bagaimana budaya dan lingkungan bekerja sama ?<br /> Jika kita menilik kerangka pemikiran diatas maka dengan demikian budaya organisasi merupakan faktor penting maju mundurnya dan berkualitas tidaknya, bahkan jaya dan runtuhnya organisasi, apapun bentuk organisasinya. Segala sesuatu yang tidak dimanaje akan berakibat buruk cepat atau lambat, dan sebaliknya segala sesuatu yang dimanaje dengan baik akan lebih bertahan lama, sekalipun sesuatu itu mungkin negatif. Sebab pengelolaan organisasi itu bersifat manusiawi dan memiliki hukum sebab akibat. Karenanya tidaklah mengherankan jika Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan : Kebatilan yang terorganisir akan bisa mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisir. <br /> Para pimpinan pesantren dan semua struktur pengurusnya sudah harus menakar budaya organisasi yang dibangunnya, apakah memiliki pondasi yang kuat atau masih rapuh. Tema-tema pertanyaan diatas akan dibahas lebih jauh dalam bab-bab berikutnya dalam buku ini. Pesantren sebagai institusi biasanya memiliki lini-lini bawahan yang dipimpin oleh kepala lini masing-masing. Kebijakan pesantren yang bersifat general mesti dianalisa dan dirumuskan secara lebih sistematis dan terukur oleh para pimpinan lini. Pimpinan lini harus mambangun budaya organisasinya sesuai dengan visi dan kondisi organisasi lini dengan catatan tidak menyimpang dari visi pesantren. Denganb demikian semua komponen organisasi ini harus berjalan sinergi. Pada hakekatnya budaya organisasi pesantren bersifat sistemik sekalipun setiap lini organisasi memiliki keleluasan untuk membangun budaya organisasinya sendiri.ahmadsastrahttp://www.blogger.com/profile/07906776347451774301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1616509755627074176.post-41238156713790427492010-06-28T00:58:00.000-07:002010-06-28T00:59:57.424-07:00Budaya OrganisasiKONSEPSI BUDAYA ORGANISASI<br /><br />Ahmad Assastra<br /><br /><br /><br /> Berbagai literatur bidang manajemen dan teori organisasi yang ada, disana telah banyak dibahas mengenai arti budaya organisasi. Walaupun dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tidak ada yang persis sama, namun pada intinya mengandung komponen-komponen yang dominan dan serupa. Budaya organisasi yang dalam bahasa inggrisnya disebut organizational culture. Menurut Soejono dalam Sinaulan istilah culture yang berasal dari bahasa latin colore yang berarti mengolah atau mengerjakan, hal ini merujuk pada pengolahan tanah atau bertani. Dari kata colore ini berkembang menjadi culture yang berarti segala daya dan kekuatan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam. <br /> Adapun kata kebudayaan menurut Koentjaraningrat dalam Sinaulan secara bahasa berasal dari dari bahasa Sansekerta : budhayah, yakni bentuk jamak dari budhi yang berarti akal. Dengan demikian budaya dapat dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan akal. Sedangkan kata budaya menurut Munandar dalam Sinaulan merupakan perkembangan, majemuk dari budi daya yang berarti daya dari budi sehingga dibedakan antara budaya yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. <br /> Dalam teori pengembangan organisasi aspek budaya menjadi pembahasan yang sangat penting. Sebab faktanya budaya sangat berperan dan berpengaruh sangat kuat dalam pencapaian visi sebuah organisasi. Tanpa dukungan budaya yang baik, maka dapat dipastikan sebuah organisasi tidak akan mampu menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik. Demikian pula dalam pencapaian visi organisasi. Hal ini dikarenakan budaya sangat erat hubungannya dengan perilaku manusia. Dalam arti jika perilaku anggota organisasi positif, maka dengan sendirinya akan menjadi sebuah energi positif yang berdampak baik dalam menjalankan organisasi. Hal ini senada dengan pengertian umum budaya menurut Sriwahyu Krisdayati . Menurutnya budaya adalah pola sikap perilaku konsisten, dalam konteks organisasi, budaya diartikan sebagai pola sikap perilaku konsisten tertentu dari seluruh anggota organisasi dalam menjalankan fungsinya masing-masing. <br /> Sedangkan Stoner, Freeman dan Gilbert dalam Sinaulan (1995 : 181) merumuskan budaya sebagai “ the complex mixture of assumption, behaviors, stories, myths, metaphors, and other ideas that fit together to difine what is means to be a member of a particular society”. (Budaya sebagai perpaduan yang komplek antara asumsi-asumsi, perilaku, sejarah, mistis, perumpamaan, dan ide-ide lain untuk diusung bersama dan disepakati pengertiannya sebagai bagian dari kelompok). Pengertian budaya sebagai sebuah hasil sebagaimana dikemukakan oleh Hassan dalam Sinaulan yang mengatakan bahwa budaya adalah keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat, berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan dan lain-lain kepandaian. <br /> Sedangkan Engkoswara dalam Sinaulan mengutamakan pengertian budaya sebagai sistem nilai dengan mengatakan bahwa budaya adalah dinamika sistem nilai dalam berbagai bidang kehidupan yang berlaku dalam kurun waktu yang cukup jauh sebagai hasil dan atau pedoman manusia berperilaku. <br /> Dengan demikian makna budaya tidak bisa dipisahkan dengan perilaku. Perilaku dengan bahasa lain adalah sebagai gaya hidup (lifestyle). Budaya sebagai sebuah gaya hidup dikemukakan oleh Franzoi (1996 : 15) yang mengatakan bahwa “ culture is the total lifestyle of people from a particular social grouping, including all the ideas, symbols, preferences, and material objects that they share”. (Budaya adalah totalitas gaya hidup seseorang sebagai bagian dari sebuah kelompok, terkandung didalamnya ide-ide, simbol-simbol, preferensi, dalam bentuk sharing tujuan). Dalam konteks organisasi gaya kepemimpinan adalah bagian dari budaya itu sendiri. Karenanya style memimpin sangat menentukan kualitas dan kemajuan sebuah organisasi. <br /> Dengan demikian budaya memiliki makna yang sangat luas dan bersifat abstraks maupun non abstrak. Luasnya makna budaya dikemukakan oleh Edward Burnett dan Vijae Santhe dalam Talizidudu Ndraha yang mengatakan bahwa budaya mempunyai pengertian teknografis yang luas meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat sebagai anggota masyarakat atau menurut bahasa Santhe sebagai seperangkat asumsi yang dimiliki oleh anggota masyarakat. <br /> Budaya sebagai sebuah instrumen solusi atas permasalahan-permasalahan masyarakat dikemukakan oleh Edgar H Schein dalam Pabundu yang mengatakan bahwa budaya adalah pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh sekelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan atau diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan, dan merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut.<br /> Merujuk berbagai definisi tentang budaya yang telah dikemukakan diatas bisa diambil sebuah kesimpulan sementara bahwa budaya merupakan kumpulan nilai oleh anggota masyarakat tertentu untuk dijadikan sebagai tolok ukur perilaku dalam berbagai bidang kehidupan baik yang berupa nilai abstraks maupun yang bisa dilihat dan diraba berupa karya-karya. Ada banyak ragam yang mengiringi teori budaya dari berbagai sudut pandang para pakar budaya. Misalnya teori tentang tingkat budaya, sifat budaya, jenis budaya, level budaya dan karakteristik budaya. <br /> Terkait dengan tingkat budaya jika menggunakan metodologi Hofstede dalam Ndraha dapat diidentifikasi tiga atau lima tingkat budaya : universal, kolektif (kelompok), dan individual (pribadi), atau universal, regional, nasional, lokal, dan pribadi. Schein dalam Ndraha juga menidentifikasi budaya menjadi tiga tingkatan. Ketiganya berkisar antara yang konkret dan yang abstrak. Pertama, artifacts, yaitu struktur dan proses organisasional purba yang dapat diamati tetapi sulit ditafsirkan. Kedua, espoused values, yaitu tujuan, strategi, filsafat dan ketiga, basic underlaying assumptions, yaitu kepercayaan, persepsi, perasaan dan sebagaimana yang menjadi sumber nilai dan tindakan. <br /> Jika dihubungkan dengan nilai dan lembaga dimana nilai itu tertanam, tingkat budaya menurut Ndraha dapat diidentifikasi menurut kejelasan (clarity) nilai, kuantitas dan kualitas sharing (keberbagian) suatu nilai dalam masyarakat, sedalam mana suatu nilai tertanam (dibudayakan) di dalam diri seseorang dan sejauh mana proses budaya berjalan sebagai learning procces. Semakin banyak anggota masyarakat yang menganut, memiliki dan mentaati suatu nilai, semakin tinggi tingkat budaya. Dilihat dari sudut ini , ada budaya global, budaya regional, budaya bangsa, budaya daerah, budaya kelompok, dan budaya setempat. <br /> Terkait dengan sifat budaya, Ndraha dalam buku Teori Budaya Organisasi mengatakan bahwa setiap orang atau kelompok memiliki budaya yang berbeda-beda dan bersifat khas. Budaya an sich itu menurutnya tidak dapat dikatakan sebagai baik atau buruk (beyond moral judgment). Kesan sifat budaya baik dan buruk bahkan konflik timbul tatkala seseorang berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain yang budayanya beda dengan menggunakan budayanya sendiri (encorder) tanpa memperhatikan dan menyesuaikan dirinya dengan budaya orang lain itu (decorder). Pendapat ini tidaklah bersifat permanen. Bahkan penulis sendiri tidak sependapat dengan analisa Ndraha. Bagi penulis makna budaya an sich itu tidaklah bebas nilai. Dirinya tetap memuat nilai-nilai kebaikan dan keburukan. Karenanya budaya itu tidak bebas nilai atau tidak netral. <br /> Fenomena ini dapat dikonseptualisasi menjadi Ketidaknetralan budaya. Budaya itu bersifat tidak bebas nilai dalam arti tidak normatif : ada budaya yang tinggi ada budaya yang rendah, ada budaya yang benar dan ada budaya yang salah. Ada budaya yang miskin tetapi ada budaya kemiskinan. Ada budaya yang baik dan ada budaya yang buruk. Hal ini diakibatkan karena budaya adalah pengejawantahan sebuah nilai yang diyakini oleh sebuah komunitas. Budaya akan terasa lebih baik dan buruk jika ada proses interaksi dua jenis budaya tanpa mau memahami antar kedua budaya tersebut. Sebagai contoh kata “besuk” akan menjadi berbeda jika dilihat dari pemahaman budaya orang jawa dengan pemahaman budaya orang melayu. <br /> Terkait dengan jenis-jenis budaya (organisasi) menurut Robert E Quinn dan Michael R McGrath dalam Pabundu dapat ditentukan berdasarkan proses informasi dan tujuannya. Berdasarkan proses informasi budaya dapat dibedakan menjadi budaya rasional, budaya ideologis, budaya konsensus dan budaya hirarkis. Sedangkan berdasarkan tujuannya jenis budaya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu budaya organisasi perusahaan, budaya organisasi publik dan budaya organisasi sosial. <br /> Schein dalam Pabundu membagi level budaya organisasi menjadi tiga yaitu pertama, artifak dan kreasi yakni mencakup semua fenomena yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan. Kedua, nilai-nilai, yakni solusi yang muncul dari seorang pemimpin dalam organisasi dengan maksud memecahkan masalah-masalah rutin dalam organisasi tersebut. Ketiga, asumsi dasar, yang merupakan bagian budaya organisasi yang paling utama. Asumsi dasar menjadi jaminan (taken for granted) bahwa seseorang menemukan variasi kecil dalam unit budaya. Dalam asumsi dasar terdapat petunjuk-petunjuk yang harus dipatuhi anggota organisasi menyangkut perilaku nyata, termasuk menjelaskan kepada anggota kelompok bagaimana merasakan dan memikirkan segala sesuatu. <br /> Hatch yang dikutip Pebundu dari buku Organization Theory : Model Symbolic and Post Modern Perspective, memodifikasi level budaya menurut Schein dengan menempatkan simbol disamping artifak, nilai, dan asumsi. Simbol diartikan oleh Hatch sebagai anything that represents a conscious or unconscious association with some wider concept or meaning. Weinberg menambahkan dan memodifikasi level budaya organisasi Schein dengan menambahkan perspektif disamping artifak, nilai dan asumsi. Perspektif dalam arti norma sosial dan peraturan baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur bagaimana para anggota organisasi harus berperilaku dalam situasi-situasi khusus. <br /> Adapun budaya dilihat dari sisi karakteristiknya menurut Luthan dalam Purwanto dapat diidentifikasi menjadi 6 karakteristik. Pertama, kebiasaan sikap perilaku yang dapat diamati ketika para anggota organisasi berinteraksi satu dengan yang lain. Dalam berinteraksi mereka akan menggunakan bahasa, tehnologi dan ritual, yang sama. Kedua, norma-norma, yaitu standar-standar sikap perilaku yang ditetapkan bersama dalam organisasi atau masyarakat. Ketiga, nilai-nilai dominan, yaitu nilai-nilai umum yang sengaja didorong dan menjadi harapan oleh semua anggota organisasi untuk dapat diterapkan. Keempat, filosofi, yakni kebijakan-kebijakan fundamental yang sengaja diciptakan sebagai landasan moral kerja dan kredo atau motto organisasi. Kelima, aturan-aturan main, yakni berbagai aturan yang bisa menjadikan kesadaran untuk menyesuaikan diri dalam menjalankan organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Dan keenam, iklim organisasi, yakni meliputi keadaan atau kondisi psikologis yang terfokuskan melalui hubungan interaksi antar anggota organisasi secara internal maupun eksternal dengan pihak luar organisasi. <br /> Charles Hampden dan Turner dalam Kasali menggunakan istilah korporat dalam melakukan identifikasi karaktristik budaya. Diantara karaktristik budaya korporat adalah sebagai berikut. Pertama, budaya korporat dibentuk oleh keyakinan individu-individu korporat. Kedua, budaya korporat mencerminkan aspirasi anggota-anggotanya. Ketiga, budaya korporat memiliki sosiodinamika. Keempat, budaya korporat memiliki konskuensi. Kelima, budaya korporat sulit dipahami. Keenam, budaya korporat membentuk indentitas, memperkuat image, positioning, dan pencapaian tujuan. Ketujuh, budaya menuntut keseimbangan antara nilai-nilai. Kedelapan budaya korporat ‘belajar’. Kesembilan, budaya adalah pola. Kesepuluh, budaya membentuk hubungan sinergi. Kesebelas, budaya terdiri atas subkultur. <br /> Menurut Robbins dalam Perilaku Organisasi karakteristik budaya dalam tingkat organisasi ada tujuh karakteristik utama. Pertama, inovasi dan pengambilan resiko (Innovation and risk taking). Sejauh mana para karyawan didorong agar inovatif dan mengambil resiko. Kedua, perhatian terhadap detail (attention to detail). Sejauh mana para karyawan diharapkan memperhatikan presis (kecermatan), analisis, dan perhatian terhadap detail. Ketiga, orientasi hasil (outcome orientation). Sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut. Keempat, orientasi manusia (people orientation). Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan dampak hasil-hasil pada orang-orang di organisasi tersebut. Kelima, orientasi tim (team orientation). Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan berdasarkan tim, bukan berdasarkan individu. Keenam, keagresifan (agressiveness). Sejauh mana orang-orang dalam organisasi itu agresif dan kompetitif dan bukannya santai-santai. Ketujuh, kemantapan (stability). Sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo bukannya pertumbuhan. <br />Adapun tentang organisasi banyak para pakar menawarkan berbagai definisi yang melihat dari berbagai sudut pandang. Organisasi secara bahasa berasal dari kata organ yang artinya bagian tubuh dan mendapatkan akhiran asing isasi yang artinya sistem atau proses. <br />Dalam mengawali tulisan dalam buku Manajemen edisi II T Hani Handoko mengungkapkan bahwa setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu akan menjadi anggota dari beberapa macam organisasi, seperti organisasi sekolah, perkumpulan olah raga, kelompok musik, militer maupun organisasi perusahaan. Semua jenis organisasi ini memiliki persamaan dasar, walupun dapat berbeda satu dengan yang lain dalam beberapa hal. Sebagai contoh organisasi perusahaan atau departemen pemerintah dikelola secara lebih formal dibanding kelompok olah raga atau rukun tetangga. Kesamaan mendasar antarorganisasi itu terletak pada fungsi-fungsi manajerial yang dijalankan. <br />Ungkapan Handoko menunjukkan bahwa betapa pentingnya kedudukan organisasi bagi kehidupan manusia. Tidak mungkin manusia bisa dilepaskan dari kecenderungan untuk berorganisasi. Kecenderungan untuk berorganisasi dilandasi oleh paradigma manusia sebagai makhluk sosial. Karenanya menurut Stephen P Robbins (2003) dalam bukunya Perilaku Organisasi edisi kesepuluh bahwa kajian organisasi tidak bisa dilepaskan dari ilmu sosiologi yang notabene mempelajari tentang kecenderungan sosial pada setiap individu manusia. Kecenderungan sosial ini direfleksikan dengan membentuk organisasi yang berisi hubungan atau interaksi antar individu untuk meraih tujuan bersama.<br />Meminjam istilah Warren Bannis sebagaimana telah diungkapkan diawal pendahuluan bahwa kedudukan sebuah organisasi tidak bisa dipandang kecil, karena dengan adanya organisasi orang akan dapat mencapai tujuan bersama sebuah komunitas. Hal ini senada apa yang diungkapkan Prof. Soelaiman Sukmalana, bahwa organisasi didirikan karena satu alasan utama yakni karena organisasi dapat mencapai berbagai hal yang tidak dapat dicapai secara perseorangan<br />Sedangkan menurut istilah banyak sekali yang mendefinisikan tentang organisasi. Dalam En Carta Dictionary, organisasi dimaknai dengan empat hal yang sekaligus manjadi ciri dari organisasi diantaranya adalah : 1). Group of people indentified by shared interest or purpose. 2) Coordinating of separate elements into a unit of structure. 3). The relationship that exixst between separate element arranged into a coherent whole. 4). Effeciency in the way separate element are arranged into a coherent whole. Dari beberapa ciri diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah sekumpulan manusia yang terikat satu dengan yang lain dalam sebuah struktur untuk mencapai tujuan bersama. <br />Selanjutnya sesuatu itu bisa disebut terorganisir dalam En Carta Divtionary adalah ketika existing in a large scale and involving the systematic coordination of many different element and working in a systematic ang affecient way. Dengan kata lain sesuatu itu disebut terorganisir jika terjadi sebuah interaksi dan kinerja yang terkordinasi secara sistemik dari semua elemen yang ada dalam organisai tersebut.<br />Pada prinsipnya dalam sebuah organisasi adalah sebuah perserikatan. Perserikatan menghajadkan sebuah ikatan. Dengan ikatan-ikatan inilah kemudian orang-orang dalam organisasi itu bekerja untuk mewujudkan tujuan bersama. Hal senada dikemukakan oleh Malayu SP Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia. Secara lengkap Malayu SP Hasibuan mendefiniskan organisasi sebagai suatu sistem perserikatan formal dari dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.<br />Perserikatan formal dalam organisasi diwujudkan dengan adanya struktur. Struktur apapun bentuknya menjadi sangat penting akan keberlangsungan organisasi. Sebab dalam sebuah organisasi akan terdapat apa yang disebut dengan kewenangan dan tanggungjawab yang bersifat hirarkis. <br />Struktur organisasi yang hirarkis ini akan membentuk sebuah sistem kerja yang sinergis. Struktur dalam sebuah organisasi (organization structure) akan memberikan manfaat diantaranya adalah sebagai berikut : 1). Pembagian kerja artinya setiap kotak akan mewakili tanggungjawab seseorang atau subunit untuk bagian tertentu dari beban kerja organisasi. 2). Informasi atasan dan bawahan artinya bagan organisasi akan menunjukkan garis komando atau siapa atasan dan siapa bawahan. 3). Jenis pekerjaan yang dilaksanakan artinya uraian kotak-kotak menunjukkan tugas-tugas kerja organisasi atau bidang-bidang tanggungjawab yang berbeda. 4) Pengelompokan bagian-bagian kerja artinya keseluruhan bagan menunjukkan dasar pembagian aktivitas organisasi (atau dasar wilayah, produksi, interprice function, dan lain sebagainya). 5). Tingkat manajer artinya sebuah bagan tidak hanya menunjukkan manajer dan bawahan secara perseorangan, tetapi juga hirarki manajemen secara keseluruhan. 6). Pimpinan organisasi artinya bagan organisasi menunjukkan sistem kepemimpinan organisasi, apa pimpinan tunggal atau pimpinan kolektif.<br />Prof. DR. Soelaiman Sukmalana, MM memberikan gambarkan bahwa struktur dalam organisasi akan sangat menentukan hubungan resmi dalam sebuah organisasi. Artinya berbagai pekerjaan yang berbeda diperlukan untuk melakukan semua aktifitas organisasi. Ada manajer dan pegawai bukan manajer, akuntan dan perakit. Orang-orang ini harus dihubungkan dengan cara tertentu yang terstruktur agar pekerjaan mereka efektif. Semua hubungan ini menimbulkan berbagai masalah kerja sama, perundingan dan pengambilan keputusan rumit.<br />Berbagai hubungan dalam sebuah organisasi menunjukkan bahwa organisai adalah bagian dari sebuah sistem sosial dan refleksi dari kepentingan bersama. Hal ini senada dengan apa yang ditulis Soelaiman (2006) bahwa hakekat organisai adalah sebagai sistem sosial dan kepentingan bersama. Dalam konteks ilmu kemasyarakatan organisasi berarti sistem sosial. Definisi ini senada dengan apa yang diungkapkan Robbins dalam Purwanto, dkk (2000) dengan mengatakan bahwa organisasi adalah kesatuan sosial yang dikordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja secara terus-menerus untuk mencapai suatu atau sekelompok tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian definisi organisasi Robbins setidaknya mengandung empat hal penting yaitu adanya kesatuan sosial, batasan yang bisa diidentifikasi, keterikatan dan adanya tujuan yang jelas.<br />Dalam membahas budaya organisasi Robbins (2003) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi dari organisasi-organisasi lain. Pelembagaan budaya diartikan oleh Robbins yaitu ketika organisasi memiliki kehidupan sendiri, terlepas dari para pendirinya atau anggotanya, dan mendapatkan ketenaran dan terlepas dari orang-orang tersebut. Budaya dominan dimaknai sebagai ungkapan nilai-nilai yang dianut bersama oleh mayoritas anggota organisasi tersebut. Sub budaya dalam sebuah organisasi diberikan arti sebagai budaya kecil didalam organisasi yang didefinisikan menurut perancangan departemen dan pemisahan geografis. Sedangkan nilai inti dimaknai Robbins dengan istilah nilai pokok atau dominan yang diterima oleh seluruh orang yang berada didalam organisasi itu. <br /> JR. Schemerhorn dalam Pabundu (2005) mendefinisikan organisasi sebagai kumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. (organization is a collection of people working together in a division of labor to achieve a common purpose). Carles J Bernand mendefinisikan organisasi sebagai kerjasama dua orang atau lebih, suatu sistem dari aktivitas-aktivitas perorangan yang dikoordinasikan secara sadar. Sedangkan Philip Selznick mendefinisikan organisasi sebagai pengaturan personil guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan melalui alokasi fungsi dan tanggungjawab. <br /> Organisasi dapat diamati sebagai gejala sosial dari level makro dan bisa juga dilihat sebagai gejala administrasi dari sudut mikro. Menurut Stephen P Robbins dalam Ndraha (2005) mendefinisikan organisasi sebagai a consciously coordinated social entity, with a relatively identifiable boundary, that functions on a relatively continuous basis to achieve a common goal or set of goals. (Kerjasama yang dengan sengaja dilakukan sebuah entitas sosial, dengan pembatasan tertentu yang bersifat relatif, yang secara relatif pula dimaksudkan untuk meraih sebuah tujuan bersama). Definisi ini mirip dengan definisi organisasi yang dikemukakan Warren B Brown dan Dennis J Moberg dengan mengatakan bahwa organisasi adalah relatively permanent social entities characterized by goal-oriented behavior. Chester I Bernand mendefinisikan organisasi dengan cooperation of two or more persons, a system of consciously coordinated personal activities or forces. (kerjasa antara dua atau lebih orang yang dengan sengaja membentuk sebuah sistem hubungan dalam melakukan aktifitas tertentu).<br />Hakekat organisasi sebagai sistem sosial menurut Soelaiman memiliki arti bahwa hubungan antar individu-individu dan kelompok-kelompok dalam organisasi menciptakan pengharapan-pengharapan bagi perilaku individu-individu. Dari pengharapan inilah timbul adanya peran-peran tertentu. Beberapa orang memainkan peran pemimpin dan beberapa orang memainkan peran pengikut. Manajer menengah memainkan kedua peran itu dimana kelompok-kelompok dalam organisasi juga mempunyai dampak kuat pada perilaku individu dan kinerja organisasi.<br />Adapun hakekat organisasi sebagai refleksi kepentingan bersama memiliki arti bahwa organisasi memerlukan orang-orang dan orang-orang memerlukan organisasi. Organisasi memilki tujuan manusia. Organisasi dibentuk dan dipertahankan atas dasar kebersamaan kepentingan dikalangan anggotanya. <br />Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa sebuah organisasi berdiri untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan tujuannya organisasi menurut Hasibuan terbagi menjadi dua yaitu organisasi perusahaan (business organization) dan organisasi sosial (public organization). Organisasi perusahaan atau yang sering disebut dengan istilah corporate bertujuan untuk meraih profit atau keuntungan. Tidak ada perusahaan yang tidak ingin untung. Begitulah, sebab profit menjadi fokus tujuan didirikannya sebuah perusahaan. Sedangkan organisasi sosial bertujuan untuk pelayanan dengan prinsip kegiatannya adalah pengabdian sosial, seperti organisasi kenegaraan dan atau organisasi kependidikan.<br />Jika demikian maka budaya dan organisasi jika disatukan menjadi istilah baru yakni budaya organisasi (organizational culture). Banyak definisi yang terkait dengan istilah budaya organisasi ini. Piti Sithi Amnuai dalam Ndraha (2005) mendefinisikan budaya organisasi dengan a set of basic assumptions and beliefs that are shared by members of an organization, being developed as they learn to cope with problems of external adabtation and internal integration. (seperangkat asumsi-asumsi dasar dan keyakinan-keyakinan yang dianut oleh para anggota organisasi, yang kemudian dikembangkan dan diwariskan untuk mengatasi segala masalah baik yang terkait dengan adaptasi eksternal maupun integrasi iternal).<br />Definisi budaya organisasi yang bersifat operasional disajikan oleh Edgar H Schein dalam Ndraha dengan mengatakan bahwa the culture of a group can now be defined as a patern of shared basic assumption that the group learned as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correc way to perceive, think, and feel in relation to those problems. (Budaya kelompok atau organisasi bisa didefinisikan sebagai sharing asumsi-asumsi dasar yang dipalajari oleh sekelompok orang untuk mengatasi berbagai masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang dilakukan sebaik mungkin agar bisa terukur dan agar bisa dipahami oleh anggota baru sebagai sesuatu yang dianggap benar untuk dipikirkan, dan dirasakan dalam hubungan dengan permasalahan-permasalahan yang ada). <br />Peter F Druicker dalam Ndraha mendefinisikan budaya organisasi sebagai the body of solutions to external and internal problems that has worker consistenly for a group and that is therefore taught to new members as the correct way to perceive, think about and feel in relations to those problem. (Seperangkat solusi untuk menyelesaikan berbagai masalah internal maupun eksternal yang pelaksanaanya dilakukan secara konsisten oleh suatu sekelompok orang yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru organisasi tersebut sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah-masalah yang terkait diatas ). <br />Soelaiman Sukmalana mendifinisikan budaya organisasi sebagai hasil interaksi fungsi-fungsi manajemen, perilaku, struktur, serta proses organisasi dan budaya lingkungan yang lebih luas tempat organisasi itu berada, yang mempengaruhi perilaku individu-individu atau kelompok-kelompok. <br />Dalam sebuah organisasi biasanya mempunyai prinsip-prinsip yang disepakati oleh semua anggota, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Prinsip-prinsip organisasi itu bisa berupa nilai-nilai, konsensus, budaya, sikap, persepsi, komunikasi, dan kepemimpinan. Bahkan bisa lebih dari itu. Hal ini sangat bergantung pada kebutuhan organisasi yang bersangkutan berdasarkan kesepakatan para anggotanya. <br />Penamaan prinsip dalam buku ini karena mengacu pada konsepsi baku. Namun pada kenyataannya di lapangan prinsip-prinsip sebuah organisasi bisa dinamakan apa saya sesuai kesepakatan para anggota organisasi itu. Apapun namanya pada substansinya adalah apa yang disebut dengan istilah prinsip-prinsip atau asas-asas organisasi.<br />Banyak para pakar manajemen yang berbeda pandangan terkait dengan prinsip-prinsip organisasi ini. Keragaman pandangan para pakar manajemen itu bermuara pada satu hal penting bahwa apapun bentuk organisasi harus memiliki prinsip-prinsip yang disepakati oleh semua anggota untuk menjaga eksistensi, kinerja dan ketercapaian visi organisasi. Apapun prinsip-prinsipnya. <br />Pada kenyataanya penjagaan terhadap prinsip-prinsip yang disepakati akan sangat berpengaruh pada keberlangsungan organisasi itu. Meminjam bahasa Arie de Geus (1997) keberlangsungan organisasi dengan istilah organisasi yang berumur panjang. Berdasarkan penelitian Arie de Geus ditemukan empat karakteristik organisasi atau perusahaan yang berumur panjang, diantaranya adalah : Pertama, Sensitif terhadap lingkungan : yang dipresentasikan pada kemampuan perusahaan untuk belajar dan beradaptasi, menyesuaikan diri dengan arah perubahan lingkungan bisnis. Kedua, Memiliki identitas / jati diri yang kuat : yaitu kemampuan perusahaan untuk membangun integritas atau jati diri, yang melekat dan tergambar pada sikap dan perilaku para anggota komunitasnya sehari-hari, sehingga tumbuh sense of belonging yang tinggi terhadap perusahaan. Ketiga, Memiliki sikap toleran terhadap perbedaan dan mampu melaksanakan proses desentralisasi kewenangan berdasarkan rasa saling percaya : yaitu memiliki kemampuan untuk membangun hubungan yang konstruktif dengan berbagai entitas yang berbeda, baik diantara anggota organisasi maupun dengan institusi di luar perusahaan. Keempat, Melaksanakan manajemen investasi yang rasional : yaitu melaksanakan kebijakan penggunaan uang (khususnya investasi yang berasal dari hutang) dengan hati-hati dan didasarkan pada rasionalitas, bukan spekulasi. Kalaupun terpaksa mereka melakukan pinjaman untuk investasi, mereka sudah menganalisis dengan cermat dan akan disiplin untuk dapat mengembalikan pinjaman atau cicilan dengan tepat waktu. <br /> Dalam sebuah organisasi juga berlaku apa yang disebut dengan nilai. Nilai adalah sebuah pandangan normatif yang menjadi pegangan yang baik dan dikehendaki. Soelaiman Sukmalana mengemukakan setidaknya ada empat tingkat nilai yang berkembang dan melekat dalam sebuah organisasi. Diantara keempat nilai itu adalah sebagai berikut: pertama, Individual value, adalah nilai yang bersifat formal maupun informal yang dapat mempengaruhi perilaku individu dan organisasi. Kedua, organization value, adalah nilai yang dimiliki oleh organisasi yang merupakan pertimbangan nilai-nilai dari pada individu kelompok dan organisasi. Ketiga, Value of constutuante the task environment / specific environment, adalah nilai yang dimiliki oleh suatu lingkungan yang dapat mempengaruhi secara langsung terhadap organisasi. Keempat, culture value, adalah nilai masyarakat yang terdiri dari : a). individual human desired, adalah kebanggaan individu sebagai hak untuk perorangan menjadi suatu prestasi yang dicapai seseorang dan sebagai suatu nilai yang diterima dari masyarakat. b). Individual prepentsity rights, adalah hak akan kecenderungan yang dimiliki olah hak perorangan. c). Acceptance of legitimate authority, yaitu penerimaan dari pihak masyarakat untuk mengakui wewenang formal yang dimiliki seseorang, hal ini berlaku bagi organisasi kecil ataupun masyarakat dari suatu bangsa. <br /> Max Weber dalam Sukmalana mengenalkan prinsip-prinsip organisasi dalam istilah birokrasi model. Didalam kantor atau organisai pemerintahan, menurut Weber, akan tampak model birokrasi yang akan memberi arah jalannya organisasi itu sendiri dan aturan-aturan yang berlaku dalam organisasi. <br /> Ada enam prinsip dalam birokrasi organisasi menurut Weber, diantaranya adalah , 1). Pembagian tugas yang didasarkan kepada spesialisasi fungsional. 2). Adanya kejelasan tentang hirarki wewenang dalam organisasi. 3). Adanya peraturan-peraturan yang menyangkut hak dan tanggungjawab atau kewajiban bagi masing-masing jabatan. 4). Berlakunya prosedur dan berhubungan dengan pekerjaan yang berlaku dalam organisai tersebut. 5). Hubungan yang terdapat dalam organisasi merupakan hubungan yang impersonal. 6). Promosi dan seleksi harus didasarkan pada kemampuan teknis baik untuk karyawan maupun manajer.<br /> Sedangkan Henry Fayol dalam Robbins seorang ahli manajemen terdahulu yang merupakan seorang industriawan terkemuka Perancis mengemukakan setidaknya harus ada empat belas prinsip-prinsip dalam sebuah organisasi. Keempatbelas prinsip organisai henry Fayol ini ditulis dalam buku berbahasa Perancis berjudul Administration Industrielle et Generale pada tahun 1916. Buku ini tidak diterjemahkan ke dalam bahasa inggris sampai tahun 1929 dan tidak beredar secara luas di Amerika Serikat sampai tahun 1949. Pada tahun 1949 buku ini baru diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul General and Industrial management oleh Constance Storrs, Sr Issac Pitman and Sons, Ltd, London. <br /> Keempat belas prinsip organisai Henry Fayol adalah sebagai berikut: 1). Pembagian kerja (Division of work). 2). Kekuasaan dan tanggungjawab, (Autority and responsibility ). 3). Disiplin (dicipline). 4). Kesatuan komando (Unity of Command). 5) .Kesatuan pengarahan (Unity of Direction). 6). Kepentingan individu-individu dibawah kepentingan organisasi (subordination of individual interest to general interest). 7) Pemberian ganjaran pada pegawai (remuneration of personel). 8). Sentralisasi (centralization). 9). Mata rantai (scalar chain). 10). Penempatan (order). 11). Persamaan (equity). 12). Stabilitas seseorang melakukan tugasnya (stability of tenture of personal). 13) Inisiatif (initiative). Dan 14). Kerja sebagai sebuah tim (Esprit de corps)..ahmadsastrahttp://www.blogger.com/profile/07906776347451774301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1616509755627074176.post-6602663451272603322010-06-27T23:23:00.001-07:002010-06-28T00:32:14.386-07:00Terapi Berfikir PositifTERAPI BERFIKIR POSITIF<br /><br />Ahmad Assastra <br /><br />Apa yang Anda alami hari ini adalah dampak dari pikiran Anda kemarin. Apa yang akan Anda alami esuk hari adalah dampak dari pikiran Anda hari ini. Pikiran yang sedang Anda bayangkan hari ini sedang menciptakan kehidupan masa depan Anda<br />(Dr. Ibrahim Elfiky) <br /><br />Kemuliaan manusia terletak pada pikirannya<br />(Pascal)<br /><br /><br /><br />Sebagaimana saya tulis sejak awal bahwa mental keberanian adalah modal dasar untuk meraih sukses hidup. Kesuksesan hidup bersifat positf. Karenanya keberanian yang dimaksud adalah keberanian yang bersifat positif. Jika demikian mesti ada pola fikir positif untuk menumbuhkan keberanian dalam jiwa kita. Sebab banyak pakar psikologi yang mengatakan bahwa pikiran sangat berpengaruh terhadap diri seseorang. Pola fikir seseorang akan mempengaruhi banyak hal dalam hidupnya. Jika kita berfikir bisa , maka kita akan bisa. Jika kita berfikir berani, maka kita akan berani. Jika kita berfikir sukses, maka kita akan sukses. Sukses gagalnya hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh pola fikirnya. <br />Ibrahim Elfiky membeberkan secara panjang lebar dalam bukunya Taerapi Berfikir Positif bagaimana pola fikir seseorang sangat mempengaruhi segalanya. Ada sekitar 60.000 pikiran yang ada dalam otak kita dan 80 % nya mengarahkan pada pemikiran negatif. Untuk itulah diperlukan sebuah tekad untuk senantiasa berfikir positif. Elfiky menggambarkan bahwa pikiran adalah alat ukur yang digunakan manusia untuk memilih sesuatu yang dinilai lebih baik dan lebih menjamin masa depan diri dan keluarganya. Aktivitas berfikir akan menjadi penentu dan pembeda antara mansuia dengan hewan. <br />Faktor-faktor yang mempengaruhi pemikiran seseorang adalah orang tua, keluarga, masyarakat, sekolah, teman dan media massa serta diri sendiri. Dari pikiran inilah perilaku seserang bersumber. Dari pikiran inilah tindakan seseorang dimulai. Sebab dalam pikiran seseorang telah tersimpan berbagai file yang siap digunakan jika diperlukan. File-file pikiran ini ada yang positif dan ada yang negatif. File-file pikiran ini didapatkan dari tujuh faktor diatas. File-file dalam pikiran seseorang menjadi semacam arsip memori dalam akal seseorang yang siap pakai. Ketika dia mengalami musibah dan cobaan hidup, maka file kesedihan yang akan muncul. Begitu juga jika ketika dia mendapatkan anugerah dan rezki, maka file kebahagiaan yang muncul. Lebih rinci Elfiky mengidentifikasi aspek-aspek manusia yang dipengarhi oleh pikiran. Diantaranya adalah : <br />1. Pikiran melahirkan mindset. Ada banyak orang yang sering mengungkapkan keluhan misalnya, ” Ketika bangun pagi perut saya seringkali terasa mulas sehingga saya tidak enak untuk makan pagi”. Atau ” Setiap terjadi perubahan cuaca seringkali saya merasa demam dan pilek”. Sayang sekali orang-orang yang sering mengatakan demikian telah melakukan kesalahan dengan menanamkan mindset negatif. Mindset negatif ini akan tersimpan dalam file bawah sadar dan akan menumbuhkan perasaan dan persepsi negatif. Karenanya rasa sakit itu akan datang diakibatkan oleh mindsetnya yang meyakini hal tersebut. Mindset adalah sekumpulan pikiran yang terjadi berkali-kali di berbagai tenmpat dan waktu serta diperkuat dengan keyakinan dan proyeksi sehingga menjadi kenyataan yang dapat dipastikan di setiap tempat dan waktu yang sama. Ingin bukti, cobalah ubah pikiran bahwa setiap bangun tidur saya selalu bugar dan penuh semangat. Besuk pagi ketika bangun tidur anda akan mengalami apa yang anda pikirkan hari ini. Percayalah. <br />2. Pikiran mempengaruhi intelektualitas. Apapun yang dipikirkan oleh seseorang akan membuat otak langsung menangkap sinyal informasi saat itu juga. Dia kemudian akan melakukan beberapa hal berikut : pertama, memahami dan menyadari informasi dan pikiran. Kedua, membuat file yang khusus menyimpan pikiran ini dalam ruang memori. Ketiga, menganalisis pikiran tersebut dan membandingkannya dengan pikiran lain yang serupa dan tersimpan dalam memori. Keempat, mencari data dalam file memori yang dapat mendukung dan memperkuat pikiran. Kelima, melemahkan informasi lain agar membantu konsentrasi. Sebab akal manusia hanya dapat memikirkan satu obyek. Dengan demikian pikiran akan sangat mempengaruhi intelektualitas seseorang. <br />3. Pikiran mempengaruhi fisik. Coba ikuti saran saya : Pejamkan mata Anda dan bayangkan didepan Anda ada pisau dan jeruk nipis yang asam. Bayangkan anda memegang jeruk dan memotongnya dengan pisau, lantas potongan sebelah itu angkat dan dekatkan di mulut Anda. Buka mulut dan pencetlah jeruk itu hingga airnya mengucur masuk ke mulut anda. Apa yang terjadi dengan mulut Anda. Anda akan merasakan sesuatu hingga Anda akan menelan ludah Anda. Itulah bukti pikiran berpengaruh terhadap kondisi fisik seseorang. Bukankah jika seseorang dalam pikirannya marah, maka wajah seseorang itupun akan memerah menunjukkan kemarahan itu. Kenapa ada orang yang dalam pikirannya ada kesedihan yang mendalam, lantas matanya mengeluarkan air mata. <br />4. Pikiran mempengaruhi perasaan. Coba ikuti saran saya : belilah sebuah CD film horor yang sangat menakutkan. Bangunlah jam satu malam tatkala seluruh anggota keluarga sedang terlelap tidur. Matikan lampu dan putarlah film itu sendirian. Kenapa perasaan Anda tiba-tiba dihantui oleh ketakutan yang sangat. Atau cobalah sesekali berjalan malam sendirian dan melewati komplek pemakaman. Jika Anda tidak mau dan atau tidak berani, berarti Anda mengalami perasaan takut. Padahal rasa takut itu ada karena anda berfikir akan terjadi sesuatu di pemakaman itu atau akan muncul hantu di saat daru pojok rumah Anda saat Anda menonton film horor itu. Padahal itu semua tidak terjadi, peristiwa itu hanya terjadi dalam pikiran Anda, bukan dalam kenyataan. Berani membuktikan ?. <br />5. Pikiran mempengaruhi sikap. Manusia sesungguhnya diciptakan Allah menjadi makhluk terbaik dan sempurna. Sikap kita selama ini sesungguhnya dipengaruhi oleh dunia luar yang telah tertanam dalam pikiran bawah sadar kita. Manusia bukanlah sikapnya. Sikap hanyalah efek dari pikiran. Karenanya sikap itu bisa diubah dengan cara mengubah pikirannya. Takut akan datang hantu bisa diganti dengan pikiran bahwa film itu hanyalah rekayasa belaka bukanlah kenyataan. Sebab memang begitulah faktanya. Setidaknya ada tiga sikap seseorang : Pertama, memusuhi dan menyerang. Kedua, taat dan menerima. Ketiga, tegas dan percaya diri. Sikap seseorang dalam merespons lingkungan dimana dia hidup ada tiga : 1). Menerima dan larut. 2). Menolak dan keluar dari lingkungan. 3). Tetap di dalam dan mengubahnya sesuai dengan keyakinannya. Ketiganya sikap ini sangat dipengaruhi oleh pola fikir dan pemahaman dia terhadap kondisi lingkungan tersebut. Bayangkan Anda hidup di kampung pengemis atau kampung maling, apa sikap Anda dan kenapa Anda memutuskan sikap itu. Pilihan sikap Anda dipengaruhi oleh pikiran Andaahmadsastrahttp://www.blogger.com/profile/07906776347451774301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1616509755627074176.post-27340233360928934522010-06-27T23:23:00.000-07:002010-06-27T23:26:14.916-07:00Islamisasi SainsISLAMISASI SAINS <br /><br />Oleh : Ahmad Assastra <br /><br /><br />Abstrak<br />Implementasi epistemologi Islam di Indonesia sejatinya telah mengalami disorientasi dan distorsi dari konsepsi yang telah digariskan oleh Al Qur’an dan Al Hadist serta konteks kesejarahan zaman Rasulullah. Zaman keemasan peradaban Islam tidak bisa dilepaskan dari implikasi diterapkannya pandangan hidup Islam (Islamic Worldview) oleh Rasulullah dan zaman setelahnya. Islam sebagai sebuah sistem dan peradaban telah memiliki rujukan ontologis, epistimologis dan aksiologis yang jelas yakni Al Qur’an dan Rasulullah. Namun semenjak Islam tak lagi memiliki hegemoni kepemimpinan peradaban dunia karena keruntuhan kekhilafahan Turki Ustmani dan adanya perang salib, maka runtuh pula sistem dan peradaban hingga berimplikasi terhadap kebangkrutan literatur dan kemunduran di segala bidang termasuk sains Islam. Kebangkitan dunia Barat hari ini adalah hasil transformasi keilmuwan Islam kepada mereka melalui sebuah konspirasi jahat. Mereka kemudian melakukan berbagai penetrasi dan penyerangan yang bersifat paradigmatik, politis, metodologis dan Psikologis dengan muatan liberal sekuler di dunia Islam. Dari sinilah malapetaka demi malapetaka di dunia Islam terus berlangsung hingga kini. Islam dan umat Islam secara konseptual adalah agama yang benar dan umat yang terbaik. Namun kini seluruh dunia Islam mengalami keterpurukan hingga titik nadhir, termasuk di Indonesia. Islamisasi sains adalah salah satu ranah yang strategis untuk membangkitkan ulang dan menggapai ulang kejayaan yang telah hilang. Diperlukan solusi yang komprehensif yang meliputi rekontruksi paradigmatik, politis, metodologis dan psikologis hingga mampu menghasilkan para ilmuwan ulama seperti dulu. Akhirnya peradaban Islam bisa terwujud lagi menjadi peradaban dunia. Mungkin dari Indonesia kita akan mulai proyek mulia ini. <br /><br />Kata kunci : Genealogi, rekontruksi, paradigmatik, sistemik, filsafat, peradaban, liberalisme, sekulerisme, islamisasi sains, dan kebangkitan.<br /><br />GENEALOGI ISLAMISASI SAINS<br />Jika ditelusuri asal usul dan silsilah (genealogi) gerakan Islamisasi, maka akan kita dapatkan fakta bahwa gerakan islamisasi di mulai sejak Muhammad SAW diutus untuk menjadi Rasul dan mulai melakukan gerakan kajian keilmuwan dan dakwah individu maupun sosial. Bahkan seluruh Nabi dan Rasul diutus Allah untuk melakukan gerakan ‘islamisasi’ ini. Itulah sebabnya setiap Rasul diutus oleh Allah selalu dihadapkan dengan kondisi sosial masyarakat yang penuh kezaliman, kemaksiatan dan kerusakan. Rasulullah Muhammad SAW sendiri diutus Allah ketika kondisi sosial bangsa Arab mencapai titik kulminasi kerusakan. Mindset dan sistem hidup (worldview) bangsa arab saat itu telah jauh dari ajaran dan wahyu illahi. Kondisi ini sering disebut dengan istilah jahiliyah. <br />Ayat pertama yang diturunkan Allah juga sangat berkaitan dengan keilmuwan <br /> <br />Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al Alaq : 1-5) <br /><br />Prof. Dr. Muhammad Rawwas Qol’ahji menggambarkan kondisi bangsa Arab pra Islam dalam bukunya Sirah Nabawiyah, Sisi Politis Perjuangan Rasulullah saw dengan adanya berbagai bentuk kezaliman yang tiada tara. Setidaknya menurut dia, ada lima kezaliman yang terjadi di Arab pra Islam. Kelimanya adalah kezaliman politik , kezaliman sosial , kezaliman ekonomi , kesesatan aqidah , kesesatan pemikiran dan kezaliman jiwa . <br />Kondisi jahiliah yang sangat buruk dan mencapai titik kulminasi berbagai bentuk kezaliman ini sebagai representasi dari jauhnya mereka dengan ajaran-ajaran wahyu Allah. Kebodohan pemikiran, kesesatan aqidah dan system hidup yang destruktif telah menjerumuskan bangsa Arab pra Islam layak disebut sebagai bangsa paling tidak beradab dalam sejarah kemanusiaan. Dalam titik kulminasi inilah Rasulullah Muhammad saw diutus untuk membongkar kebrobrokan sistem jahiliyah sampai akar-akarnya dengan membawa ajaran yang sama sekali baru yakni Islam. Karena tantangan islamisasi yang sangat berat, maka Allah telah mengutus Rasulnya yang terbaik. Nabi Muhammad SAW adalah Rasul yang memiliki nasab yang terhormat , dari keturunan dua orang yang disembelih , dan yang telah dibelah dadanya untuk dibersihkan dari keburukan oleh malaikat . <br />Sejak mendapatkan perintah untuk berdakwah, maka Rasulullah mula-mula melakukan gerakan islamisasi kepada orang-orang jahiliah. Ketika Rasulullah diutus itulah beliau kemudian melakukan gerakan islamisasi pemikiran kepada manusia melalui dakwah yang penuh kasih sayang dan kelembutan. Proses islamisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada manusia saat itu agar mengubah keyakinan jahiliyah yang selama ini dianut. Dengan berbagai uslub (cara) Rasulullah secara terus menerus memberikan pencerahan ajaran Islam kepada umat yang tersesat saat itu. Kadang dengan menyeru, dialog, taklim, debat, keteladanan perilaku dan diskusi. <br />Ada banyak ayat dan hadist yang berkaitan dengan dakwah sebagai proses islamisasi. Diantaranya adalah : <br /> • • <br />“ Serulah manusia ke jalan Rabbmu (Allah) dengan jalan hikmah (hujjah) dan nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. An Nahl : 125) <br /><br /> • • <br /><br /> “ Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagaian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah dan sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana”. (QS Ataubah : 71) <br /><br /> <br />Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang-orang yang menyeru kepada Allah (dakwah), mengerjakan amal shaleh dan berkata sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang muslim. (QS Fushilat : 33) <br /><br /> Terkait rujukan hadist Rasulullah pernah bersabda,” Demi zat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh kalian memiliki dua pilhan, yaitu) benar-benar memerintah berbuat ma’ruf (amar ma’ruf) dan melarang berbuat mungkar (nahi mungkar), ataukah Allah akan mendatangkan siksa dari sisinya yang akan menimpa kalian. Kemudian setelah itu kalian berdoa, maka doa itu tidak akan dikabulkan” (HR. Tirmidzi)<br />Proses internalisasi pemahaman ajaran Islam yang dilakukan oleh Rasulullah inilah yang kemudian menjadi cikal bakal proses islamisasi. Tujuan paling prinsip dari proses islamisasi yang dilakukan Rasulullah adalah untuk mengarahkan manusia kepada jalan Islam hingga mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam. Dengan makna yang lain islamisasi pada prinsipnya adalah gerakan untuk mengislamkan segala pemikiran, aqidah dan sistem hidup yang menyimpang.<br />Gerakan pencerahan dan perubahan pemikiran, perilaku, dan sistem hidup dari jahiliah yang sesat dan menyesatkan karena penuh kegelapan menuju cahaya Islam melalui dakwah bil lisan dan bil hal yang dilakukan Rasulullah inilah yang sesungguhnya menjadi cikal bakal (genealogi) gerakan Islamisasi. Faktanya banyak diantara orang-orang jahiliah yang sebelum datang Islam adalah orang-orang sesat dan jahat akhirnya menjadi manusia-manusia mulia dan penuh petunjuk. <br />Gerakan Islamisasi yang dilakukan Rasulullah inilah yang kelak menjadi faktor utama lahirnya para generasi terbaik sepanjang sejarah peradaban dunia. Abu Bakar Shidiq, Umat bin Khaththab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib adalah sebagian kecil sahabat dan anak didik Rasulullah yang telah meletakkan pondasi bagi kegemilangan peradaban Islam di masa berikutnya. Pemikiran, pandangan hidup, dan aqidah mereka telah diislamkan oleh Rasulullah. Mereka dengan gemilang telah memahat sistem dan peradaban Islam sebagai pondasi kejayaan Islam yang mampu mendominasi dunia selama berabad-abad . Kejayaan Islam saat itu telah menjadi cahaya yang memancarkan energi positif bagi kebaikan dunia dengan berbagai karya keilmuwan para ulama cendikiawan atau ilmuwan muslim yang kemudian menjadi rujukan utama bagi kemajuan iptek di dunia Barat. Ini adalah fakta sejarah yang didasarkan oleh pengakuan para ilmuwan Barat sendiri bahwa Islam adalah penyumbang utama bagi kemajuan peradaban Barat. <br />Islamisasi dalam konteks kesejarahan Rasulullah didasarkan pada fakta sosial yang melanda kaum Arab yang dibelenggu oleh pandangan hidup jahiliah. Dengan demikian wajib bagi Rasulullah untuk melakukan gerakan Islamisasi (dakwah) untuk mengubah lingkungan yang penuh kegelapan menuju pancaran cahaya Islam. Sebab dakwah memang tugas utama kenabian. <br />Kini umat Islam yang secara konsepsi al Qur’an adalah umat terbaik, justru secara empirik tengah dalam kondisi terpuruk dari segala sisi hidupnya. Umat Islam tak lagi berada dalam kejayaan dan persatuan. Umat Islam kini terpecah-pecah dalam ragam perbedaan yang sangat fundamental. Pemikiran, aqidah, pandangan hidup dan sistem hidup umat Islam kini sama dengan zaman jahiliah. Inilah yang sering disebut dengan istilah jahiliah modern. Serangan para kafir Barat dengan berbagai cara telah dengan telak melumpuhkan umat Islam. Umat Islam yang dahulu gagah kini menjadi seorang pesakitan yang lumpuh. Umat Islam yang dulu memimpin peradaban, kini menjadi pembebek dungu yang mudah dibohongi dan diadu domba. <br />Menurut Taqiuddin An Nabhani, dunia Islam kini berada dalam kekacauan epistimologi dan kemunduran pemikiran juga masih terus merasakan pedihnya keterbelakangan dan berbagai gonjangan. Faktor penyebab utama kemunduran umat Islam kini adalah lemahnya pemahaman umat terhadap Islam yang amat parah, yang merasuk kedalam pikiran kaum muslimin secara tiba-tiba. Bahkan ilmuwan Barat Gregory Bateson mengatakan, ” Sudah jelas bagi banyak orang bahwa banyak bahaya mengerikan telah tumbuh dari kekeliruan epistimologi Barat . mulai insektisida sampai polusi, malapetaka atomik, ataupun kemungkinan mencairnya topi es antariksa. Di atas segalanya, dorongan fantastik kita untuk menyelamatkan kehidupan-kehidupan perorangan telah menciptakan kemungkinan bahaya kelaparan dunia di masa mendatang”. <br /> Islamisasi yang dilakukan Rasulullah saat itu, menurut Adian Husaini telah mengantarkan para sahabat nabi yang jahiliyah menjadi orang-orang berkualitas yang cinta ilmu pengetahuan dan akhlak. Sebelumnya mereka bukanlah bangsa yang diperhitungkan, namun berkat tradisi keilmuwan yanh di dasarkan oleh oleh ayat-ayat Al Qur’an, mereka menjadi para pemimpin dunia yang sangat disegani. Mereka menjelma menjadi para generasi pembelajar sejati yakni orang beriman sekaligus berilmu. <br /> Dengan kata lain islamisasi sains yang dilakukan oleh Rasulullah telah melahirkan generasi yang senantiasa berfikir dan berzikir yang dalam istilah Al Qur’an disebut dengan istilah generasi Ulil Albab. Generasi Ulil Albab sebagai hasil dari proses pembelajaran memiliki beberapa ciri, diantaranya yang disampaikan oleh Prof. Didin Hafidhuddin dan Naquib al Atas. Dengan demikian genealogi atau sejarah Islamisasi Sains yang dilakukan oleh Rasulullah pada dasarnya adalah islamisasi epistimologi yang artinya perubahan landasan pemikiran dan cara pandang dari pemikiran jahiliah kepada landasan Al Qur’an. Dengan demikian Islam membedakan antara sains yang tidak bebas nilai dengan teknologi yang bebas nilai. Sebab dalam Al Qur’an dan Assunah bertebaran ayat-ayat yang mengajak umat untuk mencari ilmu dan ini menurut Mahdi Ghulsyani menjadi pembeda antara Islam dengan agama lain. <br /><br />MAKNA ISLAMISASI SAINS<br /> Berdasarkan perspektif genealogis diatas, maka menurut analisa penulis gerakan Islamisasi sains setidaknya memiliki sepuluh makna yang sekaligus menjadi landasan berpijak dalam proses islamisasi sekaligus menjadi filter bagi nalar para penolak islamisasi sains. Bagi para penolak islamisasi secara umum dilandaskan oleh pemahaman bahwa sains itu bebas nilai . Menurut penulis yang bebas nilai itu bukan sains melainkan teknologi sebagai hasil sains. Pandangan sains bebas nilai berakar dari pandangan Barat bukan dari Islam. Dengan demikian para pemikir muslim yang telah dirasuki pemikiran Barat telah mengalami kerancuan epitimologis. Kesepuluh makna Islamisasi sains yang dimaksud adalah : <br /> Pertama, Porosisasi. Maksud dari makna ini adalah bahwa Islamisasi sains adalah sebuah upaya menjadikan Islam sebagai poros berfikir atau sebagai landasan epistimologi. Sebaliknya harus meninggalkan pemikiran Barat sebagai sebagai poros berfikir yang selama ini justru dilakukan oleh banyak ilmuwan muslim. Biasanya ini adalah dampak dari banyaknya sanjana muslim yang mengenyam pendidikan dari Barat. Akhirnya secara psikologis mereka butuh sebuah pengakuan eksistensi pada lingkungan yang ada, hal ini tentu berbeda dengan para sanjana alumni Timur Tengah. Faktanya banyak sarjana muslim yang bersatu dalam barisan Jaringan Islam Liberal (JIL) hampir semuanya adalah sarjana-sarjana muslim jebolan Barat. Dengan demikian makna Islamisasi sains adalah perubahan poros (sumber) pemikiran dengan menjadikan Islam dan Al Qur’an sebagai poros epistimologi. Cara pandang Islam (Islamic Worldview) mestinya menjadi landasan dalam memahami segala macam persoalan hidup, bukan sebaliknya pemikiran Barat yang menjadi acuan pemikiran. Banyak upaya kaum liberal untuk menjauhkan Islam dan Al Qur’an sebagai poros berfikir melalui berbagai pemikiran menyimpang yang berasal dari epistimologi Barat yang destruktif. Umat harus memiliki saringan ideologis untuk melacak pemikiran sesat sekaligus melakukan counter attack dan memberikan solusi yang benar. Dengan demikian Islamisasi sains menjadikan Islam atau al Qur’an sebagai pusat orbit. Semua aspek kehidupan berputar dalam orbit Al Qur’an, sebagaimana alam semesta berputar dalam satu orbit dengan penuh keteraturan. Isalmisasi dalam arti porosisasi juga mengandung arti seluruh kehidupan harus disesuaikan dengan Islam, bukan Islam disesuaikan dengan kehidupan dan perkembangan zaman. <br /> Kedua, sterilisasi . Harus diakui pemikiran umat Islam kini telah banyak yang kerasukan virus-virus yang sangat berbahaya. Berbagai pemikiran Barat telah dengan masif diusung oleh para sarjana muslim dan disebarluaskan melalui kampus-kampus Islam seperti UIN di seluruh Indonesia. Akibatnya mahasiswa muslim yang notabene adalah para calon penegak panji-panji Islam justru berbalik arah menghujat dan menghina Islam. Lihatlah beberapa kasus pelecehan Al Qur’an yang dilakukan oleh seorang dosen di UIN Bandung, hingga mahasiswanya menulis spanduk, ”selamat datang di kampus bebas Tuhan”. Banyak motif yang menjadikan mereka kerasukan virus pemikiran, dari yang tidak sadar, sekedar mencari sesuap nasi hingga sengaja menjadi agen orang-orang kafir untuk merusak Islam. Memang ironis, para pemikir muslim yang mestinya mengusung kebangkitan Islam, justru mereka malah berusaha meruntuhkan Islam melalui kampus-kampus Islam. Karenanya tugas berat para pemikir dan akademisi muslim untuk mewujudkan kembali kampus-kampus yang islami. Mesti ada gerakan islamisasi kampus bagi kampus yang ada dan atau mendirikan kampus islami yang baru. Dalam sejarah kampus-kampus Islam pernah lahir pada zaman keemasan Islam . Setiap perjuangan membangun kebaikan akan selalu diiringi oleh orang-orang yang siap meruntuhkannya. Dan ini terjadi sejak zaman Rasulullah. Abdullah bin Ubay adalah salah satunya. Begitupun para Nabi dan Rasul yang lain, selalu dikelilingi oleh orang-orang yang merusak. Jika islamisasi Rasulullah berusaha mensterilkan pemikiran jahiliayh, maka hari ini islamisasi adalah upaya sterilisasi pemikiran umat dari bahaya pemikiran sekulerisme, liberalisme, pluralisme , demokrasi, kapitalisme, sosialisme, feminisme, nasionalisme, filsafat, gender, dan lain-lain. Semua pemikiran ini adalah sesat dan menyesatkan dan haram hukumnya umat mengadopsinya. Karenanya mesti ada upaya yang serius untuk membersihkan umat dari racun-racun pemikiran yang akan medekontruksi Islam ini. Umat harus disadarkan bahwa kita sedang berperang pemikiran (Ghozwul Fikr), karenanya harus menyiapkan senjata untuk memenangkannya. <br /> Ketiga, rekonstruksi. Umat Islam yang telah kerasukan pemikiran sesat ibarat rumah telah rubuh tiang-tiangnya. Karenanya harus dibangun ulang. Mesti ada upaya rekontruksi pemikiran umat jika tidak ingin islam ini akan musnah. Para pemikir muslim melalui kampus-kampus dan dakwah di masyarakat harus secara masif melakukan diagnosa sedah sejauh mana kerusakan pemikiran yang dialami oleh umat. Selanjutnya mesti dibangun ulang dengan pemikiran Islam yang benar. Rekontruksi setidaknya harus melalui empat langkah strategis yakni unfreezing, refreezing, moving dan comitment. Langkah unfreezing pemikiran sesat yang telah membeku tidaklah mudah, bahkan Rasulullah menemui banyak tantangan dan permusuhan kaum Quraisy kafir. Rasulullah harus mendapatkan ancaman pembunuhan. Usaha ini juga membutuhkan waktu dan konsentrasi tinggi, serta pengorbanan yang tidak sedikit. Namun berkat kesungguhan Rasulullah, unfreezing ini berhasil secara revolusioner. Hendaknya kita mampu meneladaninya. Setidaknya ada empat aspek yang harus direkontruksi dari apa yang melanda umat kini. Pertama, Rekontruksi paradigmatik mengacu kepada pelurusan ulang serta pembersihan ulang keilmuwan Islam dari virus-virus liberalisme sekuler dengan melakukan islamisasi sains. . dengan demikian hakekat islamisasi sains adalah islamisasi paradigma. Kedua, Rekontruksi politis mengacu kepada perjuangan politik agar Islam bisa diterapkan secara sistemik oleh negara, sebagaimana telah dilakukan Rasulullah melalui penegakan daulah Islamiyah dan yang telah diperjuangkan oleh generasi Natsir dkk. Ketiga, Rekontruksi metodologis mengacu kepada pembersihan metodologi penggalian dan pengajaran ilmu dari pengaruh metodologi Barat yang destruktif, seperti metodologi hermeneutik . Keempat, rekontruksi psikologis, mengacu kepada membangun ulang kepercayaan diri umat Islam sebagai umat terbaik dan melepaskan euforia mereka terhadap bangsa Barat kafir yang justru telah menyesatkannya.<br /> Keempat, pembaruan (tajdid). Meminjam istilah Wan Mohd Nor Wan Daud tajdid ini bisa disebut juga dengan istilah konseptualisasi yang mengacu pada upaya pemurnian (refinement). Pemurnian pada hakekatnya adalah reorientasi kepada ajaran asal dari pengadopsian pemikiran Barat. Kembali kepada ajaran asal bukan berarti harus berbentuk seperti kehidupan terdahulu pada zaman Nabi , melainkan harus dimaknai secara konseptual dan kreatif. Tajdid atau ishlah didefinisikan oleh Al Attas memiliki implikasi membebaskan. Artinya membebaskan manusia dari belenggu tradisi magis, mitologis, animistis, dan kultur kebangsaan yang bertentangan dengan Islam, pembebasan manusia dari pengaruh pemikiran yang sekuler terhadap pikiran dan bahasanya , atau pembebasan manusia dari dorongan fisiknya yang cenderung sekuler dan tidak adil dalam fitrah atau hakekat kemanusiaan yang benar. Pembaruan disini bukan dimaknai sebagaimana kaum liberal memaknai, bahwa ajaran Islam telah usang dan perlu diperbarui agar sesuai dengan perkembangan zaman. Pembaruan dalam Islam bukan menolak dan atau menghapuskann pendapat lama atau konsep asalnya, melainkan merupakan rekonseptualisasi yang kreatif berdasarkan akumulasi pemikiran lama yang dijalin dalam ikatan tradisi otoritas. Pembaruan dalam arti islamisasi dengan demikian adalah membuang pemikiran sesat yang merasuki umat untuk diganti dengan pemikiran Islam yang benar. John L Esposito menganalisa pembaharuan Islam sebagai upaya islamisasi secara lebih luas. <br /> Kelima, ideologisasi. Islam adalah sebuah ideologi dan peradaban. Islam adalah agama yang memancarkan aturan hidup di dunia dalam segala aspeknya untuk mencapai kebahagiaan hakiki. Islam bukanlah semata-mata agama ritual sebagaimana kristen, budha, dan hindu. Islam adalah agama wahyu, bukan agama sejarah (historical religion) sebagaimana kristen, budha, dan hindu. Agama lain tidak pernah memiliki aturan yang permanen tentang bagaimana mengatur aspek-aspek hidup seperti ekonomi, pendidikan, budaya, politik, pergaulan, ibadah. Aturan ini hanya ada pada Islam. Inilah yang kemudian Islam disebut sebagai sebuah ideologi. Bukan sekedar ritual melainkan juga peradaban. Untuk itu Islam mestinya dijadikan sebagai pandangan hidup dan jalan hidup bagi umat baik dalam pola fikir dan pola sikap. Islam harus dijadikan sebagai acuan mengatur individu maupun sosial, keluarga maupun negara. Islam bukan sekedar agama individu melainkan untuk kesejahteraan manusia dan alam semesta (rahmatan lil alamin). Ideologisasi sebagai makna dari islamisasi adalah upaya mengembalikan umat Islam agar memiliki cara pandang Islam terhadap segala aspek hidupnya dan menggunakan Islam sebagai solusi atas seluruh permasalahan hidupnya dan membuang jauh-jauh cara pandang Barat yang sekuler dari pola fikir dan pola sikapnya. Dengan demikian perjuangan idologis mengharuskan umat untuk menempuh jalur politis sebagai upaya untuk mewujudkan negara Islam. Sebab bagaimana mungkin seluruh aspek kehidupan yang islami akan terwujud jika tidak ditopang oleh negara. Dan inilah pula yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasulullah selain berdakwah secara kultural juga secara struktural, tanpa harus larut dalam sistem jahiliah. Itulah kenapa Rasulullah menolak untuk dijadikan sebagai pemimpin oleh orang kafir dengan syarat mau menghentikan dakwah, hingga beliau berhasil menegakkan negara madinah berdasarkan ajaran Islam dan Rasulullah sendiri yang langsung jadi pemimpin negaranya. Kepemimpinan umat inilah yang kemudian diwarisi oleh para sahabat dan khalifah. Sebab mereka sadar betul betapa penting dan fundamentalnya kepemimpinan Islam bagi eksistensi, dan kemajuan Islam bahkan sebagai pemersatu umat. Sayang pewarisan itu tak lagi terwujud semenjak 83 tahun yang lalu. Kini umat telah bercerai berai dan tak lagi punya jati diri apalagi hegemoni. Reideologi islam, dengan demikian adalah sebuah keniscayaan dan bersifat permanen. Ideologisasi ini bisa juga diberi makna dengan fundamentalisasi dan primordialisasi. <br /> Keenam, dewesternisasi. Gerakan ini bisa dimaknai sebagai proses pelelehan (unfreezing) virus-virus pemikiran Barat yang destruktif yang telah lama mengakar dan mendarahdaging dalam pikiran umat Islam. Pemikiran Islam telah lama tercerabut dari umat dan telah bersemanyam pemikiran Barat. Dewesternisasi ini harus bersifat fundamental dan revolusioner, sebab epistimologi Barat jelas bertentangan secara diametral dengan Islam. Dewesternisasi harus bersifat totalitas, bukan parsial. Sebab Islam itu bersifat sistemik, diantara aspek saling terkait satu dengan yang lainnya. Dewesternisasi pada prinsipnya juga merupakan gerakan dan kesadaran demodernisasi. Sebab modernisme, neomodernisme dan postmodernisme telah menyumbang untuk kehancuran keilmuwan dan peradaban Islam. <br /> Ketujuh, kebangkitan (an nahdhah). Menurut Hafidz Shalih, umat Islam sering salah paham atau pahamnya salah terhadap kata kebangkitan Islam. Buktinya seringkali secara otomatis tergambar dalam benak kita bahwa kebangkitan adalah kemajuan dalam bidang keilmuwan, makin meningkatnya produksi, pesatnya perkembangan industri, canggihnya teknologi, dan banyaknya penciptaan alat-alat yang mempermudah kehidupan. Hal ini terjadi karena adanya pemahaman bahwa kebangkitan adalah kemajuan. Dengan demikian negara yang maju ekonominya atau pendidikannya dianggap negara yang bangkit. Kebangkitan Islam pada dasarnya adalah kebangkitan pemikiran bukan yang bersifat bendawi. Kemajuan bendawi hanyalah salah satu dampak dari kebangkitan. Dengan demikian kebangkitan umat Islam akan terwujud ketika pemikiran umat islam telah tercerahkan oleh pemikiran yang cemerlang (mustanir) yang dilandaskan oleh Al Qur’an. Pemikiran yang telah tercerahkan (mustanir) adalah pemikiran yang paling tinggi ( dibanding pemikiran dangkal dan mendalam) yang mampu mengantarkan pada kebangkitan Islam. Kajian filsafat yang bersentuhan dengan realita hanya sampai pada pemikiran yang mendalam karena dilandaskan kepada akal semata, sedangkan pemikiran cemerlang hingga menemukan siapa pencipta dibalik realita. Analisa Samuel Hintington menyimpulkan bahwa kebangkitan Islam dalam makna yang paling dalam dan paling luas , merupakan fase akhir dari hubungan antara Islam dengan Barat; sebuah upaya untuk menemukan ”jalan keluar” yang tidak lagi melalui ideologi-ideologi Barat, tapi di dalam Islam. Ia merupakan perwujudan dari penerimaan terhadap modernitas, penolakan terhadap kebudayaan Barat, dan rekomitmen terhadap Islam sebagai petunjuk hidup dalam dunia modern. Islam bukan sekedar agama melainkan juga way of life. Kebangkitan Islam merupakan pengejawantahan usaha-usaha yang dilakukan oleh umat Islam untuk mencapai tujuan ini. Ia adalah sebuah gerakan intelektual, kultural, sosial dan politis yang menyebar di seluruh dunia Islam. Fundamentalisme islam biasanya hanya dikaitkan dengan gerakan politik Islam, padahal itu hanya merupakan salah satu komponen kebangkitan Islam yang lebih luas. Kebangkitan tersebut mencakup ide-ide, praktek-praktek, retorika, dan pengembalian ajaran Islam pada sumber-sumber asasinya : al Qur’an dan as Sunnah yang dilakukan oleh umat Islam. Dengan demikian kebangkitan ini berkonsekuensi mempengaruhi setiap umat Islam di berbagai negara dan terhadap semua aspek kehidupan, sekalipun awalnya bisa jadi melalui islamisasi sains. <br /><br />DAMPAK BURUK EPISTEMOLOGI BARAT<br /> Sains modern sebagai konsekuensi hegemoni epistimologi Barat terbukti bersifat destruktif. Berbagai kerusakan di bumi dan di laut diakibatkan oleh pola fikir dan pola sikap mereka yang hanya mendasarkan perilakunya untuk kepentingan nafsu keserakahan mereka tanpa peduli terhadap dampak buruk bagi kemanusiaan.<br /> Haidar Bagir mencatat setidaknya ada dua dampak epistimologi Barat yakni dampak yang bersifat fisis dan nonfisis. Dampak fisis merujuk pada kerusakan lingkungan dikarenakan terlalu banyaknya campur tangan manusia sekuler di dalamnya. Akibatnya alam berada kondisi yang sangat labil, pemanasan global semakin mengancam, lapisan ozon semakin menipis yang mengakibatkan timbulnya penyakit minamata di Jepang, kemungkinan terjadinya perang nuklir. Ramalan club of Rome lebih mengerikan lagi : jika kecenderungan yang ada kini berlangsung terus maka satu abad lagi manusia akan mengalami kehancuran, karena batas daya bumi akan terlampaui akibat pertumbuhan maksimum yang akan dicapai dalam satu abad ini. Pertumbuhan ini diakibatkan oleh industrialisasi, polusi, penggunaan sumberdaya alam tak terbarui, produksi pangan, dan jumlah penduduk. <br />Munculnya rekayasa genetika juga merupakan akibat dari sains modern yang kebablasan. Dampak lain adalah dampak psikologis yang ditandai dengan meningkatnya statistik penderita depresi, kekelisahan, psikosis, dan sebagainya. Sebagaimana pada abad ke 17, terjadinya distabilisasi dan keterpecahan ketika paradigma keagamaan digugat yang mengakibatkan meningkatnya pelaku bunuh diri. Keseluruhan krisi diatas menurut Ziauddin Sardar diakibatkan oleh kesalahan paradigma sains Barat beserta penerapannya.<br />Dampak lain dari sains modern yang bersifat nonfisis adalah munculnya penyimpangan pola fikir dan pola sikap manusia. Ini tampak pada dominasi rasionalisme dan empirisme sebagai pilar utama saintific method dalam penilaian atas realitas-realitas. Baik realitas sosial, individual dan bahkan keagamaan. Dampak ini, meminjam istilah Herman Kahn disebut dengan budaya inderawi yakni yang bersifat empiris, duniawi, sekuler, humanistik, pragmatis, utilitarian, dan hedonistik. Haidar Bagir memberi istilah fenomena dampak nonfisis ini dengan imperialisme epistimologis.<br />Descartes misalnya, melihat bahwa semua makhluk material adalah semacam mesin yang diatur oleh hukum-hukum mekanis yang sama; tubuh manusia terdiri dari materi yang tak lebih dari pada hewan dan tumbuhan. Selain dunia mekanis ini, ada lagi yang disebutnya dunia spiritual. Keduanya terpisah sama sekali, bahkan semua fenomena material, menurutnya, memiliki basis material saja. Inilah awal sekulerisme. <br /> <br />KARAKTERISTIK ISLAMISASI SAINS <br /> Islam adalah agama dan peradaban. Islam bukanlah agama ritual semata. Islam adalah ideologi yang menjadi jalan hidup (way of life) yang memancarkan aturan dan system yang sempurna dalam segala aspek kehidupan. Peradaban Islam yang dibangun melalui islamisasi sains sejak zaman Rasulullah merupakan peradaban baru yang menggantikan perubahan peradaban jahiliah. Peradaban tidaklah bersifat linear sebagaimana di ungkapkan oleh Samuel P Huntington. <br />Paradaban mengalami pergantian dari satu peradaban dengan peradaban yang lain secara mendasar. Sebabnya karena pondasi dari peradaban dunia adalah ideologi. Itulah sebabnya setiap ideologi pasti akan terjadi benturan-benturan. Dua peradaban tidak mungkin terjadi asimilasi, sebab peradaban bersifat khas dan mendasar bukan bersifat asimilatif. Dengan demikian, Islam dan Barat adalah dua peradaban yang tidak mungkin disatukan dan dilakukan rekonsiliasi sebagaimana sering diucapkan oleh para penganjur liberal. Islam dan Barat selalu dianjurkan untuk dikompromikan. Padahal mereka sesungguhnya sedang menjadikan peradaban Barat sebagai cara untuk mendekonstruksi pemikiran dan ideologi Islam. <br />Dalam sejarah dakwah, Rasulullah tidak pernah melakukan keputusan kompromistik terhadap sistem jahiliah. Rasulullah justru melakukan apa yang disebut dengan pergolakan pemikiran (siraul fikr) dengan cara memberikan penyadaran yang fundamental kepada setiap individu agar mengadopsi pemikiran dan sistem Islam. Rasulullah juga melakukan manufer-manufer politik (kifahu as siyasi) dengan cara membongkar kebobrokan sistem dan pemikiran jahiliah dan memberikan alternatif penggantinya yakni pemikiran dan sistem Islam. Inilah yang menjadi cikal bakal ghozwul fikr. <br />Dalam sejarah, Rasulullah tidak pernah melakukan kompromi pemikiran maupun politik dengan orang-orang kafir jahiliah. Bahkan Rasulullah dengan tegas menolak upaya rekonsiliasi dengan iming-iming mendapat kekuasaan, harta dan wanita. Rasulullah menjawab dengan sumpahnya yang terkenal : seandainyapun kalian mampu meletakkan matahari ditangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku berhenti berdakwah, maka aku tidak akan pernah menghentikan dakwah ini hingga kemenangan tercapai atau aku binasa karenanya. <br />Didasarkan oleh kerangka pemikiran diatas maka dengan demikian islamisasi sains tentu memiliki karakteristik yang khas. Diantara karakteristik islamisasi sains yang dimaksud adalah : <br />Fundamental. Islamisasi sains harus berangkat dari akarnya yang paling mendasar (radikal). Sebab pemikiran Islam adalah pemikiran yang murni berasal dari Allah SWT yang tercantum dalam al Qur’an dan telah disimulasikan oleh Rasulullah hingga tegaknya peradaban Islam. Islam memiliki epistimologi tersendiri yang berbeda dengan agama apapun di dunia. Islamisasi sains harus merujuk pada akar pemikiran Islam dan menjauhi seluruh pemikiran yang berasal dari Barat. Pemikiran Barat dibangun diatas akal dan nafsu sedangkan pemikiran Islam dibangun diatas wahyu. Jelas merupakan dua hal yang berbeda sama sekali dan tak mungkin disatukan. Disinilah cara pandang Islam (Islamic Worldview) menjadi langkah awal yang harus ditempuh dalam upaya islamisasi sains dan peradaban. Dalam perspektif ini istilah Islam radikal dan fundamentalis bukanlah sebuah masalah. Sebab islam memang sebuah ideologi yang memiliki dasar dan pondasi berfikir yang khas, dan berbeda dengan ideologi yang lain. Hanya saja kedua istilah ini distigmatisasi oleh Barat untuk menjatuhkan Islam. Sayangnya umat Islam tidak memiliki pemahaman yang proporsional. Akibatnya umat Islam terpancing dan mengadopsinya. Umat Islam yang awam bahkan mempercayai bahwa Islam fundamentalis berarti teroris. Bahkan mendagri India Shri P Chidamram mengatakan bahwa jihad adalah terorisme (Republika, 5/1/2010). Padahal semua istilah-istilah itu sengaja diciptakan untuk menjebak kaum muslimin dan untuk memuluskan kampanye mereka tentang paham pluralisme, HAM, Demokrasi, Nasionalisme, Islam moderat dan sejenisnya. <br />Revolusioner. Islamisasi sains yang artinya adalah Islamisasi epistimologi yang bersifat paradigmatik adalah perubahan yang bersifat total dan mendasar. Sebab epitimologi Barat jelas bertentangan seratus persen dengan Islam dan menimbulkan kerusakan (destruktif). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh ilmuwan Barat Gregory Bateson , ” Sudah jelas bagi banyak orang bahwa banyak bahaya mengerikan telah tumbuh dari kekeliruan epistimologi Barat . mulai insektisida sampai polusi, malapetaka atomik, ataupun kemungkinan mencairnya topi es antariksa. Di atas segalanya, dorongan fantastik kita untuk menyelamatkan kehidupan-kehidupan perorangan telah menciptakan kemungkinan bahaya kelaparan dunia di masa mendatang”. Adapun epistimologi Islam adalah konsepsi paradigmatik yang berasal dari Tuhan Yang Maha Benar, Allah SWT melalui lisan Rasulnya yang maksum Muhammad SAW yang diutus untuk rahmat bagi alam semesta. Revolusioner juga merujuk pada perubahan paradigma baru dengan membuang sama sekali paradigma lama sampai akar-akarnya. Rasulullah terbukti membuang semua paradigma jahiliah dan menggantikan dengan paradigma Islam. <br />Sistemik. Pengelolaan yang salah terhadap sumber daya alam, penyalahgunaan alat-alat teknologi dan berbagai sikap yang destruktif sesungguhnya bersumber dari epistimologi yang salah. Inilah yang terjadi di dunia Barat. Begitupan yang terjadi pada orang-orang jahiliah. Kerusakan kehidupan pada saat itu karena kerusakan pola fikir mereka dalam memandang realitas hidup. Perubahan epistimologi jahiliah oleh Rasulullah berdampak sistemik berupa terbangunnya sebuah peradaban mulia yang diakui oleh dunia. Dengan demikian epistimologi yang benar akan berdampak sistemik terhadap aspek-aspek kehidupan yang lain. Islamisasi sains dengan demikian, jika diterapkan akan berdampak sistemik terhadap semua aspek kehidupan manusia. Dampak sistemik yang konstruktif inilah yang disebut dengan istilah rahmatan lil’alamin. Islamisasi sains dengan demikian akan berdampak pada terbangunnya kembali peradaban Islam yang kini telah hilang tak tersisa. Kembalinya peradaban Islam tentu akan menggetarkan dan menghawatirkan orang-orang Barat kafir. Mereka tidak akan pernah berhenti untuk menghambat kemajuan Islam sampai kapanpun. Islamisasi sains, dengan demikian tidak akan pernah sepi dari tantangan dan hambatan yang datang dari Barat dan gerombolan Islam liberal. <br />Integralistik. Islam adalah sebuah sistem yang bersifat integralistik dan tidak bersifat dikotomostik. Islamisasi sains dengan demikian juga harus mengacu pada integrasi ilmu pengetahuan. Sebab al Qur’an dengan jelas membicarakan tentang ilmu duniawi dan juga ilmu akherat secara bersamaan. Meminjam istilah Al Ghazali dengan ilmu agama dan nonagama. Sebab penguasaan ilmu ini hakekatnya bertujuan untuk kebahagiaan dunia akherat. Karenanya menurut Syed M Naquib Al Attas faktor utama penyebab kemunduran umat Islam adalah lemah dan rusaknya ilmu pengetahuan (corruption of knowledge) sehingga tidak lagi bisa dibedakan antara kebenaran dan kepalsuan. Al Faruqi dalam konsepsinya tentang Islamisasi sains istilah integralistik ini merujuk pada format ulang terhadap seluruh disiplin ilmu dengan cara menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam metodologi, strategi, data, masalah, obyek serta setiap inspirasinya, agar sesuai dengan Islam dalam kerangkan membentuk tauhid. <br /><br />KESIMPULAN<br /> Merujuk pada kajian dan analisa diatas menunjukkan bahwa Islamisasi sains dan kampus sesungguhnya merupakan perubahan paradigmatik yang berdampak sistemik. Keduanya (baca : islamisasi sains dan kampus) didasarkan oleh proses pelurusan dan pemurnian epistimologis yang notabene telah terpenetrasi oleh paradigma Barat yang menyimpang. Karenanya makna islamisasi kampus merujuk pada manajemen pengelolaan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Hal-hal yang bersifat fisik bangunan dan hasil-hasil teknologi bersifat netral dan merupakan dampak dari islamisasi manajemen tersebut. <br />Gerakan islamisasi ini bahkan bisa ditelusuri secara genealogis semenjak Rasulullah diangkat sebagai Rasul dan bertugas untuk mendakwahkan Islam untuk mengganti ideologi dan paradigma jahiliah yang destruktif. Sains (ilmu pengetahuan) tidaklah bersifat netral dan bebas nilai sebagaimana diklaim oleh orang Barat dan orang liberal. Islamisasi sains menjadi sebuah keharusan karena didasarkan oleh fakta kemunduran umat Islam yang dulu telah mengalami kejayaan peradaban. Nalar para penolak Islamisasi sains hanya didasarkan oleh pemahaman bahwa sains adalah bebas nilai adapau penyimpanganya karena faktor manusia. Selain mindset mereka dibangun dari epistimologi Barat, mereka juga tidak pernah mendasarkan pemikirannya pada upaya kebangkitan Islam dari fakta keterpurukan hari ini. Wajar jika mereka menolak islamisasi sains. <br />Dengan demikian Islamisasi sains dan kampus adalah sebuah keharusan dan kewajiban seluruh kaum muslim dengan menjadikan Islam sebagai poros berfikir (islamic thinking) dan pandangan hidup (islamic worldview) sekaligus menjadikan Islam sebagai ideologi yang memancarkan sistem dan aturan hidup (ideologi) menuju kebahagiaan dan kesejahteraan bagi alam semesta, dunia dan akherat.ahmadsastrahttp://www.blogger.com/profile/07906776347451774301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1616509755627074176.post-89066322290785789602010-05-24T21:02:00.000-07:002010-05-24T21:05:24.093-07:00Tradisi Keilmuwan IslamTRADISI KEILMUAN ISLAM<br /><br />AHMAD ASSASTRA <br /><br />Sebuah Renungan<br /><br />Biarkan hari-hari berbuat semaunya. Dan buatlah hati ini rela ketika taqdir ini tiba. Jangan gelisah dengan kelamnya malam. Karena peristiwa di dunia ini tidak ada yang abadi.<br />(Imam Syafe'i)<br /><br /><br />Berhenti tak ada tempat dijalan ini (Islam), sikap lamban berarti mati, siapa yang bergerak, dialah yang akan maju ke depan dan siapa yang menunggu, sejenak sekalipun, pasti akan tergilas<br />(DR. Muhammad Iqbal)<br /><br /><br />Ya Rabb, jika tidak terhalang oleh lautan dan samudra yang terbentang luas dihadapanku ini, maka aku akan menerobos seluruh daratan untuk berjuang dihadapan-Mu <br />(Uqbah bin Naafi' )<br /><br />Wahai para pejuang Allah, di hadapan kalian adalah musuh dan dibelakang kalian adalah lautan. Saatnya kita maju berjuang, pantang pulang dengan kekalahan. Pertahankan jiwa kalian. Ingat, hanya ada dua pilihan : hidup mulia atau mati syahid.<br />(Thariq bin Ziyad)<br /><br /><br />" ……kesatuan tunggal yang tidak ada tandingannya dalam mempengaruhi sektor keagamaan dan duniawi secara bersamaan merupakan hal yang mampu menjadikan Muhammad untuk layak dianggap sebagai sosok tunggal yang mempengaruhi sejarah umat manusia "<br />(Hart D Michael)<br /><br />Tidak ada istilah cuti dalam berjuang. Pesantren adalah lembaga perjuangan untuk menegakkan panji-panji Islam. Pesantren hanya akan diwarisi oleh para pejuang. Barang siapa memperjuangkan agama Allah, pasti Allah akan menolongnya. Itulah pentingnya kita bermental pejuang. Sekalipun para pendahulu telah meninggal, tapi pesantren ini tidak boleh mati. Pesantren harus tetap tegak sampai kiamat. Karenanya, proses kaderisasi adalah sebuah keharusan. <br />(Mad Rodja Sukarta)<br /><br /><br />PRAKATA<br /><br />Segala puji bagi Allah yang telah menjadi sumber energi umat manusia dan alam semesta sehingga kita masih terus bersemangat memperjuangkan nilai-nilai-Nya, baik dalam kondisi bersedih maupun dalam kondisi senang, baik dalam kondisi sendiri maupun berjamaah. Salawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para nabi dan rasul, tidak ada nabi sesudahnya, yang telah mengantarkan kita pada pemahaman beragama yang lurus. Semoga keselamatan dan kebahagiaan beliau menjadi keselamatan dan kebahagiaan kita juga sebagai umatnya. Amin.<br />Darul Mutaqien, sejak berdirinya telah genap berusia 20 tahun (1988 – 2008). Dua puluh tahun adalah usia yang bisa dikatakan cukup matang untuk sebuah lembaga pendidikan. Berbagai perubahan dan kemajuan telah dicapai oleh Darul Muttaqien, sekalipun harus diakui masih banyak potensi yang belum kita kembangkan. Berbagai ujian dan tantangan, dan ujian silih berganti menyapa dan menghampiri Darul Muttaqien. Namun saya menyadari sepenuhnya bahwa ujian dan rintangan adalah paket bagi perjuangan kebaikan. Lihatlah para nabi dan rasul yang sepanjang hidupnya tidak pernah sepi dari ujian dan tantangan. Padahal mereka adalah manusia-manusia agung yang dijamin masuk surga.<br />Apalah lagi kita sebagai hamba biasa. Sebab Allah sendiri telah menyatakan dalam Al Qur'an, bahwa janganlah kita mengatakan telah menjadi orang beriman, jika belum pernah merasakan ujian. Ujian pada hakekatnya adalah sebuah keniscayaan untuk menyaring kita menjadi orang yang lebih berkualitas. Untuk bisa naik kelas, tentu seorang santri harus menempuh ujian terlebih dahulu bukan?. Untuk menjadi emas yang indah, mesti ada proses penempaan dan pembakaran bukan?. Untuk menjadi keramik yang indah dan berharga mahal, bukankah tanah liat itu harus dibakar terlebih dahulu. Begitulah kehidupan.<br />Darul Muttaqien sebagai lembaga tafaqquh fiddin selalu berharap untuk bisa memberikan konstribusi-konstruktif terhadap peningkatan kualitas umat dengan cara mendidik dan membina santri sebagai generasi muda penerus bangsa. Harapannya, tentu agar umat Islam menjadi umat terbaik yang mengusung kembali kejayaan Islam yang dulu pernah ada. Para generasi muda muslim inilah yang akan menjadi pelopor untuk mengembalikan peradaban emas yang telah diraih para pendahulu. <br />Dua puluh tahun saya telah mengemban amanah untuk memimpin pesantren ini. Tentu banyak kekurangan yang ditemukan, mengingat saya adalah manusia biasa. Namun saya tetap bersemangat untuk membangun cita-cita besar. Saya hanyalah orang yang meletakkan pondasi awal untuk kemudian diteruskan oleh generasi selanjutnya. Generasi selanjutnya harus lebih baik dari generasi sekarang. Pesantren ini seluruhnya adalah wakaf yang telah diserahkan kepada Allah untuk kita kelola. Itu artinya kini kita sedang tinggal di tanah wakaf. Ini adalah amanah besar. Amanah besar hanya akan mampu dipikul oleh orang besar. Semua pendahulu pesantren ini boleh mati, tapi pesantren ini harus tetap hidup dan tegak hingga hari kiamat kelak. Camkan ini baik-baik. <br />Dua puluh tahun adalah usia yang baik untuk kita renungkan ulang, apa yang sesungguhnya telah kita berikan kepada Pesantren pada khususnya dan umat Islam pada umumnya. Buku kecil ini adalah sebuah refleksi bagi kita semua agar dikemudian hari kita semakin menyadari untuk meningkatkan kualitas diri kita, meningkatkan keikhlasan kita, meningkatkan kesungguhan kita dan meningkatkan kemandirian kita, serta mengukuhkan mental pejuang dalam diri kita. Sebab pesantren sebagai lembaga perjuangan hanya akan diwarisi oleh para pejuang. <br />Semoga niat dan perjuangan kita di pesantren ini menjadi amal ibadah bagi kita semua. Sehingga kelak kita dicatat oleh Allah sebagai para syuhada yang menghuni surga nan abadi. Kabulkanlah doa kami ini ya Allah. Amin. <br />Semoga buku kecil ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. <br /><br /><br />DAFTAR ISI<br /><br /><br />Sebuah Renungan<br />Prakata <br />Daftar isi<br />Menimbang Kualitas Umat Dulu dan Sekarang<br />Menvisualisasikan Tantangan Masa Depan<br />Menyadari dan Mengoptimalkan Potensi Diri<br />Urgensi dan Peran Pemuda Islam<br />Identifikasi Tantangan Pemikiran<br />Liberalisme dan Hilangnya Rasa Malu <br />Karakter Generasi Pembelajar<br />Ketika Badai Kesulitan Menghadang.<br />Sekilas Sejarah Darul Muttaqien<br />Peran Pesantren dalam Kebangkitan Umat<br />Merajut Silaturahim, Membangun Silah Ukhuwah.<br />Silaturahim sebagai Pembentuk Ruh Jamaah<br />Saatnya Berubah dan Bangkit<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Menimbang Kualitas Umat Dulu dan Sekarang<br /> Pada masa kejayaannya, umat Islam telah berada di bawah pemerintahan yang tunduk pada peraturan dan hukum Islam. Pola hidup dan pemikiran mereka berjalan sesuai dengan ajaran dan bimbingan Allah SWT. Perjuangan mereka dalam mengemban risalah dari Allah SWT diarahkan untuk menyebarluaskan ajaran Islam dan menjunjung tinggi kalimat Allah, meskipun untuk itu mereka harus menyingkirkan rintangan fisik dan non fisik. <br /> Dalam lembaran sejarah yang ditulis oleh para ahli sejarah dalam siroh nabawiyah maupun sejarah kekhalifahan sangat jelas bahwa umat terdahulu telah mencapai puncak kegemilangan dan kejayaan yang luar biasa. Bukan saja hal ini diakui oleh para ilmuwan muslim, melainkan juga oleh para pakar sejarah non-muslim. Kekuasaan Islam sejak Nabi Muhammad hingga runtuhnya Daulah Usmaniyah di Turki pada tahun 1924 oleh agen Yahudi Mustafa Kemal Attaturk telah membuktikan hal tersebut. <br /> Saat itu umat Islam dalam sebuah persatuan dan kesatuan di bawah satu kepemimpinan umat sedunia untuk mengemban dakwah keseluruh negeri. Pelopor dakwah Islam di Indonesia yang dilakukan oleh wali sanga yang notabene utusan dari Daulah Islamiyah adalah salah satu bukti penyebaran ajaran Islam itu. <br /> Kejayaan umat terdahulu telah menggoreskan kegemilangan dalam berbagai bidang kehidupan baik politik, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan ekonomi. Berbagai peninggalan sejarah telah membuktikan hal tersebut. Selama kurang lebih 1000 tahun Islam telah memimpin dunia dengan landasan aqidah yang lurus. Dari sinilah kemudian lahir sebuah tatanan kehidupan yang penuh kemuliaan dan kemajuan. Ideologi Islam telah menjadi sumber kejayaan yang tidak pernah terbantahkan. <br /> Semangat dan kesungguhan juang para pendahulu kita mestinya hari ini mampu menjadi daya ungkit dan pemicu motivasi kita untuk mewarisinya. Keberanian dan kemuliaan Nabi Muhammad di medan perang, kesungguhan Imam Syafe'i dalam menggali ilmu, kegagahan Uqbah bin Naafi dalam memimpin pasukan Islam, keluasan ilmu Imam Ali bin Abi Thalib, ketegasan Umar bin Khatab, dan kesungguhan para ulama terdahulu dalam menggali dan mengkaji khasanah keilmuwan Islam tercatat dengan jelas dalam lembaran sejarah. <br /> Pada masa kejayaan Islam inilah, lahir para ilmuwan muslim yang telah menjadi inspirasi dan sumber rujukan para ilmuwan barat kini. Di bidang matematika kita mengenal Al Khawarizmi, Abu Kamil Suja', Al Khazin, Abu Al Banna, Abu Mansur Al Bagdadi, Al Khuyandi, Hajjaj bin Yusuf dan Al Kasaladi. Di bidang Fisika kita mengenal Ibnu Al Haytsam, Quthb Al Din Al Syirazi, Al Farisi dan Prof. Dr Abdus Salam. Dalam bidang kimia ada Jabir bin Hayyan, Izzudin Al Jaldaki, dan Abul Qosim Al Majriti. Dalam bidang biologi ada Ad Damiri, Al Jahiz, Ibnu Wafid, Abu Khayr, dan Rasyidudin Al Syuwari. Dalam bidang kedokteran ada Ibn Sina, Zakariyya Ar Razi, Ibnu Masawayh, Ibnu Jazla, Al Halabi, Ibnu Hubal dan masih banyak lagi. Dalam bidang astronomi kita mengenal Al Farghani, Al Battani, Ibnu Rusta Ibnu Irak, Abdul rahman As Sufi, Al Biruni dan tokoh ilmuwan muslim lainnya. Dalam bidang geografi kita mengenal Ibnu Majid, Al Idrisi, Abu Fida', Al Balkhi, dan Yaqut al Hamawi. Dan dalam bidang sejarah kita mengenal Ibnu Khaldun, Ibnu Bathutah, Al Mas'udi, At Thabari, Al Maqrisi dan Ibnu Jubair.<br /> Kini semua ini telah menjadi kenangan. Seolah semuanya berlalu bagai mimpi, yang tinggal bayang-bayang saja. Umat Islam kini telah merosot kedudukannya, bersamaan dengan kemerosotan itu hilang pula kekuatan moral (akhlak) dan daya pikirnya. Sehingga pada siang hari yang cerahpun mereka melihat yang haq sebagai kebhatilan, sedangkan yang bhatil dianggap sebagai sesuatu yang haq dan benar. Kondisi umat hari ini telah menjadikan kebiasaan menjadi kebenaran dan tak lagi terbiasa dengan kebenaran. Ada sebuah keterputusan mata rantai sejarah kegemilangan ini.<br /> Kini umat Islam dalam kondisi terjajah dalam semua bidang kehidupan. Dalam bidang politik, kini umat Islam tak lagi mampu menjadi pemimpin dunia bersamaan dengan runtuhnya Daulah Islamiyah, dari sinilah umat Islam mulai tercerai-berai menjadi berbagai ikatan kebangsaan (nasionalisme), kesukuan dan bahkan kepartaian yang sempit. Para penjajah telah membagi-bagi dunia Islam terkeping-keping dan menjadikannya terkotak-kotak. Dengan senjata demokrasi dan HAM ciptaan barat, umat Islam telah kehilangan segala-galanya. <br />Tidak jarang umat Islam mudah sekali diadu domba dikarenakan tak ada pemimpin umat yang dipatuhi. Ketika umat Islam dibelahan dunia dizalimi dan dibantai, kita bahkan tak bisa berbuat apa-apa. Inilah fakta kondisi umat jika tak ada kepemimpinan. Dalam bidang ekonomi, umat Islam hanyalah menjadi negeri miskin penghutang dan pengemis negara maju, padahal negeri-negeri Islam memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Kekayaan alam telah dikeruk oleh negara-negara maju dengan sistem kapitalistiknya. Padahal dalam Al Qur'an kita dilarang untuk minta bantuan kepada kaum zalim penjajah itu. " Dan janganlah kamu cenderung (minta bantuan) kepada orang-orang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api jahanam. Dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong selain Allah SWT, sehingga kamu tidak akan diberi pertolongan/kemenangan (atas musuh-musuh kalian) (QS. Huud : 113)<br />Dalam bidang budaya kita telah lama dijajah oleh budaya barat yang permisif dan tidak mengindahkan moral. Budaya Islam tak lagi menjadi panutan oleh sebagian besar umat Islam. Akal pikiran kita telah tunduk kepada peraturan dan hukum barat. Perikehidupan, etika pergaulan, sistem pendidikan, dan tata cara bermuamalah mereka telah menjadi idola, cita-cita serta tujuan hidup sebagian besar umat Islam. Bahkan ada umat Islam yang mengatakan " Islam sudah berakhir dan tidak akan kembali lagi. Bangsa yang besar dan mulia saat ini adalah bangsa yang mengikuti peradaban barat atau mengikuti gaya hidup sekuler dan jejak kaum nasionalis". Bahkan ada juga yang dengan lantang mengatakan "Kita harus bermental Eropa, kita harus memegang kendali pemerintah dan bekerja seperti mereka. Kita sesuaikan segala teori serta praktek dengan teori dan praktek mereka."<br /> Tentu kondisi ini sangat kita sesalkan, kenapa kita membiarkan alam pikiran kaum kafir menyerbu daerah pertahanan kita dan dengan leluasa memecah belah dan menghancurkan Islam. Tanpa sadar kita ikut merobohkan bangunan kehormatan dan kemuliaan itu. Bahkan lebih jauh dari itu, kita telah turut memporak-porandakan sumber kejayaan dan lambang kekuasaan kita, yaitu pemerintahan Islam yang kokoh dan utuh. Tanpa terasa kini kita telah mengabaikan Islam sebagai ideologi. Kini kita terjebak memaknai Islam hanya sebatas ritual dan seremonial. Padahal kita sadar Islam adalah sistem kehidupan yang akan memberi solusi dan memancarkan kemuliaan dalam kehidupan. <br /> Namun ada fenomena aneh hari ini. Bagaimana tidak, ketika kita kini justru menginginkan agar dunia barat datang lagi untuk melindungi, mengatur, dan mencampuri urusan negeri kita. Padahal kita telah tahu bahwa justru merekalah yang menanamkan benih sengketa dan ranjau perpecahan, serta menyulut peperangan diberbagai belahan dunia Islam. Merekalah bidan atas kelahiran negara Israel dan sutradara atas berbagai peperangan di Irak, Iran, Libanon, dan negara Timur Tengah. Dengan demikian ideologi barat sesungguhnya adalah destruktif<br /> Karenanya tidak ada solusi yang paling komprehensif kecuali mengembalikan lagi Islam ideologi yakni Islam sebagai rahmatan lil'alamin, sebagai solusi hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan manusia secara sistemik dan menyeluruh, tidak parsial. Hingga dengan demikian kejayaan itu akan bisa kita kembalikan dan kita wujudkan dalam kehidupan nyata. Kita harus yakin akan janji Allah, bahwa umat Islam adalah umat terbaik yang akan memimpin dunia menuju kemuliaan dan kebaikan. Dengan demikian agenda umat yang paling utama adalah proses penyadaran. <br /> Dalam bidang keilmuwan diperlukan sebuah langkah-langkah islamisasi ilmu pengetahuan yang menyeluruh. Sebab ilmu pengetahuan yang akan menjadi landasan berfikir kaum muslimin juga sangat menentukan kejayaan itu. Setidaknya ada lima agenda besar dalam islamisasi ilmu pengetahuan ini. Pertama, penguasaan disiplin ilmu modern. Kedua, penguasaan warisan ilmu pengetahuan Islam. Ketiga, menentukan relevansi Islam dengan setiap bidang ilmu pengetahuan modern. Keempat, mencari sintesis-kreatif antara warisan ilmu pengetahuan Islam dengan ilmu pengetahuan modern. Kelima, memberikan arah bagi pemikiran Islam ke jalan yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT. <br /> Adapun langkah-langkah penting dalam rangka islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al Faruqi setidaknya ada 12 langkah. Pertama, menguasai dan ahli dalam disiplin ilmu pengetahuan modern : penguraian kategori, prinsip, metodologi dan tema. Kedua, tinjauan disiplin ilmu pengetahuan baik yang terkait dengan asal-usul, perkembangannya, metodologinya, serta keluasan visinya yang kemudian disepakati identitas, sejarah, tipologi dan obyek yang akan diislamisasikan. Ketiga, menguasai warisan Islam, sebagai titik tolak ontologi dengan cara menerbitkan sebagai rujukan. Keempat, menguasai warisan Islam sebagai tahap analisis agar jelas dalam upaya menggali visi Islam yang telah digagas oleh para pendahulu menjadi aturan-aturan praktis. <br />Kelima, penentuan penyesuaian Islam yang khusus terhadap disiplin-disiplin ilmu pengetahuan. Dengan demikian akan terlihat seberapa besar sumbangan Islam terhadap ilmu pengetahuan modern dan perlu dilakukan pelengkapan jika ada yang belum tersentuh. Keenam, penilaian kritis terhadap disiplin ilmu pengetahuan modern, hakekat dan kedudukannya saat ini. Ketujuh, penilaian kritis terhadap warisan intelektual ilmuwan Islam dalam perkembangan saat ini. Kedelapan, kajian masalah utama umat Islam yang sedang tertidur panjang ini. Sehingga dari seluruh bidang kehidupan (ipoleksosbudhankam) umat Islam terpuruk. <br />Kesembilan, kajian yang dihadapi umat manusia mengingat Islam adalah rahmatan lil'alamin. Artinya penerapan Islam adalah amanah untuk kebaikan jagat raya seluruhnya. Kesepuluh, analisis kreatif dan sintesis untuk membuat lompatan kreatif pemikiran Islam. Suatu metode baru harus dilahirkan oleh Islam sebagai antitesis peradaban barat yang destruktif untuk membangun kembali kemuliaan peradaban berdasarkan aqidah Islam. Kesebelas, membentuk kembali disiplin ilmu modern dalam kerangkan kerja Islam misalnya berupa buku teks pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi. Keduabelas, pendistribusian ilmu yang telah diislamisasi kepada semua kalangan.<br />Jika demikian diperlukan sebuah kesadaran umat Islam tentang pentingnya penerapan ideologi Islam dan motivasi untuk memperjuangkannya. Islam sebagai sebuah kesatuan sistem harus dibangun dan diwujudkan oleh semua elemen umat Islam dengan penuh optimisme. Semua usaha umat ini bukan tanpa tantangan dan rintangan. Jika kita berguru pada sejarah, maka tantangan dan rintangan adalah paket dari sebuah perjuangan menuju kemenangan. <br />Karenanya kita harus bahu-membahu membangun kesadaran umat akan pentingnya daulah dan kepemimpinan umat, pentingnya persatuan umat Islam, pentingnya kesadaran akan musuh-musuh Islam, dan kesadaran tentang kebobrokan sistem kufur barat bagi kehidupan. Acara yang digagas oleh MUI pada hari ini adalah bagian penting dari proses penyadaran itu. Karenanya hendaknya kita sebagai generasi penerus umat untuk terus memupuk optimisme dalam rangka membangun kualitas diri agar kelak bisa memberikan kontribusi konstruktif bagi kemajuan umat Islam di masa mendatang. Jangan sampai kita sebagai generasi muda penerus perjuangan Islam masih memelihara warisan penjajah, hingga kita bermental terjajah.<br />Amien Rais pernah mengatakan bahwa kita ini adalah cucu-cucu dari Panglima Polim, Sultan Hasanuddin, Pangeran Diponegoro dan Mohammad Natsir (pen). Mereka adalah singa-singa bermental baja yang berani menetang dan melawan kaum penjajah. Saat ini kita bermental kerdil, terjajah seperti kelinci. Rakyat telah turun-temurun terjajah, sehingga akan memberikan pengaruh psikologi sebagai orang terjajah yang tidak peka. Tatkala melihat transfer sumber daya alam ke asing, masyarakat hanya pringas-pringis. Kini kemandirian itu telah hilang. Anehnya masyarakat Indonesia tidak sadar jika dirinya sedang dijajah. <br /><br /> Menvisualisasikan Tantangan Masa Depan <br /> Kemampuan menghadapi segala tantangan untuk mengembalikan kejayaan Islam harus diiringi oleh kemampuan menvisualisasikan masa depan. Yovan P Putra seorang Hipnoterapis dari Prima Studi memprediksi kondisi masa depan dengan rumusan SMI2LE yang merupakan singkatan dari Space Migration, Increase of Information and Life Expectation. <br /> Adapun Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos dalam The Learning Revolution mengidentifikasi 16 kecenderungan utama yang akan membentuk dunia di masa datang. Pertama, adanya zaman komunikasi instant. Kedua, dunia tanpa batas ekonomi. Ketiga, empat lompatan menuju ekonomi dunia-tunggal. Keempat, perdagangan dan pembelajaran melalui internet. Kelima, masyarakat layanan baru. Keenam, penyatuan yang besar dengan yang kecil. Ketujuh, adanya era baru kesenangan. Kedelapan, perubahan bentuk kerja. Kesembilan, perempuan sebagai pemimpin. Kesepuluh, penemuan terbaru tentang otak yang mengagumkan. Kesebelas, nasionalisme budaya. Keduabelas, kelas bawah yang semakin besar. Ketigabelas, semakin besarnya jumlah manusia. Keempatbelas, ledakan praktek mandiri. Kelimabelas, perusahaan kooperatif dan keenambelas adanya kemenangan individu. <br /> Karenanya sebagai generasi muda muslim fenomena perkembangan kekinian tidak akan pernah bisa dibendung. Kita hanya bisa menandingi atau akan terlindas oleh roda perubahan. Perubahan adalah sebuah keniscayaan dan akan terus menggelinding sampai waktu yang tidak bisa ditebak. Yang menjadi persoalan adalah apakah kita memiliki peran utama dalam perubahan ini atau tidak. Atau bahkan kita hanya menjadi penonton. Apakah umat Islam akan menjadi pengendali perubahan (agent of change) peradaban dunia ini atau tidak, itu sangat bergantung kepada kita hari ini. Apakah kita mau merevolusi diri atau berdiam diri sambil bernostalgia dengan masa lalu. Bernostalgia dan berkhayal tidak akan pernah memberikan kontribusi apapun dalam pusaran perubahan dunia ini. Kita harus punya peran.<br /> Untuk itu sebagai generasi muda, kita harus meningkatkan kompetensi dalam rangka menghadapi dan mengendalikan perubahan masa depan. setidaknya ada 10 kompetensi terkait dengan tuntutan dunia global hari ini. Pertama, kompetensi lingkungan, yaitu kemampuan memahami lingkungan internasional, atau minimal kondisi negara di mana kita tinggal. Kedua, kompetensi analitik, yaitu kemampuan untuk menganalisis peluang-peluang untuk diberdayakan demi kemajuan diri dan umat. Ketiga, kompetensi strategik, yaitu kemampuan menyusun dan mengembangkan strategik didasarkan analisa ke depan dan belakang (backward and forward linkages). Keempat, kompetensi fungsional, yaitu kemampuan untuk merancang program dalam mengantisipasi setiap peluang dan perubahan yang mungkin terjadi. <br />Kelima, kompetensi manajerial, yaitu kemampuan untuk mengelola setiap kegiatan yang diarahkan pada peningkatan kualitas diri dan umat. Keenam, kompetensi profesi, yaitu kemampuan menguasai keterampilan secara professional atau keahlian pada suatu bidang tertentu. Ketujuh, kompetensi sosial, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan dan beradaptasi dengan suasana baru dalam setiap perubahan. Kedelapan, kompetensi intelektual, yaitu kemampuan untuk mengembangkan intelektualitas dan daya nalar, yang sangat dibutuhkan agar mampu membangun konsepsi demi tegaknya sebuah peradaban. Kesembilan, kompetensi individu, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan menggunakan keunggulan yang dimilikinya, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan tehnlogi, atau keunggulan dalam bidang yang lain. Kesepuluh, kompetensi perilaku, yaitu kemampuan untuk bersikap baik dalam setiap prilaku sesuai ajaran Islam.<br />Kompetensi ini menjadi sangat penting sebab sistem yang baik tapi jika tidak diiringi dengan kualitas yang baik pula, maka akan menjadi kesia-siaan. Kehebatan sistem normatif yang tertulis dalam Al Qur'an ditunjang dengan kualitas SDM Rasulullah telah melahirkan sinergitas yang maha dahsyat. Begitulah idealnya. Islam telah sempurna dan final. Namun SDM umat Islam sebagai pengusung yang belum berkualitas. Untuk itu kitalah orang-orang yang bertanggungjawab menegakkan kembali peradaban yang telah tumbang ini. Kitalah yang bertugas mengibarkan kembali panji-panji Islam. Kitalah yang harus kembali memimpin dunia dengan ideologi Islam.<br /> Jika benar prediksi badan inteligen Amerika Serikat bahwa pada tahun 2013 atau 2020 dunia akan kembali dikuasai oleh Islam dengan syariah yang menyatukan semua negeri-negeri muslim. Prediksi ini bukan tanpa alasan, sebab aura kebangkitan umat kini mulai terasa. Persatuan umat Islam mulai digalakkan dan disuarakan. Bergabungnya seluruh ormas Islam dalam wadah FUI menjadi salah satu indikasi positif ini. Prediksi itu akan menjadi kenyataan tergantung kepada umat Islam sendiri. Sebab Allah tidak akan pernah mengubah suatu kaum jika kaum itu tidak mau mengubah dirinya. Percepatan kesadaran untuk bergerak dan berjuang akan mempercepat pula perubahan menuju lebih baik.<br /> Umat Islam dilarang putus asa dalam menggapai cita-cita dan perjuangan. (QS Yusuf : 87). Bahkan aqidah Islam mengajarkan kepada kita bahwa kelompok kecil dapat mengalahkan kelompok besar jika dikehendaki oleh Allah (QS. Al Baqarah : 249). Fakta sejarah membuktikan bahwa bangsa yang sedikit dapat mengalahkan yang besar. Pada perang Badar, umat Islam yang hanya 313 dapat mengalahkan pasukan Quraisy yang berjumlah sekitar 900 sanpai 1000 orang. Vietnam pada tahun 1975 akhirnya dapat mengusir AS yang adidaya. Afganistan pada tahun 1980 berhasil mengusir si raksasa Uni Soviet. Terakhir tentara Hizbullah di Libanon akhir 2006 berhasil mengalahkan Israel yang didukung AS.<br /> Sikap optimisme yang berlandaskan aqidah Islam inilah yang harus kita miliki. Kita perlu berguru pada salah satu sahabat nabi Abdullah bin Rawahah ra menjelang perang Mut'ah (8 H/629 M). Saat itu pasukan Islam yang hanya 3000 orang harus berhadapan dengan 200.000 orang pasukan Romawi. Namun Abdullah bin Rawahah tidak gentar bahkan malah berucap," Wahai semua orang, demi Allah, apa yang tidak kalian sukai dalam bepergian ini sebenarnya justru merupakan suatu yang kita cari, yaitu mati syahid. Kita tidak berperang melawan manusia karena jumlah, kekuatan, dan banyaknya personil. Kita tidak memerangi mereka melainkan karena agama ini yang dengannya Allah memuliakan kita. Karena itu, berangkatlah kalian, karena disana hanya ada satu dari dua kebaikan : kemenangan (hidup mulia) atau mati syahid".<br /> Itulah sosok kepribadian Islam sejati hasil binaan Rasulullah SAW. Beliau mengajarkan sikap optimisme yang tak kenal batas melalui sabdanya, "Jika hari kiamat datang, sementara di tangan salah seorang kalian masih terdapat pohon kurma yang masih kecil, dan dia sanggup menanamnya sebelum kiamat terjadi, maka tanamlah" (HR. Ahmad).<br /> Sikap optimisme ini harus ditanamkan, dipupuk, dan disuburkan sekarang pada generasi muda, dengan penuh kehati-hatian, agar menghasilkan buah yang matang dan lezat pada saatnya nanti. Jika tidak, bukan buah yang matang dan lezat yang akan kita petik, melainkan buah masam yang bahkan beracun dan mematikan, yakni sikap putus asa dan hina yang hanya mengajak kita pada sikap tunduk dan pasrah sebelum berjuang dan melawan musuh. <br /><br /> Menyadari dan Mengoptimalkan Potensi Diri<br /> Manusia pada hakekatnya memiliki potensi yang khas yang tidak dimiliki oleh makhluk Allah yang lain. Potensi itu pula yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang istimewa. Keistimewaan manusia berupa potensi khas yang diberikan Allah berupa akal. Sebab, hakekatnya jika manusia tidak diberikan akal, maka sama dengan hewan. <br /> Jika yang dimaksud adalah potensi kehidupan, maka potensi kehidupan manusia adalah sama dengan hewan. Sebab yang dimaksud dengan potensi kehidupan disini adalah ciri khas yang diberikan oleh sang pencipta yang membolehkan tiap makhluk untuk hidup. Potensi kehidupan itu terbagi menjadi dua. Pertama, keperluan jasmani (al Hajah al 'udhuwiyah) dan kedua, naluri (al Gharizah). Gharizah sendiri terdiri dari tiga, yaitu naluri mempertahankan diri (gharizah al baqa), naluri seksual (gharizah an nau') dan naluri beragama (gharizah tadayyun). <br /> Sedangkan akal (pikiran) bagi kehidupan manusia, tidak termasuk dalam potensi kehidupan. Sebab manusia masih bisa hidup walaupun akalnya hilang. Seperti orang gila, atau anak kecil yang akalnya belum sempurna. Namun akal tetap merupakan potensi manusia, yang justru merupakan potensi terpenting baginya. Sebab akal itulah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lain.<br /> Dengan akal inilah maka lahir sebuah perubahan dan dinamika kehidupan, sedangkan kehidupan hewan tidak akan pernah mengalami perubahan dari dulu hingga nanti. Namun demikian jika akal ini tidak dipergunakan, maka bisa jadi manusia akan lebih rendah dari binatang. Allah berfirman, "Kami telah menjadikan untuk isi neraka jahannam, kebanyakan dari manusia dan jin. Mereka mampunyai hati, namun tidak digunakan untuk berfikir. Mereka mempunyai mata, namun tidak digunakan untuk melihat. Mereka mempunyai telinga, namun tidak digunakan untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang, bahkan lebih hina lagi". (QS. Al A'raf : 179).<br /> Sekalipun secara empirik dan normatif dalam pandangan Islam sudah jelas, bahwa manusia mempunyai akal, namun banyak manusia yang tidak mengetahui tentang esensi akal. Mereka tidak mengetahui batasan akal dan pikiran. Sehingga lahirlah ilmu kalam dan filsafat yang sangat membahayakan aqidah Islam, sebab keduanya tidak pernah membatasi aktivitas akal. Akal sesungguhnya hanya bisa memikirkan hal-hal yang bersifat inderawi. Sebab fakta akal adalah adanya informasi sebelumnya terhadap fakta yang ditangkap melalui indera dan masuk ke dalam otak untuk diolah dan dihasilkan sebuah nilai yang kemudian disebut dengan pemikiran. <br /> Sekalipun otak manusia memiliki potensi yang luar biasa, namun benda yang ada dalam tempurung kelapa itu tidak akan pernah sampai pada pemikiran yang bersifat ghaib. Hal-hal yang bersifat ghaib hanya bisa diimani. Inilah batasan dalam Islam. Karenanya kelahiran filsafat menjadi faktor kemunduran pemikiran dalam Islam.<br /> Otak manusia yang merupakan potensi yang luar biasa ini dikelilingi oleh tiga selaput yang dihubungkan oleh syaraf-syaraf yang tidak terhitung jumlahnya. Gordon Dryden menggambarkan bahwa otak manusia memiliki satu triliun sel otak. Termasuk didalamnya 100 milyar sel saraf aktif atau neuron dan 900 milyar sel lain yang merekatkan, memelihara dan menyelubungi sel-sel aktif. Setiap satu dari 100 milyar neuron tersebut tumbuh bercabang hingga sebanyak 20.000 dan setiap neuron memiliki potensi lebih dari pada satu komputeer. Luar biasa bukan. Dalam otak itulah terbagi menjadi otak naluriah, otak penyeimbang, otak emosional dan otak kortek yang mengagumkan. Jika demikian otak kita memiliki potensi jutaan triliun computer yang ada sekarang ini. Sebab sehebat apapun komputer tidak akan pernah mampu mengalahkan manusia, sebab komputer dibuat oleh manusia. Sebagai contoh, komputer yang paling canggihpun jika telah dimatikan tidak akan bisa beroperasi lagi, sekalipun oleh seorang anak kecil. <br /> Lima kemampuan manusia yang dihasilkan oleh kortek otak adalah kemampuan untuk berdiri tegak, kemampuan untuk mengatupkan jempol dan telunjuk, kemampuan untuk berbicara dan menulis, kemampuan untuk memahami pembicaraan dan kemampuan untuk membaca. Jika salah satu saja kortek rusak, maka kita bisa kehilangan salah satu kemampuan tersebut. <br /> Dari otak ini pulalah disparitas kecerdasan tumbuh berkembang tiada batas. Prof. Howard Gardner baru menemukan delapan kecerdasan manusia yang biasa disebut dengan istilah multiple intelligences. Kedepalan itu adalah kecerdasan fisik, lingistik, matematis logis, visual spasial, musical, naturalis, interpersonal dan intrapersonal. Bahkan potensi otak ini digambarkan oleh Toni Buzan penemu mind map bahwa jika komputer tercanggih di dunia ini diwakili oleh ukuran rumah bertingkat dua, maka potensi otak bahkan lebih dari gedung pencakar langit seratus tingkat sekalipun. <br /> Jika demikian siapapun kita, tidaklah pantas untuk berputus asa terhadap karunia Allah ini. Saatnya kita menyadari potensi yang Allah berikan dalam tubuh dan diri kita, dan saatnya kita mengoptimalkan untuk menggali ulang peradaban yang telah hilang dan mengambalikan lagi kejayaan Islam sebagai rasa syukur kita atas semua nikmat potensi yang diberikan Allah kepada kita. <br /><br /><br /><br /><br /> Urgensi dan Peran Pemuda Islam <br /> Membicarakan masalah pemuda dan potensi yang dimilikinya tidak akan pernag habis. Pemuda selalu memiliki sisi menarik untuk dikaji dan digali. Dalam perspektif Islam, pemuda menempati posisi tersendiri yang sangat penting. Sebab dari para tangan pemuda inilah berbagai prestasi dan kemenangan diraih.<br /> Dari dulu pemuda memegang peranan yang sangat penting dalam setiap moment perjuangan dan pencapaian sebuah cita-cita. Revolusi Perancis yang menumbangkan kekuatan monarki digerakkan oleh para pemuda. Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda dan Jepang juga digerakkan oleh para pemuda. Dalam setiap pertempuran kaum muslimin yang senantiasa berdiri tegak di barisan paling depan adalah para pemuda. Penggerak laju reformasi dan penumbangan rezim orde baru adalah para mahasiswa yang notabene adalah para pemuda. Para Nabi dan Rasul yang diutus Allah untuk menyampaikan agama terpilih dari kalangan pemuda. <br /> Karenanya Rasulullah secara serius membina dan menyiapkan generasi muda di Darul Arqam. Diantara para pemuda yang dibina oleh Rasulullah adalah Ali dan Zubair yang berusia 8 tahun, Thalhah 11 tahun, Al Arqam 12 tahun, Abdullah bin Mas'ud 14 tahun, Sa'ad bin Abi Waqas 17 tahun dan yang lainnya.<br /> Kenapa Rasulullah melakukan pengkaderan kepada para pemuda. Sebab beliau sadar betul bahwa pemuda adalah pilar kebangkitan. Setiap kebangkitan pemuda adalah rahasia kekuatannya. Pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Pemuda beriman adalah penopang utama kebangkitan. Sesungguhnya kekuatan pertama adalah iman dan buah dari iman adalah persatuan sedangkan konsekuensi dari persatuan adalah kemenangan.<br /> Para pemuda pewaris perjuangan dan kebangkitan umat adalah mereka yang tak pernah lupa hakekat hidup yang hanya sekali. Dia tak pernah ragu memilih keabadian disisinya dan terus menggaungkan suara kebenaran yang diyakininya. Sebab umat Islam dilahirkan menjadi umat terbaik. Untuk itu para pemuda pewaris perjuangan harus menggoreskan sejarah dan peradaban yang terbaik pula. Jangan pernah menjadi golongan pengecut yang keluar rumah dengan perasaan takut untuk bercita-cita dan berjuang yang membuat langkah menjadi berat sehingga masa depan menjadi suram. Pemuda pengecut adalah sosok berjalan tanpa ruh. Mereka mati sebelum dikubur. Mereka seperti mayat hidup.<br /> Disinilah pentingnya kaderisasi. Sebab pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok. Kualitas pemuda esok tergantung pada pembinaan hari ini. Ada pepatah yang mengatakan bahwa jika ingin hidup tahun depan, maka tanamlah jagung. Jika ingin hidup sepuluh tahun lagi, maka tanamlah kelapa. Tapi jika ingin hidup seribu tahun lagi, maka didiklah generasi mudanya. Bagi para pemuda untuk mencapai cita-cita memang tidak mudah. Sebab pemuda adalah sosok penuh gejolak, baik fisik maupun psikologisnya selalu diwarnai oleh petualangan. Proses mereka menuju kedewasaan, penuh onak duri, kelokan, mendaki dan menurun, hingga harus melewati ambang keselamatan dirinya dan bahkan harus terjerembab dalam jurang yang gelap. Masa muda adalah masa kuat diantara dua masa lemah yakni bayi dan tua renta ( QS. Arrum : 54) <br /> Setidaknya ada tiga peran pemuda yang harus mereka ambil dalam menghidupkan kembali peradaban Islam. Pertama, sebagai generasi penerus. Para pemudalah yang akan meneruskan perjuangan Islam yang telah dirintis oleh para generasi pendahulu. Para pemuda harus mampu meneruskan kehidupan Islam. Kedua, sebagai generasi pengganti. Allah akan menggantikan suatu kaum yang telah rusak dengan generasi pilihan (QS. Al Maidah : 54). Untuk itu perlu adanya pembinaan yang berkualitas agar melahirkan para generasi pilihan tersebut. Ketiga, sebagai generasi pembaharu (reformer). Para pemuda harus menjadi agent of change. Artinya mereka harus menjadi pelopor perubahan kondisi umat yang telah carut marut ini agar kembali kepada kehidupan Islam yang penuh kemuliaan.<br /> Untuk itu setidaknya ada lima catatan yang harus ditempuh oleh para pemuda agar menjadi layak sebagai generasi muslim penerus perjuangan. Pertama, membangun orientasi yang sehat. Orientasi yang sehat itu adalah sebuah penghambaan kepada Allah dalam rangka menggapai ridha Allah semata. Ingat kekalahan umat Islam di perang Uhud adalah karena beloknya orientasi perjuangan menjadi orientasi kebendaan (pragmatisme). Kedua, berwawasan dan senantiasa belajar. Kader Islam selalu akan mencatat kehidupannya dalam buku kepribadian sebagai nilai-nilai pelajaran. Ia akan senantiasa menjadi sang pembelajar. Ketiga, selalu mengambil inisiatif amanah dan tugas terhadap umat ini lebih banyak dibanding waktu yang tersedia. Keempat, berpartisipasi terhadap prestasi. Kelima, selalu menjadi terbaik untuk tugas hari ini.<br /> Dua hadist nabi berikut semoga menjadi bahan renungan untuk para pemuda. "Saya wasiatkan para pemuda kepadamu dengan baik, sebab mereka berhati halus. Ketika Allah mengutus diriku untuk menyampaikan agama yang bijaksana ini, maka para pemudalah yang pertama-tama menyambut saya, sedangkan yang tua menentangnya". Dan "Raihlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara. Masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum masa sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, kesempatanmu sebelum kesempitanmu dan hidupmu sebelum matimu". <br /><br /> Identifikasi Tantangan Pemikiran <br /> Kini banyak sekali perkembangan pemikiran yang sangat berbahaya, sebab pemikiran-pemikiran menyimpang ini bisa merusak akidah umat Islam. Penyimpangan pemikiran ini ada yang dikemas dengan aliran keagamaan, kenabian palsu dan organisasi. Munculnya Ahmadiyah, Mosadeq dan JIL adalah beberapa contohnya. Mereka mencoba mengusung pemikiran yang tidak sesuai dengan pemikiran Islam. Sebab landasan mereka hanya akal dan nafsu, bukan Al Qur'an dan Hadist. <br /> Berbagai pemikiran yang menyimpang dan bisa membahayakan aqidah umat Islam adalah. Pertama, liberalisme, adalah pemikiran yang mencoba memahami nash-nash agama (Al Qur'an dan Assunah) dengan menggunakan akal pikiran an sich yang serba bebas dan hanya menerima doktrin-doktri agama yang bisa diterima dengan akal. Kedua, pluralisme agama, yaitu pemahaman yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif, oleh sebab itu setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim hanya agamanya saja yang benar, sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme ini juga beranggapan bahwa semua pemeluk agama akan masuk surga. <br />Ketiga, sekulerisme, yaitu pemahaman yang memisahkan urusan dunia dari agama. Agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan antar manusia hanya diatur berdasarkan kesepakatan sosial. Keempat, demokrasi, yaitu sebuah pemahaman bahwa manusia adalah pemegang otoritas dalam membuat peraturan berdasarkan kesepakan suara terbanyak, bukan berdasarkan kebenaran Ilahi. Kelima, pragmatisme, yaitu melakukan segala aktifitas berdasarkan tujuan kebendaan semata (materialisme). Keenam, komunisme, yaitu pemahaman yang mengatakan bahwa asal segala sesuatu adalah materi dan akan kembali kepada materi dan meniadakan Tuhan. <br />Ketujuh, hedonisme, adalah gaya hidup yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan kesenangan sesaat tanpa dilandaskan oleh moral agama. Kedepalan, permisivisme, adalah hidup serba boleh tanpa batas. Kesembilan, HAM Sekuler, adalah pemahaman untuk melegalkan kebebasan berekspresi, beragama, kepemilikan dan dijadikan alat penjajahan Barat kepada umat Islam. Berbagai pelecehan terhadap Islam berangkat dari pemikiran ini. Kesepuluh, gender, adalah pemahaman tentang kontruksi sosial dan kesetaraan jenis kelamin ala barat yang bertentangan dengan aturan Islam. Kesebelas, kapitalisme, adalah sistem ekonomi yang berorientasi pada kesejahteraan pemilik modal yang menyebabkan kemiskinan masyarakat. Keduabelas, individualisme, yaitu pemahaman hidup yang narsis dan tak peduli dengan nasib orang lain. Ketigabelas, westernisasi, adalah proses pembaratan budaya suatu bangsa. Keempatbelas, nasionalisme, yaitu suatu keadaan pada individu dimana ia merasa bahwa pengabdian paling tinggi adalah untuk bangsa dan tanah air.<br />Diantara tokoh-tokoh sekuler dan liberal di Indonesia di dominasi oleh alumnus-alumnus Amerika. Diantaranya adalah Syafe'i Anwar, Nurcholish Madjid, Ulil Abshor Abdalla, Musdah Mulia, Sumanto Al Qurtubi, dll. <br /><br />Paham Liberalisme dan Hilangnya Rasa Malu<br />Ibn Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah pernah bersabda yang artinya “ sesungguhnya diantara kalam nubuwah (ungkapan kenabian yang disampaikan kepada manusia adalah, ‘jika kamu tidak punya malu, maka berbuatlah sesukamu’ (HR. Al Bukhari) <br />Ibn Hajar dalam kitab Fathul Bari juz 17 halaman 303, terkait dengan sarah Hadist ini mengatakan antara lain pertama, kalam nubuwah menurutnya bermakna apa saja yang disepakati para nabi, yakni yang biasa diperintahkan oleh mereka kepada manusia yang tidak dihapus bersamaan dengan dihapusnya syariah mereka. Karena memang perintah tersebut dibebankan kepada setiap akal manusia dimanapun dan pada zaman kapanpun. Kedua berbuatlah sesukamu adalah kalimat perintah yang mengandung konotasi berita, yakni berupa ancaman. Kalimat tersebut antara lain bermakna “Berbuatlah sesukamu karena pasti Allah akan membalasmu”. Makna lainnya, ia justru merupakan dorongan untuk memiliki rasa malu.<br />Rasa malu yang dimaksud dalam hadist nabi tadi tentu saja malu kapada Allah SWT. Malu kepada Allah inilah yang dikaitkan dengan keimanan sebagaimana sabda Rasulullah, ’al hayau minal iman’, malu itu bagian dari iman (HR Malik). Rasa malu kepada Allah harus dibuktikan dengan meninggalkan berbagai macam keburukan dan kekejian yang dilarang Allah serta melakukan berbagai macam kebajikan bukti ketaatan perintah Allah. Menurut Al Baidhawi dalam kitab fayat al qadir halaman 623, hakekat malu kepada Allah adalah memelihara diri dari segala ucapan dan tindakan yang tidak Allah ridhai.<br />Sekalipun perintah untuk memiliki rasa malu ini sudah sangat jelas, namun fakta dalam kehidupan justru terjadi sebaliknya. Berbagai pemahaman yang rusak telah merobohkan sendi-sendi aturan agama yang mulia ini. Paham liberal yang mengagungkan kebebasan tanpa batas yang diusung masyarakat barat saat ini dan ditiru oleh sebagian masyarakat kita pada dasarnya adalah paham yang menghilangkan rasa malu. Dalam kehidupan yang serba liberal atau serba bebas, rasa malu tidak lagi ada dalam diri manusia.<br />Hilangnya rasa malu dalam kehidupan masyarakat kita terbukti dengan banyaknya pelanggaran moral dan kemaksiatan baik dalam pikiran (ide), ucapan (pendapat) maupun perilaku. Fenomena kemaksiatan hampir menjadi pemandangan biasa yang kita saksikan setiap hari dan anehnya hal ini dilakukan tanpa ras malu sedikitpun.<br />Hilangnya rasa malu ini sekali lagi sesungguhnya berakar pada pemahaman liberal yang telah merasuk pada diri masyarakat. Dalam bidang pemikiran dan pendapat, saat ini kalangan liberal tampaknya adalah kalangan yang paling tidak punya rasa malu. Mereka seenaknya melontarkan ide-ide rusak dan merusak dengan penuh kebanggaan dan kesombongan. Al Qur’an tak lagi mereka anggap sebagai kitab suci wahyu Allah. Dengan sombong mereka mengkritik Al Qur’an. Makna ayat-ayat al Qur’an mereka takwilkan agar sesuai dengan zaman. Padahal mestinya perkembangan zaman mengacu pada Al Qur’an. Hukum-hukumnya mereka putarbalikkan dengan alasan melanggar HAM dan kebebasan. Tafsir-tafsir yang muktabar mereka singkirkan dengan dalih tidak relevan lagi dengan kemajuan zaman. Para mufassirnya mereka rendahkan dengan tuduhan bias jender atau dipengaruhi oleh lingkup sosial pada zamannya. <br />Hadist nabi, meski shohih atau mutawatir sekalipun, banyak yang mereka campakkan jika tidak sesuai dengan keinginan nafsu mereka. Kredibilitas para perawinya mereka persoalkan. Keadilan para sahabat Nabi SAW yang Allah muliakan mereka nafikan. Karenanya, ijma sahabatpun mereka singkirkan. Para ulama salaf, seperti Imam Syafei, mereka rendahkan, bahkan usul fikihnya mereka tuduh sebagai penghambat kemajuan.<br />Kita patut bertanya kepada mereka : sudah berapa ayat yang serupa Al Qur’an mereka ciptakan hingga mereka berani menuduh Al Qur’an bukan sebagai kitab suci sehingga layak dikritisi. Sudah berapa ratus hadis mereka hafal sehingga mereka dengan congkak merendahkan Imam Bukhari yang hafal ratusan ribu hadis beserta asal usulnya. Sudah berapa karya mereka hasilnya, sehingga mereka berani menghina Imam Syafei. Bahkan dengan dalih kebebasan berekspresi dan berkeyakinan pula mereka dengan lantang membela nabi-nabi palsu yang salah satunya diusung oleh aliran sesat Ahmadiyah.<br />Terkait dengan tindakan dan perilaku. Banyak sekali masyarakat yang mengaku muslim entah penguasa, pejabat, wakil rakyat, politisi, tokoh parpol, artis dan sebagian masyarakat berbuat seenak hawa nafsunya tanpa ada rasa malu sedikitpun. Bahkan acapkali mereka bangga telah melakukan kemaksiatan. Para penguasa muslim tidak ada rasa malu menghamba pada pihak asing yang kafir sebagai tuannya. Para penguasa tanpa malu mengorbankan rakyatnya demi kesenangan tuannya. Padahal Allah melarang kaum muslim menjadikan kaum kafir sebagai pemimpinnya. <br />Pejabat dan wakil rakyat tanpa risih melakukan korupsi uang rakyat meskipun gaji mereka banyak. Bahkan ketika mereka digiring ke pengadilan, mereka masih bisa tersenyum, seolah tak lagi punya rasa malu. Tanpa malu pula mereka mencampakkan nasib rakyat, padahal rakyatlah yang memilih mereka. Merekalah yang berjanji saat belum terpilih dan mereka pulalah yang mengingkari saat terpilih. Bahkan paham liberal ini juga merasuki para artis yang dengan bangga memamerkan auratnya tanpa malu dan bahkan berani melecehkan fatwa para ulama. Sekali lagi mereka selalu berdalih atas nama HAM dan kebebasan. <br />Jika demikian terbukti bahwa paham liberalisme telah melucuti dan menghilangkan rasa malu yang ada pada diri manusia. Jika manusia tak lagi punya rasa malu, mereka akan hidup dan berperilaku seperti hewan bahkan lebih hina. Faktanya mereka melakukan perbuatan yang tidak ada dalam dunia hewan sekalipun. Homoseksual dan lesbianisme serta perkawinan sejenis tidak pernah dilakukan oleh binatang sekalipun bahkan telah menjadi budaya orang-orang barat dan dilegalkan oleh undang-undang negara atas nama HAM dan kebebasan. <br />Di Indonesia, meski baru dalam level pemikiran, pengakuan terhadap keabsahan terhadap perilaku homoseksual dan lesbian mulai dimunculkan, anehnya bukan hanya diusung oleh para pembela HAM, tetapi oleh seorang dosen dari perguruan tinggi Islam terkemuka. Bahkan menurut data yang ditanyangkan oleh salah satu stasiun TV, di Jakarta kini telah berdiri rumah-rumah bordil pelacuran khusus laki-laki homoseksual. Tanpa rasa malu mereka menjajakan diri di pinggir-pinggir jalan. Bahkan atas nama HAM tempat-tempat mesum yang menyediakan jasa pelacuran dilindungi. Para pelacur dibela atas nama HAM dan para penegak kebenaran dihujat dan dihina. Negeri apakah Indonesia ini. <br />Demikianlah jika hawa nafsu telah dituruti dan menjadi rujukan perilaku. Akal pikiran tak lagi digunakan. Ajaran Islam dibuang dan tak lagi dijadikan pedoman hidup, sementara kebebasan diagung-agungkan dan budaya barat yang rusak dijadikan pedoman, maka ujungnya rasa malupun lenyap dari diri manusia. Jika sudah begitu, sesungguhnya kehancuran dan kerusakan tinggal menunggu waktu. Jika demikian tidak ada pilihan lain , kecuali melakukan perubahan. Kitalah sebagai umat Islam yang berkewajiban menegakkan kebaikan dan menjadi pelopor perubahan. <br /> <br /><br />Karakter Generasi Pembelajar. <br /> Mengingat banyak sekali tantangan yang harus dihadapi oleh para pemuda maupun umat Islam secara umum, tidak bisa ditawar lagi bahwa kita harus menyiapkan diri menjadi generasi unggul. Generasi unggul adalah generasi yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dirinya. Inilah yang kemudian disebut generasi pembelajar. <br /> Generasi pembelajar adalah generasi yang selalu punya visi diri yang kuat, memiliki motivasi tinggi, memiliki aksi nyata dan memiliki strategi yang jitu. Jika kita punya motivasi dan visi tapi tidak memiliki aksi, berarti kita melamun. Jika kita punya visi dan aksi tapi tidak memiliki motivasi, maka kita akan serba tanggung. Jika kita punya motivasi dan aksi, tetapi tidak punya visi, maka kita akan sampai pada tempat yang salah. Sedangkan strategi akan membantu ketiganya agar lebih efektif dan efisien. <br /> Generasi pembelajar adalah generasi yang selalu membesarkan dirinya dan melayakkan dirinya agar siap bertanding. Dia akan selalu mencari lingkungan yang mampu membesarkan dirinya. Dia akan menghindari lingkungan yang mengkerdilkan dirinya. Jikapun dia terjebak dalam kubangan lingkungan yang tidak kondusif, maka dia akan berusaha menjadi pelopor perubahan. Generasi pembelajar akan selalu melakukan apa yang bisa dilakukan orang lain. Dia juga akan selalu berusaha melakukan apa yang tidak bisa dilakukan orang lain dan bahkan yang tidak mungkin dilakukan orang lain. <br /> Generasi pembelajar adalah orang yang selalu menghilangkan sindrom diri. Sindrom diri biasanya berupa penyakit alasan (exsocitis) berupa alasan intelektual, umur, jenis kelamin, dan kesehatan. Seorang pembelajar akan selalu keluar dari kebekuan dan belenggu diri yang sebenarnya hanya halusinasi. Seorang generasi pembelajar akan selalu berguru pada sukses orang-orang besar. Seorang pembelajar sejati akan selalu melakukan improvisasi diri secara terus menerus. <br /> Pembelajar sejati akan selalu membangun mentalitas pejuang untuk maju dan berkarya. Mentalitas pejuang setidaknya memiliki sembilan ciri. Pertama, selalu berorientasi pada ridha Allah. Kedua, memiliki jiwa kemandirian. Ketiga, berakhlak dan mengutamakan jamaah. Keempat, komitmen tinggi terhadap nilai Islam. Kelima, semangat tinggi dan tahan uji. Keenam, berwawasan luas dan dinamis (proaktif). Ketujuh, berfikiran bebas dan tidak terpasung. Kedelapan, berjiwa optimis dan tidak pernah mengeluh. Kesembilan, memiliki kompetensi dan keahlian. <br /> Pembelajar sejati selalu berfikir untuk tidak jadi orang rata-rata. Dia selalu ingin menjadi yang terbaik. Dia selalu berfikir besar (berbicara tentang kualitas dan solusi, memandang masa depan penuh harapan, kreatif, memiliki cita-cita, penuh gagasan besar dan progresif, dan selalu membesarkan orang lain). Seorang pembelajar selalu membiasakan melakukan yang benar bukan membenarkan kebiasaan. <br /><br /> Ketika Badai Kesulitan Menghadang.<br /> Dalam sebuah perjalanan perjuangan meraih cita-cita tidak akan pernah luput dari kesulitan dan masalah. Keduanya adalah paket dalam perjuangan. Mengapa dalam hidup harus ada kesulitan. Agar kemudahan memiliki nilai dan makna. Mengapa perjuangan harus menghadapi kesulitan. Agar kemudahan dan solusi menantang untuk dicari dan digali. <br /> Kesulitan adalah warna dari kehidupan. Ketika ada siang maka harus ada malam, ada sedih ada tawa, dan ada kesulitan ada kemudahan, maka dengan begitu hidup akan lebih menggairahkan dan tidak membosankan. Karena kesulitan adalah sebuah kepastian, maka mesti ada sikap positif untuk menghadapinya. <br /> Ada lima hikmah dan makna dibalik setiap kesulitan yang kita hadapi. Kesulitan sebagai penebus dosa. Sabda Rasulullah, "tidaklah seorang beriman ditimpa kesedihan, nestapa, bencana, derita, penyakit, hingga duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah dengannya akan mengampuni kesalahan-kesalahannya". Kesulitan sebagai penyaring mutu. Bukankah untuk menjadi emas dan baja harus ada proses pembakaran dan peleburan. Bukankah untuk menjadi keramik harus ada proses pembakaran. Bukankah untuk menjadi pisau harus ada proses penempaan. Bukankah untuk menjadi mutiara, seekor kerang harus menahan sakit yang luar biasa. Bukankah untuk naik kelas harus ada proses ujian. Begitulah yang dialami para nabi dan rasul untuk menjadi hamba terbaik di mata Allah. Allah berfirman, "Apakah manusia menyangka akan dibiarkan berkata kami beriman, padahal mereka belum diuji. Sungguh kami telah menguji orang-orang sebelummu" (QS. Al Ankabut : 2).<br /> Kesulitan sebagai siklus kehidupan. Nabi Ayyub melihat penyakit yang dideranya dari sudut pandang siklus kehidupan, bahwa hidup mesti ada sakit dan ada sehat, padahal sering kali kesehatan kita lebih panjang dari sakit kita. Hal itu pula yang memunculkan sikap sabar dalam diri Nabi Ayyub. Kesulitan sebagai isyarat akan datangnya kemenangan. Hidup adalah perjuangan. Dan kesulitan adalah bagian dari perjuangan itu. Kesulitan yang dihadapi Rasulullah dalam peperangan adalah tiket untuk mendapatkan kemenangan. Kesulitan itu berupa kepayahan dan pengorbanan. Teruslah berjuang, sebab istirahat kita hanya di surga. Kesulitan adalah harga surga. Surga itu mahal dan tidak mudah untuk diraih. Cobaan akan terus bergulir untuk mendapatkan hamba-hamba yang beriman dan bersih. Sebab surga tidak mungkin dimasuki oleh orang-orang yang kotor. Surga akan dilingkupi oleh kesulitan dan cobaan. Firman Allah,"Apakah kalian mengira akan masuk surga padahal kalian belum merasakan apa yang dirasakan orang-orang sebelum kalian. Dulu mereka ditimpa kemiskinan, peperangan dan goncangan. Hingga Rasul dan orang-orang yang bersamanya berkata ' kapankah pertolongan Allah akan datang'. Ingatlah bahwa pertolongan Allah itu dekat". <br /><br /> Sekilas Sejarah Darul Muttaqien<br />Pondok Pesantren Darul Muttaqien terletak di wilayah Desa Jabon Mekar Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Resmi berdiri sebagai lembaga pesantren pada tahun 1988 M, tepatnya tanggal 18 Juli 1988. Sejarah berdirinya Darul Muttaqien terkait erat dengan dengan pemberian tanah wakaf seluas 1,8 ha oleh pemiliknya H. Mohamad Nahar (alm), mantan wartawan senior Kantor Berita Antara kepada KH. Sholeh Iskandar (alm) ketua BKSPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren se-Indonesia) pada tahun 1987. Dan sampai sekarang luas lahan Pesantren Darul Muttaqien + 12 ha. Niat pemberian tanah wakaf sebagaimana pernah disampaikan Alm. H. Mohamad Nahar agar didirikan lembaga pendidikan Islam (pondok pesantren) yang standar, baik dari segi kualitas pendidikannya, pelayanan maupun manajemen pengelolaannya. Niat ini muncul sebagai rasa keprihatinan dan keterpanggilan melihat kenyataan lulusan pesantren belum memiliki kualitas yang standar, masih jauh dari harapan.<br />Banyak tokoh dan para ulama yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi founding father lahirnya Darul Muttaqien, diantaranya adalah KH. Sholeh Iskandar (Ketua BKSPPI), KH. Rosyad Nurdin (MUI Jawa Barat), KH. TB. Hasan Basri (BKSPPI Bogor) dan KH. Abdul Manaf Mukhayyar (Pesantren Darunnajah Jakarta). Sebab dari tahun 1980 H. Mohamad Nahar telah melakukan berbagai konsultasi dengan tokoh-tokoh di atas yang pada akhirnya tahun 1988 berdirilah Pondok Pesantren Darul Muttaqien dengan KH. Mad Rodja Sukarta diberi amanah untuk menjadi pimpinan.<br />Dari rangkaian sejarah berdirinya, maka awalnya Darul Muttaqien berafiliasi pada Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta. Namun berdasarkan pertimbangan dan kepentingan yang lebih luas, terkait dengan kemandirian dan efektifitas organisasi, maka atas ide dan usul KH. Abdul Manaf Muhayyar (alm) didirikanlah Yayasan Darul Muttaqien pada tanggal 29 Januari 1992, dengan H. Mohamad Nahar sebagai ketua. <br />Terkait dengan pengunduran diri H. Mohamad Nahar, maka berdasarkan rapat anggota yayasan M. Lutfi Nahar, SE resmi menjadi ketua yayasan yang baru menggantikan ketua lama terhitung sejak tanggal 27 Oktober 2002 sampai sekarang. <br />Sejak berdirinya, dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Darul Muttaqien telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Hingga saat ini kegiatan pendidikan yang dikembangkan Pesantren Darul Muttaqien meliputi : TK Islam, SD Islam Terpadu, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Pesantren Salafiyah serta TPA. Bahkan tahun 2006 sudah dirintis jenjang pendidikan SMPIT dan Diniyah Awaliyah yang bebas biaya. Di masa mendatang berbagai jenjang pendidikan akan terus dikembangkan hingga perguruan tinggi.<br /> Dengan visi untuk menyiapkan generasi yang berkualitas baik keilmuwan, akhlak dan keimanan, Darul Muttaqien selalu berkeingainan dan bertekat untuk meningkatkan kualitas generasi muda Islam (baca : santri) agar menjadi pribadi yang mandiri, cerdas dan berakhlak. Sehingga dengan demikian mereka akan menjadi generasi penerus bangsa yang unggul. <br /> <br /> Peran Pesantren dalam Kebangkitan Umat<br /> Jika kita menelusuri sejarah berdirinya sebuah pesantren akan kita temukan sebuah dokumen historis bahwa pesantren berdiri atas landasan dan visi perjuangan. Secara historis pesantren berdiri dalam suasana penjajahan saat itu. Bahkan para ulama dan pimpinan pesantren serta para santri telah banyak yang gugur dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Terbukti para pahlawan nasional hampir seratus persen adalah umat Islam. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab para penjajah saat itu baik Belanda maupun Jepang adalah non muslim. <br /> Perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam dari berbagai tantangan dan gangguan luar yang akan merusak dan memadamkan adalah spirit yang telah lama mengakar dalam tradisi pemikiran pesantren. Paradigma inilah yang sering disebut dengan istilah tafaquh fiddin. Dengan demikian pesantren pada hakekatnya adalah lembaga tafaquh fiddin. <br /> Dengan demikian pesantren adalah potensi terbesar umat Islam Indonesia yang bertekad menjaga keutuhan nilai-nilai keislaman agar tidak rapuh apalagi hancur. Jika demikian keberadaan pesantren adalah harta yang sangat mahal bagi umat Islam di Indonesia. Tidak mengherankan jika pesantren menjadi bidikan utama musuh-musuh yang ingin menghancurkan Islam. Pesantren telah menjadi benteng terakhir kekuatan umat. <br /> Beberapa keunggulan pesantren sebagai penjaga nilai-nilai keislaman adalah. Pertama, pesantren berdiri oleh dan untuk semua golongan umat Islam. Potensi ini sangat strategis untuk menjadi perekat persatuan umat Islam di Indonesia maupun di dunia. Kedua, pesantren sedang mendidik dan menggembleng serta menyiapkan generasi yang akan meneruskan perjuangan Islam di masa mendatang. Merekalah para santri. Ketiga, di pesantren memiliki kurikulum khas yang bernuansa Islam dan hal ini tidak dimiliki oleh sekolah umum lainnya. Dengan demikian penjagaan nilai-nilai ajaran Islam jelas berada di pesantren. Keempat, berdirinya pesantren adalah berlandaskan sebuah keterpanggilan dan kemandirian masyarakat, tanpa bergantung pada pemerintah semata. Hal ini memberikan energi besar untuk istiqomah dalam memperjuangkan Islam. Sebab selain kemandirian pesantren juga sangat mengakar dalam kehidupan masyarakat sekitar. Kelima, umumnya pesantren memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Sebab sarana adalah penting untuk kesuksesan sebuah perjuangan. Keenam, pesantren memiliki jaringan antar pesantren di seluruh Indonesia.<br /> Dari berbagai data potensi pesantren di atas memberikan sebuah harapan bahwa sesungguhnya dalam pusaran kebangkitan umat, pesantren bisa mengambil peran yang optimal untuk menyiapkan generasi mendatang penerus perjuangan hingga kebangkitan itu menjadi kenyataan. Tentu ini bukan perkara yang mudah seperti membalikkan telapak tangan. Cita-cita besar ini membutuhkan kesungguhan dan orang-orang yang berjiwa besar. Tidak mungkin sebuah cita-cita besar dan mulia diusung oleh orang-orang yang tidak punya cita-cita dan malas.<br /> Darul Muttaqien sebagai salah satu pesantren dari sekitar 15.000 pesantren di seluruh Indonesia telah bertekad untuk ikut membangun peradaban Islam yang yang mulia. Dengan berbagai program dan kegiatan Darul Muttaqien sedang menyiapkan para generasi muda yang siap hidup pada zamannya untuk berkiprah membangun kemandirian dirinya dan membangun kemandirian bangsanya. <br /> Semua pejuang yang kini sedang mengabdikan dirinya di pesantren mesti menyiapkan diri membangun kualitas optimal baik moral maupun keilmuwan sehingga mampu mengantarkan para santrinya menuju cita-cita yang diharapkan. Para guru hendaknya memiliki visi yang jelas, aksi nyata sebagai implementasi visi, motivasi tinggi dan strategi yang cerdas agar efektif dan efisien. <br /> Dalam konteks kelembagaan, pesantren harus menata ulang seluruh potensi yang belum tergali. Pesantren harus menjadi center of excellence dalam arti pusat keunggulan peradaban islam. Idealnya pesantren menjadi prototype kemajuan Islam dari berbagai sisinya. Pesantren mestinya menjadi pusat budaya Islam, pusat keilmuwan Islam, pusat ekonomi Islam, pusat tehnologi Islam, pusat pertanian, peternakan dan aspek lainnya. Sebab Islam sendiri adalah sebuah system ideology yang harus menjadi solusi atas semua permasalahan kehidupan dari berbagai aspeknya. Sebagai sebuah system, Islam harus diterapkan secara menyeluruh, tidak parsial. <br /> Mari kita menakar sudah seberapa besar pesantren kita telah memberikan kontribusi terhadap kualitas kemajuan umat Islam. Sudahkan kita berusaha dan berjuang secara sungguh-sungguh dan ikhlas. Sudahkan kita memiliki kemandirian diri. Sudahkan kita telah mengoptimalkan seluruh potensi diri kita untuk kebaikan umat dan bangsa? Apakah seluruh potensi lembaga pesantren telah tergali dan teroptimalkan atau belum ?. <br /> <br /> Merajut Silaturahim, Membangun Silah Ukhuwah. <br /> Sebuah perubahan dan kebangkitan menuju yang lebih baik tidak mungkin bisa dilakukan sendirian. Mesti ada sebuah jaringan antar komponen umat Islam, baik secara individu maupun secara kelembagaan. Semua pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia harus menyatukan visi dan langkah demi kejayaan Islam. Jaringan akan kuat jika dilandasi oleh budaya silaturahim di antara kita. Jika secara spesifik silaturahim antar kerabat yang didasari oleh hubungan kekerabatan yang dekat, maka ada istilah yang lebih sesuai jika hubungan kekeluargaan itu dilakukan antar komponen umat Islam. Inilah yang sering disebut dengan istilah Ukhuwah Islamiyah atau Sillah Ukhuwah. <br /> Ukhuwah atau persaudaraan antar kaum muslimin kini telah pudar atau hampir pudar. Diperlukan sebuah upaya yang konkret untuk merekatkan kembali semua elemen umat menjadi satu kesatuan visi untuk membangun dan memajukan Islam sebagai agama rahmatan lil'alamin. Apa yang dilakukan oleh FUI dengan menggabungkan hampir semua ormas Islam dan partai Islam merupakan awal yang baik sebagai sarana untuk menyatukan langkah umat Islam dalam satu barisan. Sebab semakin kokoh umat Islam, akan semakin tampak jelas musuh-musuh Allah yang akan mencoba meruntuhkan bangunan persatuan umat Islam.<br /> Dalam Al Qur'an sendiri telah menggambarkan bentuk yang ideal sebagai sesama muslim. Allah mengibaratkan bahwa semua muslim dan orang beriman adalah bersaudara bagaikan satu tubuh, yang jika ada bagian tubuh yang sakit, maka bagian tubuh yang lainnya juga akan mengalami sakit yang sama. Artinya bahwa jika ada saudara kita sekalipun beda partai dan golongan atau beda negara mengalami kezaliman, maka sebagai seorang muslim harus ikut meresakan sakit hati dan terdorong untuk membelanya. Bagaimana kaum muslimin akan saling membela saudaranya, jika kini antar komponen umat Islam tidak pernah merasa satu tubuh. Seluruh komponen umat Islam tidak akan pernah merasa satu tubuh jika mereka tidak pernah mau bersatu. Merekapun tidak akan pernah bisa bersatu jika tidak pernah bersilaturahim. <br /> Rapuhnya kondisi ukhuwah umat Islam kini harus segera diakhiri jika Islam akan kembali jaya untuk memimpin dunia dengan kemuliaan nilai dan ajarannya sebagaiman telah diberikan teladan oleh Rasulullah kepada kita. Karenanya setiap upaya untuk membangkitkan lagi tali silaturohim dan ukhuwah bagi semua komponen umat Islam harus mendapat dukungan dan dorongan oleh semua komponen umat juga. <br /> Secara normatif agar silah ukhuwah ini semakin erat, maka hendaknya semua komponen umat Islam mesti secara kuat memegang tali agama Allah. Alqur'an dan al hadist adalah dua pedoman yang bisa dijadikan sebagai kunci persatuan umat Islam. Sebab Al Qur'an dengan jelas telah memberikan gambaran kepada kita bagaimana membangun ukhuwah islamiyah ini. Sebab pada dasarnya nikmat ukhuwah adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. Hal ini sejalan dengan firmanNya :<br /><br />"Dan Dia (Allah) mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) di bumi, niscaya kamu tidak akan mampu mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh Dia Maha Perkasa dan Maha Bijaksana". (QS. An-Anfal : 63) <br /><br /> Pada prinsipnya perpecahan umat Islam yang terjadi saat ini adalah karena umat Islam tidak mematuhi perintah Rasulullah dan sebaliknya, mereka memperturutkan hawa nafsu mereka. Peristiwa ini diabadikan dalam Al Qur'an terkait dengan ketidaktaatan pasukan pemanah untuk tetap bertahan pada tempat yang telah ditentukan oleh Rasulullah dalam perang Uhud walau dalam keadaan bagaimanapun. Namun karena mengikuti dorongan hawa nafsu untuk memiliki harta rampasan perang, maka terjadilah malapetaka kekalahan dalam peperangan, sebab pasukan kaum muslim bercerai berai. Hal ini sesuai dengan firman Allah :<br /><br />"Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah Rasul sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Diantaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantaramu ada orang yang menghendaki akherat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia yang dilimpahkan atas orang-orang yang beriman". <br />(QS. Ali Imran : 152)<br /><br />"Ingatlah ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seorangpun, sedang rasul yang berada diantara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan (berupa kekalahan), supaya kamu jangan bersedih hati apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Ali Imran : 153) <br /><br /> Jika demikian ta'liful qulub (ketundukan dan kelembutan hati) adalah landasan utama untuk membentuk sebuah ukhuwah yang kuat diantara kaum muslimin sekarang ini. Sikap tunduk dan lembut hati ini bisa dilahirkan melalui sebuah pembinaan yang baik sebagaimana Rasulullah membina para sahabat terbaik saat itu. Jika ukhuwah dan persatuan umat ini telah terbangun, maka Islam tidak akan pernah lagi dilecehkan oleh orang-orang kafir dan para anteknya. <br /> Pembinaan yang dilakukan secara terus menerus secara berkualitas akan mengantarkan pada kesatuan pemahaman nilai ajaran Islam sebagai kesatuan yang utuh, totalitas, dan sempurna. Sebab Islam adalah sebagai manhaj yang komprehensif yang harus dipahami secara utuh dan tepat, alias tidak menyimpang dan apalagi secara parsial. Islam sebagai manhaj yang tidak boleh diabaikan terdapat dalam firman Allah :<br /><br />"Dan kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Allah menjadikan kamu satu umat saja, ssungguhnya Allah mau menguji kamu terhadap pemberianNya kepadamu, maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan. Hanya kepada Allahlah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukannya kepadamu pa yang telah kamu perselisihkan itu" (QS. Al Maidah : 48).<br /><br /> Kesamaan pemahaman dalam syariat Islam merupakan basis moralitas dalam ukhuwah sedangkan keragaman pemahaman terhadap cara merupakan basis aktivitas dalam ukhuwah. Ketimpangan pemahaman yang terjadi dalam masyarakat kita, harus dijembatani oleh sebuah system pembinaan yang baik. Logikanya, bagaimana mungkin ukhuwah akan tergalang, jika pikiran dan langkah kita saling bertentangan dan bertolak belakang.<br /> Secara praktis mesti ada sebuah solusi untuk merajut kembali ukhuwah yang semakin pudar ini. Diantara kegiatan konkret yang bisa dilakukan adalah dengan secara terus menerus melakukan kegiatan pembinaan terhadap umat dengan materi yang sistematis sejalan dengan pokok-pokok ajaran Islam dan Siroh nabawiyah. <br /> Tampaknya materi-materi dan metode pengajian dan majlis taklim harus terus ditingkatkan dan dikembangkan sejalan dengan kebutuhan umat. Berusaha secara terus menerus memasyarakatkan komponen-komponen ukhuwah yang sangat bermanfaat, seperti ajaran ketaatan kepada kedua orang tua, silarurahim, cepat menyelesaikan perselisihan, membudayakan hak-hak sesama muslim, memberikan nasehat, berprasangka baik dan musyawarah dan lainnya. <br /> Bisa juga dengan kegiatan memperbanyak dialog untuk menyemakan persepsi terhadap masalah yang fundamental, menghindari topik-topik yang kontrofersial, menahan diri dalam komentar-komentar untuk masalah-masalah yang belum jelas. Dengan demikian budaya ukhuwah akan tercipta antara kekuatan umat Islam, dan jika muncul permasalahan tidak akan bersifat antagonistik.<br /> Hal lain yang bisa kita lakukan adalah meningkatkan peranan lembaga lintas organisasi dalam berbagai tingkat (nasional maupun daerah) seperti forum silaturohim dan dialog dakwah (yang dibentuk oleh berbagai ormas Islam), lembaga kordinasi masjid kampus, korps muballigh, majlis ulama, dan sebagainya. Mereka semua sesungguhnya adalah kekuatan dan pilar umat yang harus dipertemukan untuk menyatukan visi keumatan. Sekali lagi pondok pesantren harus menjadi pelopor persatuan dan kesatuan umat menuju cita-cita besar ini. <br />Kejayaan dan kebangkitan umat adalah perkara besar yang harus menjadi agenda utama umat hari ini. Untuk itu diperlukan sebuah kekuatan besar untuk mengusungnya. Seluruh potensi dan komponen umat harus saling bahu membahu merapatkan barisan agar perjuangan ini terasa ringan. Duduk sama rendah berdiri sama tinggi, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.<br /><br />Silaturahim sebagai Pembentuk Ruh Jamaah<br /> Budaya silaturahim akan membentuk sebuah persatuan umat. Dengan membiasakan saling bersilaturahim, maka akan terbentuk sebuah perasaan sebagai bagian dari umat Islam pada umumnya. Sebab silaturahim akan membentuk hubungan hati yang lebih mendalam dan sepenuh perasaan. Di sinilah ruh jamaah tumbuh.<br /> Ruh jamaah adalah sebuah kesadaran seseorang akan hubugannya dengan seatu jamaah kaum muslimin. Sebab pada hakekatnya kaum muslim adalah umat yang satu dengan pengertian satu jamaah. <br /> Orang yang telah tertanam dalam dirinya ruh jamaah, maka dia akan selalu mendudukkan dirinya dalam kerangka jamaah, bukan individual. Artinya, setiap aktivitas yang dilakukannya senantiasa memperhatikan kepentingan jamaah. Ia menyadari betul bahwa dirinya bagian dari jamaah. Ia mungkin sebagai kaki, telinga, tangan atau bagian lain dari tubuh jamaah. Seperti halnya kaki, tidak mungkin kaki kiri bergerak dan melangkah ke masjid sedangkan dalam waktu yang sama kaki kanan bergerak ke tempat perjudian. Demikian pula ketika salah satu bagian tubuh sakit, maka bagian tubuh yang lainpun ikut mendapatkan biasa sakit tersebut. <br /> Ruh jamaah ini tidak akan pernah terwujud di tengah umat Islam jika budaya silaturahim tidak pernah dilakukan antar sesam komponen umat ini. Kenapa ruh jamaah ini menjadi sangat penting. Setidaknya ada lima alasan :<br /> Pertama, orang-orang yang sendirian akan lebih mudah digoda oleh syetan. Rasulullah, seperti diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi mengatakan, " diharuskan kepada kalian berpegang teguh pada jamaah, dan jauhilah oleh kalian perpecahan. Sebab, sesungguhnya syetan itu bersama dengan orang yang seorang diriserta syetan itu lebih jauh dari yang berdua (dibandingkan denganyang sendirian)" (HR. At Tirmidzi)<br /> Kedua, Rasulullah SAW menegaskan bahwa orang yang sendirian akan mudah dihancurkan dibandingkan dengan orang yang berjamaah. Sebagaimana satu biji lidi sapu akan mudah dipatahkan dibandingkan seratus biji lidi sapu. Kata nabi," kamu harus berjamaah, sebab sesungguhnya srigala itu memangsa domba yang sendirian". (HR. Imam Ahmad)<br /> Ketiga, Allah SWT memerintahkan kepada umatnya untuk berjamaah di dalam berdakwah seperti yang disebutkan dalam sebuah ayat dalam Al Qur'an :<br />" Dan hendaknya ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung " (QS. Ali Imran : 104)<br />Keempat, perbuatan Rasulullah pun sejak dari Mekkah menunjukkan hal itu. Sampai-sampai dalam Al Qur'an, kelompok Rasul dan para sahabatnya digelari Hizbullah, partai Allah. Tidak mungkin yang namanya partai hanya seorang diri. Allah berfirman, "Dan barang siapa mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman menjadi walinya, maka sesungguhnya golongan Allah (hizbullah) itulah yang pasti menang" (QS. Al Maidah : 56) <br />Kelima, mewujudkan kehidupan Islam adalah kewajiban. Padahal, hampir mustahil mewujudkan dengan sendirian. Harus dengan berjamaah. Disisi lain, ada kaidah usul yang digali dari banyak ayat dan hadist oleh para ulama bahwa, "Sesuatu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan adanya sesuatu, maka sesuatu itu wajib pula adanya". <br />Berdasarkan kaidah usul tersebut, jelaslah bahwa membentuk jamaah dalam rangka menegakkan panji Allah SWT adalah suatu kewajiban. Bila tidak dilakukan, maka hukumnya dosa. Dengan demikian, kaum muslimin saat berupaya memperjuangkan Islam harus berupaya bersama-sama dalam satu jamaah yang terorganisir rapi. Hal ini dilakukan bukan sekedar dorongan akal, melainkan sebagai pemenuhan kewajiban dari Allah sang pencipta.<br />Keenam, dia akan selalu memelihara persatuan dan kesatuan jamaah atau organisasi dalam berupaya terus membina umat agar suatu waktu menjadi penerap, pemelihara dan pembela Islam. <br />Orang yang sudah tertanam dalam hatinya ruh jamaah, maka perilakunya pun mencerminkan sebagai bagian dari jamaah. Pertama, dia akan selalu taat kepada pimpinan jamaah, selama pimpinan itu menyuruh pada hal yang ma'ruf. Kedua, setiap perbuatannya senantiasa didasari oleh pertimbangan kepentingan jamaah. Ketiga, dia selalu konsisten dalam menjalani aturan administrasi jamaah. Keempat, dia rela berkorban demi membela Islam bersama-sama dengan jamaah dan kaum muslimin lainnya. Harta, pikiran dan tenaga rela dikorbankan hingga nyawanya pun rela dikorbankan. <br />Karena begitu pentingnya jamaah, maka umat harus berupaya mewujudkan jamaah kaum muslimin ini. Salah satu cara yang paling efektif adalah silaturahim antar anggota sebuah jamaah maupun antar jamaah kaum muslimin. Ketersediaan diri untuk menjalin silaturahim ini akan menjadi awal yang baik bagi persatuan umat Islam se-ndonesia bahkan sedunia. Jika demikian bukanlah sesuatu mustahil jika kelak dengan dukungan semua pihak kejayaan dan kebangkitan umat yang berbasis persatuan umat di seluruh dunia bisa menjadi kenyataan. <br /> <br />Saatnya Berubah dan Bangkit<br /> Apa sesungguhnya yang disebut bangkit dan kebangkitan itu. Bagaimana pula perspektif Islam memandang kebangkitan. Apakah umat Islam hari ini telah bangkit. Apakah setiap perubahan identik dengan kebangkitan. Mari kita telaah. <br /> Kebangkitan adalah istilah baru yang digunakan untuk mengungkapkan suatu fakta tertentu, yaitu kepindahan suatu umat, bangsa atau seorang individu dari suatu keadaan menuju keadaan lain yang lebih baik. Jika demikian perubahan adalah salah satu syarat akan adanya kebangkitan suatu kaum. Istilah kebangkitan ini belum digunakan pada masa-masa awal kenabian dan kepemimpinan para khalifah. Sebab mereka hidup dalam kondisi kejayaan. Berbeda dengan sekarang. Istilah ini digunakan untuk menggapai kejayaan itu kembali.<br /> Faktor kebangkitan suatu kaum bisa kita lihat dari beberapa sudut pandang. Apakah kekayaan SDA bisa membangkitkan sebuah bangsa, ternyata tidak, contohnya Indonesia. Apakah kemajuan teknologi, akan membuat sebuah bangsa bangkit, ternyata tidak, Jepang contohnya. Jadi dengan demikian apa faktor utama kebangkitan suatu bangsa. Kebangkitan suatu bangsa adalah karena faktor pemikiran dan ideologinya. Amerika dan Eropa bangkit dengan ideologi kapitalisnya sehingga mereka bisa memimpin dunia dan mengendalikannya. Cina bangkit dengan ideologi dan pemikiran komunisnya. Kebangkitan zaman Rasulullah juga ditandai oleh tumbangnya ideologi jahiliah dan digantikannya dengan ideologi dan pemikiran Islam yang menjadi landasan pengatur segala aspek kehidupan. Ekonomi, pendidikan, SDA, moral hanyalah efek dari kebangkitan pemikiran itu sendiri. Perubahan perilaku seseorang dikarenakan perubahan mind set yang ada dalam dirinya. <br /> Jika demikian perubahan adalah sebuah keharusan untuk membangkitkan kembali umat. Perubahan pemikiran dari isme-isme yang membelenggu umat menjadi berfikir Islam dengan landasan ideologi Islam yang dilandasi oleh aqidah yang kokoh. Kebangkitan dalam perspektif Islam dengan demikian adalah perubahan pemikiran umat Islam untuk menjadikan ideologi Islam sebagai landasan bertindak dan berperilaku serta landasan untuk memecahkan segala aspek permasalahan kehidupan. Itulah sebabnya dalam kebangkitan ini, umat Islam harus meninggalkan isme-isme yang membelenggu dirinya.<br /> Tidak semua perubahan adalah kebangkitan, tapi setiap kebangkitan akan membutuhkan sebuah perubahan. Tidak setiap kebangkitan itu baik dan hakiki. Bahkan banyak kebangkitan yang justru destruktif. Kebangkitan yang berlandasakan ideologi kapitalisme dan komunisme justru bersifat self destructive. Kita bisa melihat fakta kehidupan hari ini. <br /> Kebangkitan hakiki yang benar dan konstruktif adalah kebangkitan yang dilandasi oleh ideologi Islam. Sebab kelahiran Islam adalah untuk kebaikan umat manusia diseluruh alam semesta, rahmatan lil'alamin. Islam rahmatanlil'alamin dalah stetemen Allah sendiri sebagai pencipta manusia dan alam semesta. <br />Kebaikan kehidupan yang dilandaskan oleh kebangkitan Islam hanya akan bisa dirasakan jika telah diterapkan. Jika demikian dapat disimpulkan bahwa tugas besar dan agenda utama umat ini adalah penyadaran umat Islam untuk bangkit agar kemuliaan Islam bisa dirasakan oleh seluruh umat manusia dan bagi para pejuangnya akan merasakan surga nan abadi. Dakwah ideologis yang berfokus pada revolusi pemikiran adalah salah satu cara diantara cara menuju kebangkitan itu. <br />Pertanyaannya adalah sudah siapkan kita menjadi generasi muda Islam yang siap menjadi pelopor perjuangan kebangkitan di Indonesia. Sebab faktanya di Indonesia belum bangkit. Para penguasa di Indonesia terbukti justru menjadi komprador (agen) asing yang berkuasa untuk kepentingan kelompok dan asing. Mereka tidak pernah memikirkan rakyat sebagai orang yang harusnya dilayani. Mereka telah menjadi pelayan para penjajah kapitalis. Tidak mengherankan jika Indonesia tidak pernah beranjak lebih baik, justru sebaliknya semakin terpuruk. Para penguasa dengan kesombongannya mencoba membanggakan aturan buatan manusia dan mengabaikan hukum dan aturan Allah. Inilah akar permasalahan bangsa ini. <br />Lahirnya lusinan partai pada pemilu 2009 belum tentu menjamin kebangkitan bangsa ini. Sebab kelahiran partai-partai politik yang ada hanyalah simbol kerakusan manusia akan materi duniawi. Buktinya para wakil rakyat yang seharusnya mewakili aspirasi rakyat justru menjadi penghianat rakyat. Mereka berlomba-lomba menumpuk harta sekalipun dari hasil menjarah harta rakyat alias korupsi. Bahkan ada oknum wakil rakyat yang berbuat asusial. <br />Semakin banyak partai yang berorientasi pada kepentingan individu dan kelompok muncul, maka umat Islam di Indonesia akan semakin terpecah belah. Umat Islam akan semakin seperti busa yang diombang-ambingkan ombak. Umat Islam akan semakin dipermainkan dan menjadi hidangan yang diperebutkan banyak orang. Namun, setelah itu umat Islam juga akan menjadi korban yang paling menderita. Hampir semua partai peserta pemilu tidak ada yang punya visi ingin membangkitkan Islam. Sekalipun mereka mengaku partai Islam, apalagi partai nasionalis. Kemenangan golput di setiap pilkada adalah indikasi hilangnya kepercayaan umat kepada partai-partai yang ada. Sebab partai telah terjebak dan tergoda oleh kepentingan jangka pendek yang bersifat pragmatis. Bukan untuk jangka panjang dengan visi ideologis demi kemajuan Islam dan umat manusia. Fenomena ini sangat membahayakan. <br />Kebangkitan Islam memang sangat efektif jika dilakukan oleh sebuah partai. Sebab dengan partai bisa memasuki ranah politik dalam tataran negara. Dan hal ini telah dilakukan Rasulullah dengan gemilang. Jika demikian, mesti ada partai Islam ideologis yang menjadi pelopor. Partai Islam ideologis ini selalu berorientasi pada upaya menyatukan seluruh umat Islam dan berorientasi pada upaya membebaskan umat Islam dari segala bentuk penjajahan. Partai semacam inilah yang akan menjadi pelopor kebangkitan tersebut. Dengan partai ini pulalah seluruh aspek kehidupan yang berbasis nilai Islam akan diperjuangkan untuk diterapkan. Partai inilah yang akan berjuang demi tegaknya system dan hukum Islam sebagai rahmatan lil alamin. <br /> Namun yang terjadi hari ini sungguh ironis. Paratai-partai yang mengaku mengusung semangat nasionalisme ternyata hanya kebohongan semata. Buktinya dalam tubuh internal partai justru saling baku hamtam dan bakar-bakaran kantor hanya karena calon wakilnya tidak ditaruh di urutan pertama. Jika partai-partai itu mengusung semangat nasionalisme mengapa mereka terpecah belah. Padahal mereka mengaku nasionalime, ingin membangun bangsa dan negara Indonesia. Jangankan membangun bangsa dan Negara, sekedar membangun kesatuan dan keutuhan anggotanya saja tidak mampu. Timbul pertanyaan, ada apa dibalik munculnya partai-partai ini. Masihkah kita sebagai umat Islam menaruh kepercayaan kepada mereka. <br />Kalau kita lihat fakta demikian sesungguhnya semua ini hanyalah tipuan belaka. Sesungguhnya merekalah orang-orang yang tidak nasionalis, dan merekalah yang tidak pancasilais. Jangan-jangan nanti partai-partai itu akan melahirkan anggota-anggota DPR yang akan menjelma menjadi Dewan Penghianat Rakyat, Dewan Penghisap Rakyat, Dewan Penjajah Rakyat, Dewan Penipu Rakyat, Dewan Permesuman Rakyat dan Dewan Penjual (harta) Rakyat. Ironis. <br />Untuk itu tidak ada jalan lain kecuali memantapkan diri untuk selalu berjalan diatas jalan yang telah Allah tentukan dalam kehidupan ini. Apapun profesi kita saat ini, hendaknya aturan dan hukum Allah harus tetap dijunjung tinggi dan diperjuangkan, agar hidup lebih baik. Islam yang notabene menjadi solusi kehidupan harus diperjuangkan secara sungguh-sungguh. Hingga pertolongan Allah datang. Saat itulah perubahan dan kebangkitan Islam menuju kehidupan yang penuh keberkahan dan kemuliaan akan menjadi kenyataan. Saatnya umat Islam bersatu dan menyatukan langkah, hilangkan rasa egoisme dan arogansi sektoral. Saatnya Islam bangkit memimpin dunia. Saatnya umat Islam memiliki pemimpin yang taat kepada Allah dan RasulNya yang akan membawa pada keselamatan dan kebahagiaan dunia akherat. <br />Saatnya umat Islam bangkit, menjadi pelopor perubahan dan kebangkitan menuju Indonesia yang lebih baik, kenapa tidak ? <br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Abdurahman, Hafidz. Islam Politik dan Spiritual. 1998. Singapura : Lisanul Haq. <br />Sukarta, Mad Rojda. Catatan untuk Para Pejuang. 2008. Bogor : DM Grafika<br />Shahih, Hafizd. Falsafah kebangkitan. 2003. Jakarta : Idea Pustaka Utama<br />Buzan, Tony. Buku pintar Mind Map. 2006. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.<br />Lantu, Donald Crestofel. 2006. Knowledge Management. Bandung : SBMITB.<br />Al Faruqi. 2000. Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Lontar Utama.<br />Dyrden, Gordon. 2000. Revolusi cara Belajar. Jakarta : Kaifa. <br />Hadi, Saeful. 2004. Profit Ilmuwan Muslim Perintas. Jakarta : Fikri.<br />Al Bagdadi, Abdurahman. 1994. Islam Bangkitlah. Jakarta : GIS.<br />Al Banna, Hasan. Pemuda Militan. Jakarta : Pustaka Mantiq.<br />Yusanto, Ismail. 1998. Islam Ideologi. Jakarta : Al Izzah<br />Schwartz, David J. Berfikir dan Berjiwa Besar. 1992. Jakarta : Binarupa Aksara.<br />Kasali, Rhenald. Change. 2005. Jakarta : Ikrar Mandiriabadi.<br />Soedarsono, Soemarno. Hasrat untuk Berubah. 2006. Jakarta : Alek Media <br />Wijayakusuma, M Karebet. Be The Best, Not Be Asa. 2007. Jakarta :Prestasi.<br />Maghfur, Muhammad. Koreksi atas Kesalahan Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam. 2002. Jakarta : al Izzah.<br />Majalah Al Waie, no 67 tahun Vi 2006, no 66 tahun Vi 2006, <br />Dokumen hasil Munas Fatwa MUI 2005.ahmadsastrahttp://www.blogger.com/profile/07906776347451774301noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1616509755627074176.post-9111851470179044662010-05-24T19:37:00.000-07:002010-05-24T19:39:27.177-07:00REKONTRUKSI PARADIGMATIK DAN POLITIS PENDIDIKAN ISLAM MENGHADAPI PENETRASI LIBERALISME SEKULER DI INDONESIAREKONTRUKSI PARADIGMATIK DAN POLITIS PENDIDIKAN ISLAM MENGHADAPI PENETRASI LIBERALISME SEKULER DI INDONESIA <br /><br />Oleh : Ahmad Assastra <br /><br />Abstrak<br />Implementasi pendidikan Islam di Indonesia sejatinya telah mengalami disorientasi dan distorsi dari konsepsi yang telah digariskan oleh Al Qur’an dan Al Hadist serta konteks kesejarahan zaman Rasulullah. Zaman keemasan peradaban Islam tidak bisa dilepaskan dari implikasi diterapkannya sistem pendidikan Islam oleh Rasulullah dan zaman setelahnya. Islam sebagai sebuah sistem dan peradaban telah memiliki rujukan ontologis, epistimologis dan aksiologis yang jelas yakni Al Qur’an dan Rasulullah. Namun semenjak Islam tak lagi memiliki hegemoni kepemimpinan peradaban dunia karena keruntuhan kekhilafahan Turki Ustmani dan adanya perang salib, maka runtuh pula sistem dan peradaban hingga berimplikasi terhadap kebangkrutan literatur dan kemunduran di segala bidang termasuk sistem pendidikan Islam. Kebangkitan dunia Barat hari ini adalah hasil transformasi keilmuwan Islam kepada mereka melalui sebuah konspirasi jahat. Mereka kemudian melakukan berbagai penetrasi dan penyerangan pemikiran liberal sekuler di dunia Islam. Dari sinilah malapetaka demi malapetaka di dunia Islam terus berlangsung hingga kini. Islam dan umat Islam secara konseptual adalah agama yang benar dan umat yang terbaik. Namun kini seluruh dunia Islam mengalami keterpurukan hingga titik nadhir, termasuk di Indonesia. Pembenahan dunia pendidikan adalah salah satu ranah yang strategis untuk membangkitkan ulang dan menggapai ulang kejayaan yang telah hilang. Diperlukan solusi yang komprehensif yang meliputi rekontruksi paradigmatik, politis dan metodologis hingga pendidikan Islam mampu menghasilkan para ilmuwan ulama seperti dulu. Hingga peradaban Islam bisa terwujud lagi menjadi peradaban dunia. Mungkin dari Indonesia kita akan mulai proyek mulia ini. <br /><br />Kata kunci : Rekontruksi, paradigmatik, sistemik, filsafat, peradaban, liberalisme, sekulerisme, islamisasi ilmu pengetahuan, dan kebangkitan. <br /><br />Perspektif Normatif Konsep dan Karakter Pendidikan Islam. <br />Islam adalah sebuah sistem hidup yang melahirkan berbagai aturan untuk kebaikan manusia. Hal ini tidak mungkin terbantahkan, sebab konsepsi Islam berasal dari Allah sang pencipta manusia itu sendiri. Allah lebih tahu tentang hakekat manusia melebihi manusia itu sendiri. Tidak ada satupun ayat yang mengatakan bahwa Allah berbuat dzalim terhadap manusia, kecuali manusia itu sendiri yang mendzalimi dirinya sendiri. Representasi konsepsi sistem hidup ini tercantum dalam Al Qur’an sebagai pedoman normatif yang kemudian dikejawantahkan oleh utusanNya Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari di semua ranah kehidupan.<br />Ketika Rasulullah diutus itulah beliau kemudian memberikan pembelajaran kepada manusia melalui dakwah yang penuh kasih sayang dan kelembutan. Proses pembelajaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada manusia saat itu agar mengubah keyakinan jahiliyah yang selama ini dianut. Dengan berbagai uslub (cara) Rasulullah secara terus menerus memberikan pencerahan ajaran Islam kepada umat yang tersesat saat itu. Kadang dengan menyeru, dialog, taklim, debat, keteladanan perilaku dan diskusi. Proses internalisasi pemahaman ajaran Islam yang dilakukan oleh Rasulullah inilah yang kemudian menjadi cikal bakal proses pendidikan Islam. Tujuan paling prinsip dari proses pendidikan yang dilakukan Rasulullah adalah untuk mengarahkan manusia kepada jalan Islam hingga mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam. <br />Pola pendidikan yang dilakukan Rasulullah inilah yang kelak menjadi faktor utama lahirnya para generasi terbaik sepanjang sejarah peradaban dunia. Abu Bakar Shidiq, Umat bin Khaththab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib adalah sebagian kecil sahabat dan anak didik Rasulullah yang telah meletakkan pondasi bagi kegemilangan peradaban Islam di masa berikutnya. Sistem dan peradaban Islam sebagai pondasi kejayaan Islam mendominasi selama berabad-abad. Kejayaan Islam saat itu telah menjadi cahaya yang memancarkan energi positif bagi kebaikan dunia dengan berbagai karya keilmuwan para ulama cendikiawan atau ilmuwan muslim yang kemudian menjadi rujukan utama bagi kemajuan iptek di dunia Barat. Ini adalah fakta sejarah yang didasarkan oleh pengakuan para ilmuwan Barat sendiri bahwa Islam adalah penyumbang utama bagi kemajuan peradaban Barat. <br />Pendidikan Islam pada hakekatnya bertujuan untuk melahirkan generasi manusia yang mampu mengelola, memakmurkan, menguasai dan menerapkan hukum dan aturan Allah di muka bumi. Itulah juga visi para nabi dan Rasul, bukan untuk melahirkan manusia-manusia perusak bumi dan alam. Itulah yang dimaksud Allah dalam ayatNya bahwa Allah akan menciptakan para Khalifah dari kalangan manusia yang kelak dipertanyakan oleh para malaikat. Karenanya Allah akan mengangkat dari hamba-hambanya yang dalam hidupnya menuntut ilmu beberapa derajat. <br />Artinya melalui pendidikan Islam inilah manusia akan mampu memiliki imu pengetahuan yang akan digunakan untuk mengelola bumi bagi kebaikan seluruh manusia sesuai hukum yang dikehendaki Allah, inilah hakekat predikat khalifah. Bagaimana akan bisa mengelola dengan baik jika tidak memiliki kekuasaan di muka bumi. Padahal Allah yang telah menjanjikan orang-orang beriman akan menjadi penguasa di muka bumi untuk menebarkan rahmat bagi alam (rahmatan lil’alamin). Untuk itulah para ilmuwan muslim terdahulu yang telah beriman dan beramal shaleh juga membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu menguasai dan mengelola bumi sekaligus menorehkan dengan tinta emas peradaban dunia yang penuh kemuliaan dan kebaikan. <br />Pendidikan Islam mengajarkan anak didik untuk senantiasa berfikir tentang penciptaan alam semesta sebagai salah satu cara untuk memperkuat iman kepada Allah serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengelola bumi. Dengan kata lain pendidikan Islam akan melahirkan generasi yang senantiasa berfikir dan berzikir yang dalam istilah Al Qur’an disebut dengan istilah generasi Ulil Albab. Generasi Ulil Albab sebagai hasil dari proses pendidikan Islam memiliki beberapa ciri, diantaranya yang disampaikan oleh Prof. Didin Hafidhuddin dan Naquib al Atas. <br />Dengan mengacu pada Al Qur’an dan sejarah kejayaan peradaban Islam, maka dapat disimpulkan bahwa karakter pendidikan Islam sejatinya bersifat integralistik yakni memadukan antara keimanan dan keilmuwan sekaligus. Karakter pendidikan Islam tidaklah bersifat dikotomis sekuleristik seperti yang terjadi di dunia Barat sekarang ini. Pendidikan Islam juga berkarakter holistik yakni meliputi semua bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan, politik, sosial, budaya, ekonomi, seni, psikologi, bahkan praktek kenegaraan sekalipun. Dengan demikian pendidikan Islam juga bersifat sistemik yakni mengajarkan Islam sebagai sebuah sistem kesatuan yang utuh bukan parsial. Pendidikan Islam juga berkarakter universal yakni hasil dari pendidikan Islam adalah para generasi yang akan menjadi agen-agen penebar kebaikan bagi dunia bukan perusak dunia bukan hanya untuk kelompok tertentu atau primordialistik. Karenanya pendidikan Islam menurut menurut Prof. Dr. H Ramayulis juga memiliki prinsip-prinsip tersendiri yang khas yang membedakan dengan sistem pendidikan lain . Dengan Islam, maka peradaban dunia akan menjadi peradaban mulia, meminjam istilah Iqbal kebudayaan yang menemukan titik kesatuan dunia dalam prinsip tauhid. <br />Pendidikan Islam di Indonesia dalam Cengkraman Liberalisme<br /> Jika dulu masa kejayaan Islam telah melahirkan berbagai lembaga pendidikan yang bergengsi di mata dunia , kini berbeda 180 derajat dengan yang terjadi di Indonesia. Lembaga pendidikan Islam saat itu dikatakan bergengsi karena mampu memberi inspirasi bagi peradaban dunia karena tetap berpijak pada ajaran Islam sebagai sebuah ideologi yang sistemik dan aplikatif, bukan berpijak pada nilai-nilai yang lain. Adapun kondisi pendidikan di Indonesia kini tengah mengalami kesalahan pijakan, menjauhi dari pijakan Al Qur’an melainkan berpijak pada pemikiran Barat yang liberalis sekuler. Akibatnya banyak berdiri berbagai lembaga pendidikan tinggi namun tidak mampu melahirkan para ilmuwan muslim seperti dahulu melainkan justru melahirkan para sarjana karbitan yang pemikirannya telah jauh melenceng dari ajaran Islam. Para sarjana bukan kemudian membangun peradaban Islam, justru malah merusak dan melakukan pembusukan Islam dari dalam dengan mengatasnamakan modernisme. <br />Hal ini tidaklah mengherankan karena banyak ilmuwan muslim justru menggali ilmu dan peradaban dari negara-negara Barat dengan cara memanfaatkan berbagai beasiswa yang mereka tawarkan. Hasilnya mereka pulang ke Indonesia dengan mambawa pemikiran-pemikiran liberal sekuler yang bertentangan dengan Islam. Mereka tumbuh menjadi seorang muslim yang justru tidak lagi percaya dengan Islam, malah pekerjaan mereka melakukan berbagai aksi pembusukan terhadap agamanya sendiri dengan dalih kemajuan Islam. Padahal mereka tidaklah lebih dari segerombolan pelacur lapar yang menjual Islam kepada orang-orang kafir dengan banyaran sedikit. Mereka telah menjadi budak orang-orang kafir demi sesuap nasi. Bahkan yang lebih ironis menurut Adian Husaini justru tanpa sadar di perguruan tinggi (IAIN) di Indonesia tengah terjadi pemurtadan terselubung dan penyesatan opini yang massif. <br />Jika dulu pembusukan terhadap Islam dilakukan oleh Abu Jahal dan Abu Lahab beserta pengikutnya, maka kini sosok-sosok mereka masih berkeliaran dengan baju Yahudi, Nasrani, paganis, sekularis, liberalis, pluralis, demokratis dan nasionalis. Sekalipun mereka berbeda ragam dan genre, pada hakekatnya mereka satu. Sebab kekafiran adalah sebuah penolakan terhadap monoloyalitas kepada Allah. Dan mereka kerap bersatu padu bekerja sama untuk menghancurkan Islam dengan cara memasukkan (infiltrasi dan internalisasi) virus-virus pembusuk kedalam pemikiran orang-orang muslim. Salah satu caranya adalah dengan menimbulkan keragu-raguan (tasykik) terhadap kesempurnaan Islam. Diajarkannya kepada mereka tentang perlunya liberalisme, inklusivisme, pluralisme dan dekontruksi terhadap syariat Islam, termasuk upaya penyetaraan gender dalam seluruh aturan fiqih Islam. Hal ini dilakukan melalui sekolah-sekolah dan kampus-kampus Islam. <br />Sejarahwan Australia, Mc Rieckleafs, mengatakan bahwa asas, kurikulum, dan metode pendidikan di sekolah di Indonesia serta perguruan-perguruan tinggi Indonesia adalah warisan Belanda melalui politis Etis. Dan karenanya kurikulumnya bersifat sekuleristik, memisahkan tsaqafah Islam terpisah dari kehidupan. Pasca kemerdekaan tahun 1945 Eropa, Rusia, China dan Amerika menggelontorkan beasiswa luar negeri kepada putra putri terbaik untuk belajar ilmu sosial, pendidikan, politik, sejarah, ekonomi dan psikologi yang kesemuanya mengandung pemikiran asing yang sekuler. <br /> Bahkan pemerintah kini menargetkan pada tahun 2020 sekolah dan perguruan tinggi berstatus Badan Hukum Pendidikan (UU No 23 tahun 2000). Hal ini menunjukkan adanya kepentingan neoliberal di bidang pendidikan. Aliansi Global for All yang diprakarsai UNESCO, pada tahun 2000 menelurkan Komitmen Dakkar. Komitmen ini berisi diantaranya perubahan kurikulum berbasis kompetensi, penetapan standarisasi pengajar, kelulusan, kualitas sekolah dan perluasan otonomi manajemen sekolah. Hal ini mengakibatkan pendidikan di Indonesia (baca pendidikan Islam) terperosok dalam perangkap liberalisme sekuler. Kini pendidikan di Indonesia tidak lagi mampu mencetak para generasi pemimpin masa depan, namun tidak lebih dari pencetak tenaga kerja terampil bagi para kapitalis. Selain itu pendidikan juga hanya melahirkan pribadi yang split personality, kehilangan identitas kemuslimannya, tidak mandiri dan bermental lemah sehingga mudah dijajah oleh bangsa lain.<br />Kemunduran pendidikan Islam di Indonesia atau diseluruh penjuru negeri-negeri muslim sesungguhnya dimulai sejak runtuhnya zaman keemasan Islam dan perang salib. Sejak itu hingga kini kondisi umat Islam sangat memprihatinkan.Umat Islam sekalipun mayoritas di Indonesia, faktanya tak mampu berbuat apa-apa untuk memperkuat basis sistem kenegaraan dengan sistem Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist. Sebaliknya yang mendominasi justru sistem sekuler kapitalis. Bahkan dalam bidang pendidikanpun sudah terjangkit virus kapitalisme. Dalam konsep Islam mestinya pendidikan adalah tanggungjawab pemerintah, kini justru diswastanisasi hingga biaya pendidikan melangit tak terjangkau.<br />Jika kini peradaban dan budaya Islam tak lagi mendominasi Indonesia yang mayoritas muslim ini karena pendidikan Islam sudah terkontaminasi pemikiran liberal sekuler. Proses infiltrasi virus-virus sekulerisme inilah telah menyebabkan distorsi yang menganga dalam memahami Islam melalui pendidikan Islam baik secara paradigmatik, politis maupun metodologis. Tantangan Ghozwul Fikri yang mengusung liberalisme sekuler terhadap kebangkitan kembali pendidikan Islam di Indonesia tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Kita mesti berkaca pada sejarah perjuangan para pejuang ulama seperti Muhammad Natsir, HOS Cokroaminoto, Sholeh Iskandar, dan para ulama pejuang lainnya yang dengan gigih memperjuangkan Islam secara kultural maupun politis, sekalipun untuk itu mereka harus dipenjara atau syahid di ujung senjata para penjajah. Mereka berjuang untuk mengusir penjajah dan kini Indonesia sungguh dalam kondisi yang sama : terjajah. <br />Jika dulu perjuangan fisik lebih menonjol maka kini perjuangan pemikiran mesti lebih dikedepankan untuk di Indonesia. Di Indonesia tentu tidak ada lapangan jihad perang seperti di Palestina. Jika ada seorang muslim yang melakukan pengeboman bunuh diri dengan dalil jihad, maka hal itu tidaklah merepresentasikan Islam. Sebab bom bunuh diri di Indonesia banyak kejanggalan, otak dibalik semua ini juga diduga kuat justru intelijen CIA yang memanfaatkan para pemuda muslim yang dangkal pemahaman Islamnya dengan cara melakukan infiltrasi, radikalisasi, misinformasi, aksi dan stigmatisasi. Jadi ujung dari bom bunuh diri ini sesungguhnya ada motif politis ideologis dari kekuatan kafir untuk menstigmatisasi Islam sebagai pelaku terorisme. Buktinya tidak adanya relevansi antara motivasi dan aksi. <br />Tugas pendidikan Islam untuk meraih kembali kejayaan Islam sebagai sistem dan peradaban dengan melahirkan para ilmuwan ulama seperti zaman keemasan tidaklah mudah. Sebab tidaklah semua komponen umat Islam sadar akan tantangan pemikiran liberal sekuler yang tengah terjadi dan terus merasuk ke dalam tubuh umat Islam melalui berbagai saluran. Bahkan yang lebih ironis adalah melalui orang-orang muslim sendiri yang telah menjadi antek dan agen orang-orang kafir dengan pendanaan tak terbatas yang kemudian menyebarkannya di tengah masyarakat. <br /><br />Menawarkan Solusi Komprehensif.<br /> Jika dicermati, maka tampak problem tantangan pendidikan Islam di Indonesia sangat kompleks dan fundamental, karena menyangkut penetrasi ideologi kufur dalam semua ranah pendidikan Islam, karenanya harus ada solusi yang komprehensif untuk mengatasinya. Menurut penulis setidaknya dibutuhkan tiga ranah rekontruksi yakni ranah paradigmatik, ranah politis dan ranah metodologis. Selanjutnya akan dipaparkan satu persatu.<br /> Rekontruksi paradigmatik mengacu kepada pelurusan ulang serta pembersihan ulang keilmuwan Islam dari virus-virus liberalisme sekuler dengan melakukan islamisasi sain. Rekontruksi politis mengacu kepada perjuangan politik agar Islam bisa diterapkan secara sistemik oleh negara, sebagaimana telah dilakukan Rasulullah dan yang telah diperjuangkan oleh generasi Natsir dkk. Rekontruksi metodologis mengacu kepada pembersihan metodologi penggalian dan pengajaran ilmu dari pengaruh metodologi Barat yang destruktif.<br /><br />Kesimpulan<br /> Tantangan pendidikan Islam di Indonesia tergolong kompleks sebagaimana juga dihadapi oleh negeri-negeri muslim lainnya. Untuk mengatasinya diperlukan sebuah solusi jangka panjang yang lebih fundamental dan menyeluruh. Sebab jika parsial, maka upaya umat Islam untuk mengembalikan kejayaan peradaban melalui sistem pendidikan Islam tidak akan pernah terwujud jika mindset umat masih terpolarisasi pemikiran Barat yang sesat ditambah sistem yang diterapkan oleh negara adalah sistem kenegaraan yang sekuleristik dan liberalistik. Dengan demikian rekontruksi adalah harga mati. Wallahua’lam bishawab. <br /><br />SUMBER BACAAN<br /><br /><br />Al Baghdady, Abdurahman. 2002. Refleksi Sejarah Terhadap Dakwah Masa Kini. Bogor : Al Azhar Press. <br /><br />Al Faruqi. 2000. Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Lontar Utama. <br /><br />Al Jawi, Muhammad Nawawi Ibnu Umar. 2001. Nashaihul 'Ibad (Nasihat bagi Hamba Allah. Terj.). Surabaya : Al Hidayah <br /><br />Al Ghazali, Imam Abu Hamid. 2003. Bidayatul Hidayah (Tuntunan Mencapai Hidayah Allah. Terj.) Surabaya : Al Hidayah <br /><br />--------------------------------------. 1414 H. Al Mushtashfa min 'ilm al Ushul. Edisi 1 Beirut : Darul Kutb al Ilmiyah<br /><br /><br />Ahmad, Zainal Abidin. 1974. Negara Adil Makmur Menurut Ibnu Siena, Jakarta : Bulan Bintang. <br /><br />Ahmed, Shabir, Anas Abdul Muntaqim dan Abdul Sattar. 1999. Islam dan Ilmu Pengetahuan. Bangil : Al Izzah<br /><br />Ali, Attabik. 2003. Kamus Inggris Indonesia Arab. Yogyakarta : Multi Karya Grafika, Pondok Pesantren Krapyak<br /><br />Alma, Buchori. 2003. Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan. Bandung : Penerbit Alfabeta <br /><br />Amin, Mahrus. 2008. Dakwah melalui Pondok Pesantren : Pengalaman Merintis dan Memimpin Darunnajah Jakarta. Jakarta : Penerbit Grup Dana.<br /><br />Amin, Masyhur. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Indonesia Spirit Fondation. <br /><br />Anabhani, Taqiuddin. 2001. Thariqul Iman. : Peraturan Hidup dalam Islam. Bogor : Thariqah Izzah.<br /><br />Anis, Ibrahim dkk, al Mu'jam al Wasith, Majma' al Lughah, Kairo. 1972<br /><br />Antonio, Muhammad Syafii. 2007. The Super Leader Super Manager. Jakarta : Tazkia Multimedia dan Pro LM<br /><br />Arcaro, Jerome S. 2006. Pendidikan Berbasis Mutu : Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan. Jakarta : Pustaka Pelajar.<br /><br />Arep, Ishak dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti.<br /><br />Armush, Ahmad Ratib. 2006. The Great Leader, Strategi dan Kepemimpinan Muhammad SAW. Jakarta : Embun Publising.<br /><br />Bacal, Robert. 2002. Performance Management : Memberdayakan Karyawan, meningkatkan Kinerja Melalui Umpan balik, Mengukur Kinerja. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. <br /><br />Badi, Jamal dan Mustapha Tajdin. 2007. Islamic Creative Thinking, Berfikir Kreatif berdasarkan Metode Qurani. Bandung : Mizania <br /><br />DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Jakarta : Kaifa. <br /><br /> Dubin, R., et.al. 1965. Leadership and Produktivity, Chandler Publising Company.<br /><br />Dryden, Gordon dan Jeannette Vos. 2001. Revolusi Cara Belajar. Bagian II : Sekolah Masa Depan. Jakarta : Kaifa <br /><br />El Saha, M Ishom dan Saiful Hadi. 2004. Profil Ilmuwan Muslim Perintis Ilmu Pengetahuan Modern. Jakarta : Fikri. <br /><br />Feinberg, Mortimer R, Robert Tanofsky dan John J Tarrant, 1996, Psikologi Manajemen, Jakarta : Mitra Utama<br /><br />Ghulsyani, Mahdi. 1999. Filsafat saint Menurut Al Qur’an. Jakarta : Penerbit Mizan. <br /><br />Hafidhuddin, Didin. 2006. Agar layer Tetap Terkembang, Upaya Menyelamatkan Umat. Jakarta : Gema Insani Press. <br /><br />Hesselbein, Frances. Et al (editor). 2001. The Organization of the Future. Jakarta : Alex Madia Komputindo.<br /><br />Iqbal, Muhammad. 1966. Membangun Kembali Pemikiran Agama dalam Islam. Jakarta : Tintamas. <br /><br />Kasali, Rhenald. 2005. Change. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.<br /><br />Luth, Thohir. 1999. Mohammad Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. Jakarta : Gema Insani Press. <br /><br />Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning : Handbook, Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta : Kaifa.<br /><br />Poster, Cyril. 2000. Gerakan Menciptakan Sekolah Unggulan. Jakarta : Lembaga Adidaya Indonesia.<br /><br />Rahman, Jamal Abdur. 2005. Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah SAW. Bandung : Irsyad Baitus Salam.<br /><br />Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia<br /><br />Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran : untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Jakarta : Alfabeta.<br /><br />Sallies, Edward. 2006. Total Quality Management in Education : Manajemen Mutu Pendidikan. Jakarta : IRCiSoD<br /><br />Sukarta, Mad Rodja. 2008. Catatan untuk Para Pejuang : Sebuah Refleksi tentang Pemikiran Pendidikan dan Keagamaan. Bogor : DMgrafika Press.<br /><br />-------------------------. 2008. Saatnya Umat Islam Bangkit. Bogor : DMgrafika Press<br /><br />-------------------------. 2009. Menjaga Visi dan Tradisi Pesantren. Bogor : Dmgrafika Press. <br /><br />Tjakraatmadja, Jann Hidayat dan Donald Crestofel Lantu. 2006. Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar. Jakarta : School of Bussiness and` Management Institut Teknologi Bandung.<br /><br />Tilaar, HAR. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional : kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung : Remaja Rosdakarya.<br /><br />Thoha, Anis Malik. 2005. Tren Pluralisme Agama, Tinjauan Kritis. Jakarta : Perspektif. <br /><br />Uwes, Sanusi. 1999. Manajemen Pengembangan Mutu Dosen. Jakarta : Logos.<br /><br /> Widjajakusuma, M Karebet . 2007. Be The best not be asa. Jakarta : Prestasi/Bisa Insani Press<br /><br />Ya'qub, Hamzah. 2003. Etos Kerja Islam, Petunjuk Pekerjaan yang Halal dan haram dalam Syariat Islam. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya<br /><br />Zarkasyi, Abdullah Syukri. 2005. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Jakarta : Rajawali Press. <br /><br />Zarkasyi, Imam. 1975. Materi Khutbatul ‘Arsy. Gontor : Darussalam Press. <br /><br /><br />Majalah : <br /><br />Al Wa’ie no 96 tahun VIII 2008. <br />Hidayatullah April 2005.ahmadsastrahttp://www.blogger.com/profile/07906776347451774301noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1616509755627074176.post-9139587028316070592010-05-24T19:30:00.000-07:002010-05-24T19:36:01.663-07:00jusnalis dan jusnalistikJurnalis dan Jurnalistik<br />Achmad Assastra<br /><br />Satu<br />Mengenal Jurnalis dan Jurnalistik<br /><br /><br /> Adik-adik pasti pernah membaca Koran atau majalah kan. Pastinya dong. Di rumah pasti kita mendapatkan koran milik orang tua kita.atau malah adik-adik sendiri yang beli Koran dan majalah. Wah hebat dong.<br /> Setiap kali adik-adik baca koran pasti yang pertama akan dilihat adalah berita. Berita adalah hasil laporan kejadian di suatu tempat oleh seorang yang memang pekerjaannya mencari berita. Bisanya berita-berita yang sering adik-adik baca adalah berita tentang politik, ekonomi, budaya, seni, hiburan dan berita lainnya.<br /> Nah orang yang pekerjaannya mencari berita sering disebut dengan istilah jurnalis atau wartawan. Tidak semua kejadian bisa diangkat menjadi sebuah berita. Hanya kejadian-kejadian yang menarik saja yang akan dimuat dalam sebuah media cetak. <br /> Kalau begitu sekarang sudah bisa dipahami bahwa jurnalis adalah orang yang bertugas mencari informasi. Artinya jurnalis adalah orang nya atau pelakunya. Nah sedangklan yang disebut jurnalistik adalah kegiatannya. Artinya jurnalistik adalah sebuah kegiatan yang berkaitan dengan dunia tulis-menulis. Jurnalistik biasanya dikaitkan dengan penulisan berita-berita. <br /> Nah sekarang saya ajak adik-adik melihat apa yang ada disekolah kalian. Apakah disekolah kalian ada majalah dinding atau yang sering disingkat mading. Pasti ada, hampir semua sekolah bisa ditemukan majalah dinding. <br /> Mading di sekolah biasanya diseting dengan warna-warni yang cerah, iya kan. Kenapa coba. Sebab dengan warna-warni itulah anak-anak akan tertarik dan penasaran. Dari penasaran inilah akhirnya mau membaca. Intinya dengan banyak warna biar menarik orang untuk membaca. Kan enggak enak ada majalah tapi tidak ada yang membaca. Ibarat orang jualan tapi tidak ada yang membeli<br />Semua kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan mading itu disebut jurnalistik, sedangkan orang yang bertuga mengelola mading itu disebut jurnalis. Sekalipun mading biasanya isinya lebih variatif, tidak hanya memuat berita. Namun mading biasanya juga memuat cerpen, anekdot, cerita bersambung, gambar dan masih banyak lagi.<br />Bagaimana seorang jurnalis bekerja. Biasanya seorang wartawan dalam sebuah Koran harian telah ditugaskan oleh pemimpin redaksinya untuk meliput di berbagai tempat yang telah ditentukan. Misalnya Koran nasional, maka di setiap daerah akan ditempatkan satu atau lebih wartawan. Gunanya untuk mementau semua perkembangan kejadian di daerah tersebut. Jika sekiranya ada peristiwa yang layak dijadikan sebuah berita, maka wartawan atau jurnalis itu segera meliputnya. <br />Dalam memburu berita seorang jurnalis akan membawa perangkat dan peralatan yang sesuai dengan media. Jika koran harian, maka seorang jurnalis akan membawa tape rekorder untuk merekam suara ketika mewawancarai seseorang. Seoarng jurnalis Koran juga biasanya membawa kdak untuk mengambil gambar-gambar sebagai pelengkap an penguat berita tertulis. Bahkan dalam sebuah media cetak ada yang namanya berita foto. Berita foto adalah berita yang hanya berupa foto dengan sedikit keterangannya. Berita foto tidak ada tulisannya. Hanya berupa foto. Seorang jurnalis surat kabar juga tidak boleh membawa buku catatan untuk menulis point-point penting dari berita yang diliput.<br /> Sedangkan jika jurnalisnya bekerja pada sebuah televisi, maka yang dibawa saat meliput biasanya alat-alat shooting untuk mengambil gambarnya agar lebih hidup. Gambar yang diambil oleh jurnalis TV akan bisa hidup dibanding berita pada media cetak. <br />Ada lagi jurnalis radio. Jurnalis radio mungkin lebih simple, sebab hanya mengandalkan suara. Untuk itu alat utama seorang jurnalis radio adalah buku catatan dan tape recorder untuk merekam ketika mewawancarai sumber berita.<br />Kalau adik-adik mau menjadi seorang jurnalis cilik yang tugasnya mencari berita dan informasi maka cara yang terbaik adalah bergabung dengan majalah dinding yang ada di sekolah kalian. Disanalah adik-adik akan mendapatkan banyak bekal tentang ilmu jurnalistik dari berbagai sumber. Biasanya mading sekolah ada pembimbingnya dari kalangan guru. Nah guru itulah yang akan banyak membimbing adik-adik bagaimana mengelola mading dan bagaimana mencari dan menyususn berita. Nanati dalam bab berikutnya dalam buku ini akan ada bab khusus tentang teknik menysusn berita dan teknik mengelola mading. Dalam bab itu akan lebih rinci. Makanya lanjut ya baca bukunya. <br />Selain beberapa hal diatas persyaratan untuk menjadi seorang jurnalis cilik adalah sebagai berikut :<br />• Memiliki kemauan yang kuat. Tanpa kemauan yang kuat seseorang tidak akan bisa meraih apa yang diinginkan. Bukankah apa yang adik-adik lakukan dalam keseharian dari hal-hal kecil hingga hal-hal besar karena dilandasi oleh kemauan. Kemauan itu muncul biasanya karena pekerjaan yang ingin kita lakukan adalah pekerjaan yang menarik. Bisa juga karena adik-adik memang hobby terhadap aktivitas tersebut. Seperti sering kita lihat dalam berbagai peristiwa di sekitar kita. Misalnya kalau kita tinggal di pedesaaan sering kita melihat anak-anak kecil sedang bermain petak umpet. Mereka melakukan itu sudah menjadi hobby karena menarik buat mereka. Begitupun misalnya memancing di sungai atau didanau seperti yangsering kita lihat. Atau adik-adik sendiri pernah memancing ikan. Sekalipun lama, tetapi orang yang memancing itu sabar menunggu hasil ikan yang akan terkena jerat kailnya. Itulah jika telah menjadi hobby, maka akan timbul kemauan untuk berbuat. Selain karena hobby, kemauan untuk melakukan sesuatu karena ada menfaatnya bagi orang itu. Banyak orang yang mau melakukan sesuatu karena memang ada manfaatnya. Mengajar misalnya, seorang guru mau mengajar karena pekerjaan itu memiliki banyak manfaat bagi dirinya maupun bagi orang lain. Seorang guru ketika mengajar berarti akan bertambah ilmunya. Ilmu tidak seperti harta. Ilmu semakin diberikan kepada orang lain, justru akan emakin bertambah. Sebab untk memberikanilmu kepada orang lain, seseorang harus belajar dan membaca. Sedangkan harta jika diberikan kepada orang lain, maka akan berkurang. Jika adik-adik mempunyai uang Rp 1000 dan diberikan kepada orang lain Rp. 500, maka uang adik-adik tinggal Rp. 500. uang akan berkurang. Sedangkan jika memberikan ilmu kepada orang lainjustru semakin bertambah. Manfaat lain sebagai guru bagi orang lain adalah dapat menjadian orang lain menjadi orang berilmu dan cerdas. Lihatlah banyak orang yang sukses dalam hidup pastinya dulunya karena sekolah dan mendapatkan pelajaran serta ilmu dari gurunya di kelas atau di sekolah. Iya kan adik-adik? nah selain habbi untuk melakukan sesuatu juga harus yang bermanfaat. Jika punya kemauan melakukan sesuatu tapi tidak ada manfaatnya sebaiknya ditinggalkan saja, misalnya merokok. Banyak sekali orang yang merokok, semoga adik-adik bukan termasuk perokok, padahal dalam rokok itu tidak ada manfaatnya sama sekali. Bahkan dalam sebatang rokok itu ada ribuan jenis racun yang bisa membahayakan badan si perokok. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh seorang perokok, padahal dia sudah atau bahwa rokok itu tidak bermanfaat. Dalam bungkus rokokpun telah diingatkan : merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan. Nah, begitupun kalau adik-adik ingin menjadi seorang jurnalis. Adik-adik harus memiliki hobby menulis dan tau manfaat seorang wartawan. Ada pepatah arab mengatakan bahwa barang siapa yang memiliki kemauan yang kuat, maka akan jelas jalan untuk mencapainya. Kemauan kuat akan menjadi energi utama untuk meraih segala sesuatu yang kita inginkan. Termasuk dalam hal ini untuk menjadi seorang jurnalis. Nah adik-adik sudahkan ada kemauan yang kuat dalam hati adik-adik untuk menjadi seorang jurnalis. Jika telah ada, bersiap-siaplah untuk melanjutkan perjalanan kita mempelajari buku ini. Siap boss, he he….<br />• Memiliki pengetahuan dalam bidang jurnalistik. Selain kemauan yang kuat untuk menggapai sesuatu yang kita inginkan adalah dengan memiliki pengetahuan yang tentang hal tersebut. Bisa dibanyangkan jika adik-adik ingin bisa mengendarai sepeda motor tanpa tau tentang seluk beluk sepeda motor. Jadi kemauan saja ternyata tidaklah cukup. Sebab tanpa pengetahuan, kemauan justru hanya akan membahayakan dirinya. Coba banyangkan jika hanya karena kemauan yang kuat tanpa pengetahuan sama sekali, apakah orang bisa mengendarai sepeda motor. Kalaupaun nekad, sedangkan dia tidak tau mana rem dan mana gas. Hal ini tentu akan sangat membahayakan dirinya. Motor itu bisa terjerembab masuk jurang atau mungkin akan menabrak kendaraan lain. Sekali lagi kemauan saja tidak lah cukup untuk menjadi jurnalis, masih dibutuhkan pengetauan. Jika adik-adik ingin mengetahuai seluk beluk tentang sepeda motor, adik-adik bisa menanyakan kepad ahlinya atau orang yang telah memiliki pengetahuan sebelumnya. Bisa saja adik-adik bertanya kepad orang tua, kakak, atau teman yang telah tau. Bisa juga adik-adik kursusu sepeda motor. Sebab sekarang sangat banyak tempat-tempat yang membuka jasa kursus montir maupun untuk bisa mnyopir kendaraan. Bukankah adik-adik sering melihat di pingir jalan pusat-pusat kursus misalnya kursus komputer, kursus menjahit, kursus bahasa inggris, dan kursus-kursus lainnya. Kursus kurnalistik memang belum banyak namun ada, salah satunya di bandung yang di motori olah bapak Lahani Yunus atau di bogor dulu ada lembaga yang bernama Balai Kursus Jurnalistik (BKJ). Jika adik-adik kesulitan mencari tempat kursus jurnalistik, mungkin yang adik-adik bisa mengikuti pelatihan-pelatihan jurnalistik yang sering diadakan oleh berbagai lembaga pendidikan. Bisa juga adik-adik bergabung dengan sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang pembinaan kepenulisan seperti yang ada sekarang di Indonesia misalnya Forum Lingkar Pena (FLP). FLP sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Coba adik-adik mencari informasi kantor FLP di daerah adik-adik. Lembaga ini juga sering mengadakan berbagai acara kepenulisan mulai dari motivasi menulis hingga bagaimana mempraktekkannya. Saya sendiri pernah menjadi ketua FLP Bogor dan sekarang saya menjadi ketua devisi kaderisasi FLP bogor. Jika belum bisa mengikuti pelatihan jurnalistik, adik-adik juga bisa langsung menanyakan guru pembimbing mading di sekolah atau guru bahasa Indonesia di sekolah kalian. Atau bisa juga membaca buku-buku tentang jurnalistik yang telah tersebar banyak. Misalnya buku Mari Menulis karya Hendri Tanjung. Pengetahuan ini bersifat teori, sebab pengetahuan itu ada dalam otak dan pikiran kita. Untuk itu agar bisa menjadi seorang jurnalis dua bekal ini belumlah cukup. Masih ada persyaratan lain, yang akan dijelaskan berikutnya.<br />• Memiliki kemampuan/skill menulis. Kalau ingin memiliki kemauan yang kuat harus ada dorongan yang kuat dalam diri kita. Jika ingin memiliki pengetahuan yang yang banyak harus belajar dan mencari informasi. Sedang yang ketiga jika ingin memiliki kemampuan atau skill maka kita harus banyak prkatek dan berlatih langsung. Kemampuan tidak terkait dengan teori tetapi terkait dengan praktek. Teori hanya akan menjadi bekal saja. Namun banyak praktek akan menjadikan seseorang ahli. Ada pepatah inggris mengatakan : practice makes perfect. Praktek akan menjadkan kita ahli. Ibarat mau mengendarai motor, maka yang dibutuhkan adalah kemauan untuk bisa mengendarai motor, selanjutnya mencari ilmu tentang seluk beluk motor dan yang ketiga adalah latihan. Sekalipun dalam melatih kemampuan atau skill ini sering kali gagal, tetapi jangan pernah putus asa, sebab semaikin banyak latihan, kita akan semakin cepat menguasai. Jika gagal sekali sidah putus asa, maka dijamin adik-adik tidak akan bisa mengendarai motor tersebut. Adik-adik sekarang bisa kan naik sepeda. Coba ingat-ingat ketika latihan bersepeda, berapa kali adik-adik jatuh. Mungkin sudah tidak terhitung bukan?. Tetapi kenap adik-adik hari ini bisa mahir bersepeda, sebab ketika jatuh, adik-adik bangkit dan bangun lagi untuk latihan lagi, begitu seterusnya. Demikian pula jika adik-adik akan menjadi seorang jurnalis. Menjadi seorang jurnalis yang bagus harus juga banyak latihan. Menjadi seorang penulis yang terkenal juga banyak latihan. Banyak para penulis besar yang kini kita kenal seperti Didin Hafidhuddin, Adian Husaini, Helvy Tiana Rosa, Taufik Ismail dan Nurkholis Madjid. Mereka adalah penulis-penulis terkenal di Indonesia yang menjadi penulis tidak langsung jadi. Melainkan mereka merangkak dari nol. Bahkan pertama mengirimkan ke Koran, tulisan mereka ditolak. Bukan hanya sekali tulisan mereka ditolak, bahkan berkali-kali. Tetapi karena kesungguhan mereka yang tak kenal putus asa untuk mencoba terus, akhirnya mereka menjadi para penulis terkenal dengan puluhan buku karya-karyanya. Nah adik-adik sudah siap dengan ketiga hal diatas belum, jika belum tidak jadi masalah sekaranglah kita akan mulai.tidak ada kata terlambat untuk menjadi jurnalis sukses. Jangan berharap kalau adikadik baru pertama kali membuat sebuah berita langsung baik. Mungkin guru adik-adik di sekolah akan menilai karya adik-adik kurang baik. Jangan marah apalagi berhenti berlatih. Dengarkan apa yang disampaikan guru, apa saja kekurangan yang ada, lalu berlatihlah lagi, begitu seterusnya. Pasti satu saat adik-adik akan bisa menjadi seorang jurnalis cilik yang sukses.<br /><br /><br />Dua <br />Manfaat Menjadi Seorang Jurnalis <br /> <br />Karena seorang jurnalis itu pekerjaanya mencari informasi untuk dijadikan berita, maka otomatis seorang jurnalis akan banyak jalan-jalan ke berbagai tempat yang layak untuk diambil sebagai berita. Coba lihat ketika adik-adik nonton sebuah tayangan di TV yang bertajuk jelajah atau suratku. Kedua tayangan tersebut mengambil segmen penontonnya adalah anak-anak. Kalian suka nonton nggak? <br />Program jelajah memperlihatkan kepada kita tentang keindahan alam di berbagai daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Dari desa hingga perkotaan. Dari tempat yang sudah ramai hingga daerah-daerah polosok yang terpencil. Hal ini menggambarkan bahwa seorang jurnalis itu bisa berjalan-jalan ke berbagai daerah yang menarik.<br />Nah secara rinci manfaat kalau adik-adik menjadi seorang jurnalis adalah sebagai berikut:<br />• Bertambah wawasan. Seorang jurnalis dengan pekerjaannya akan sangat bermanfaat untuk dirinya. Terutama terkait dengan wawasan yang ia dapatkan dari berbagai aktivitasnya. Misalnya dia harus meliput sebuah pertandingan bola, maka seorang jurnalis harus terlebih dulu mempelajari seluk beluk permainan bola. Sebab sebagai seorang jurnalis olah raga jika tidak mengetahui sama sekali tentang bola, berita yang disusunya tidak akan menarik. Berita yang tidak dilandasi leh sebuah pengetahuan, akan teras hambar, kering dan dangkal. Semakin banyak meliput, maka semakin banyak pula wawasan yang akan dia dapatkan. Seorang jurnalis biasanya juga ada yang khusus meliput tempat-tempat bersejarah. Nah jika tugas liputannya adalah tentang tempat-tempat bersejarah, maka seorang jurnalis harus menjelajah ke seluruh wilayah Indonesia atau bahkan dunia untuk memburu tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah. Dengan begitu maka seorang jurnalis akan mendapatkan wawasan yang luas, sebab dia harus meneliti sejarah berdirinya sebuah situs sejarah. Mungkin jurnalis itu harus membaca buku-buku yang berkaitan dengan situs-situs sejarah atau melakukan wawancara dengan berbagai tokoh dan sumber data yang bisa menambah referensi liputannya. Semakin banyak seorang jurnalis mengumpulkan data, maka berita yang akan dilaporkan semakin bagus. Selain itu secara pribadi dengan aktivitas seperti itu, dia akan terus bertambah wawasannya.nah apakah adik-adik juga merasakan hal yang sama. Jika dik-adik katif dalam skegiatan madin sekolah, maka penambahan wawasan itu akan dapat dirasakan. Saya punya pengalaman ketika masih duduk dibangku SMP, kebetulan saya menjadi pengurus mading sekolah. Ketika mau terbit kita mulai sibuk mencari tulisan -tulisan yang akan dimuat dalam mading tersebut. Nah dalam proses pencarian data untuk diterbitkan itulah kita seringkali harus membuka dan mambaca berbagai buku. Aktivitas ini betul-betul saya nikmati, sebab dengan begitu wawasan saya semakin bertambah.<br />• Bertambah teman. Pasti adik-adik sepakat dengan pendpat ini, bahwa seorang jurnalis itu akan mendapat banyak teman, kenapa coba?. Ya benar seratus buat adik-adik. sebab seorang jurnalis itu akan banyak meliput sebuah kejadian dan biasanya ketika meliput itu tidak sendirian, teman-teman jurnalis yang lain juga banyak. Dengan begitu, maka seorang jurnalis akan banyak bertemu sesame jurnalis ketika meliput sebuah kejadian. Disitulah seorang jurnalis akan saling berkenalan sesama jurnalis. Namun tidak hanya sampai disitu. Seorang jurnalis juga akan banyak punya kenalan orang-orang terkenal yang menjadi nara sumber ketika wawancara. Adik-adik pernah lihat di TV tentang liputan Pak harto, mantan presiden kedua negeri ini. Belum selesai penulisan buku ini pak harto telah tutup usia tepatnya di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta pada hari minggu tanggal 27 Januari 2008 jam 13.10 WIB. Kalau kita lihat, disitu banyak wartawan atau jurnalis yang setia menunggu perkembangan kesehatan pak harto. Bukan hanya puluhan jumlah jurnalis yang ada, bahkan ratusan. Berhari-hari para jurnalis itu menunggu dengan setia setiap perkembangan kondisi kesehatan Soeharto. Disinilah para jurnalis mengadakan kontak dan saling berbincang bertukar informasi. Disinilah mereka saling kenal. Disini pulalah teman akan bertambah. Bukankah sebuah kebahagiaan tersendiri jika kita memiliki teman yang banyak. Iya kan adik-adik. <br />• Bertambah pengalaman. Bertambahnya pengalaman bagi seorang jurnalis adalah ketika meliput berbagai kejadian di lapangan. Baik pengalaman terkait dengan suka dukanya mencari nara sumber untuk diwawancarai mapun suka duka ketika harus mencari tempat kejadian. Sebab tempat kejadian perkara (TKP) biasanya tidak bisa langsung ditemukan. Nah, usaha mencari lokasi kejadian adalah pengalaman hidup tersendiri bagi seorang jurnalis. Sebab kadang-kadang harus tersesat dan tidak menemukan. Ketika menemukan lokasi kecelakaan yang dimaksud misalnya, ternyata para korban telah diangkut ke rumah sakit. Nah seorang jurnalis harus mengejar korban ke rumah sakit. Belum lagi pengalaman ketika harus mewawancarai seorang tokoh. Tenyata hal itu tidak mudah. Sebab serang tokoh biasanya sibuk dan tidak mudah ditemui. Seorang jurnalis harus membuat janji untuk bertemu, kadang-kadang janji sudah jelas tiba-tiba sang tokoh membatalkan karena ada tugas mendadak misalnya. Nah disini dibutuhkan sebuah kesabaran. Peristiwa-peristiwa yang dialami seorang jurnalis akan banyak memberikan sebuah pelajaran dan pengalaman hidup tersendiri dalam dirinya. Banyak orang yang dibesarkan oleh pengalaman. Banyak orang juga lebih bijak karena punya banyak pengalaman. Seorang jurnalis hampir semua memiliki rasa percaya diri yang tinggi, hal ini karena mental dia telah ditempa dengan berbagai pengalaman. Banyangkan jika seorang wartawan tidak memiliki kepercayaan diri, mau ketemu tokoh untuk wawancara saja malu misalnya, makan dia tidak akan bisa mendapatkan sebuah berita yang baik. Kepercayaan diri bisa muncul karena banyaknya pengalaman yang dimiliki. <br />• Bertambah kepercayaan dirinya. Seperti saya singgung sidikit diatas bahwa seorang jurnalis itu secara umum memiliki rasa percaya diri yang lebih disbanding orang lain. Hal ini bisa terjadi karena seorang jurnalis dipaksa untuk berhubugan dengan orang lain dari orang biasa sampai para tokoh nasional dan dunia. Masih ingat ketika presenter kondang dari SCTV Rosiana Silalahi yang berhasil mewawancarai secara eksklusif presiden Amerika George Bush. Ini adalah prestasi yang luar biasa, sebab menemui orang nomer satu di Amerika tidaklah mudah. Namun ternyata Rosi bisa. Masalahnya dalah ketika Rosi tidak percaya diri, tidak mungkin bisa mewawancarai bukan. Disinilah seorang jurnalis mentalnya akan semakin tertempa. Penempaan diri dari berbagai pengalaman di lapangan akan meningkatkan rasa kepercayaan dirinya. Apalagi sebagai seorang jurnalis televise atau sring kita sebuat dengan istilah presenter yang harus menyiarkan berita di depan kamera dan ditonton oleh jutaan pemirsa televisi. Kalau jurnalis radio dan koran tidak dilihat langsung oleh masyarakat. Berbeda dengan wartawan televisi. Kepercayaan diri seorang wartawan adalah sebuah keharusan, sebab harus bekerja dengan berhubungan dengan banyak orang. Jika demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menjadi seorang jurnalis maka adik-adik bisa meningkatkan rasa kepercayaan diri. <br />• Sebagai sumber pendapatan. Seorang jurnalis adalah seorang pekerja, sekalipun menulis itu sendiri masalah hobbi. Tapi bukankah sesuatu yang menyenangkan jika melakukan sesuatu yang sangat disukai namun juga mendapatkan imbalan. Karena termasuk pekerja seorang jurnalis yang sring disebut sebagai kuli tinta ini juga mendapatkan balas jasa yang layak. Artinya menjadi seorang jurnalis juga bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan. Bahkan hobbi menulisnya itu bisa juga disalurkan dengan menulis berbagai karya buku misalnya. Jika buku itu bisa diterbitkan oleh sebuah penerbit, maka sang penulis bisa mendapatkan royalti atau bayaran dari buku-buku dia yang terjual. Banyak contoh para penulis yang kaya raya dengan berbagai karyanya. Misalnya JK Rowling yang terkenal dengan karya bukunya yang sangat fenomenal Herry Potter. Rowling kini menjadi salah satu penulis terkaya di dunia dari hasil penjualan buku-bukunya yang mencapai jutaan copi di seluruh dunia. Bahkan buku Herry Potter juga sudah masuk kamar adik-adik, iya kan. Di Indonesia sendiri juga contoh penulis yang sangat sukses memetik pendapatan. Misalnya Habiburahman al siroji dengan bukunya yang sangat fenomenal Ayat-ayat Cinta. Buku ini menjadi buku fiksi terbaik tahun ini dan kini telah terjual ratusan ribu copi. Entah sudah berapa milyar uang yang diterima pria lulusan timur tengah yang ini menjadi pimpinan pesantren Basmala di Jawa Tengah. Memang banyak pilihan dalam hidup ini sebagai sumber pendapatan, nah salah satunya adalah dengan menjadi seorang jurnalis atau wartawan. <br />• Meningkatkan kualitas diri. Yang dimaksud dengan meningkatkan kualitas diri dalam konteks ini adalah bahwa seorang jurnalis dalam melakukan pekerjaannya akan banyak mendapat tantangan dan hambatan. Nah semakin dia bisa menghadapai segala tantangan dan hambatan, maka otomatis seorang wartawan akan memiliki kualitaas diri yang baik. Banyak orang berkualitas setelah mengalahkan berbagai tantangan hidup. Kebesaran seorang pelaut adalah ketika telah berlayar menaklukkan ombak dan badai. Tanpa tantangan yang berarti seseorang tidak akan pernah menjadi orang besar dan berkualitas. Adakah orang besar dan berkualitas di dunia ini yang tidak pernah melewati rintangan dan tantangan. Ibarat kita sekolah, kita akan dinyatakan naik kelas jika telah lulus ujian. Begitupun orang besar biasanya akan disebut besar setelah terbukti mengalahkan segala rintangan yang menghadang di depannya. Nah, dalam menjalankan tugas sebagai jurnalis tidak sedikit halangan yang mengganggu. Dari berbagai tantangan itulah mental seorang jurnalis akan tertempa. Semakin di tempa mental seseorang, maka orang itu akan semakin berkualitas. Dengan catatan tantangan itu bisa dikalahkan. <br />• Menjadi pendidik masyarakat. Mungkinkah seorang jurnalis bisa sekaligus menjadi seorang pendidik masyarakat. Tentu saja bisa. Sebab seorang jurnalis akan memuat berita-berita yang akan dibaca oleh masyarakat luas. Seorang jurnalis bisa memilih berita-berita yang positif dan mendidik bagi para pembaca. Sebab faktanya memang ada berita-berita yang negatif dan berdampak tidak baik bagi masyarakat. Misalnya berita-berita tentang pembunuhan dan kejahatan. Berita-berita semacam ini tidaklah mendidk masyarakat, justru sebaliknya banyak orang yang kemudian terinspirasi dengan berita-berita negatif sehingga masyarakat ada yang ikut melakukan apa yang dia baca dan ia tonton dari media. Kita tentu sering mendengar beberapa penjahat yang melakukan kejahatan justru setelah melihat berita di televisi. Hal ini sangat membahayakan masyarakat. Bahkan kalau kita lihat ada sebuah media cetak yang khusus menayangkan berita-berita murahan semacam itu dan anehnya para remaja banyak yang mengkonsumsinya. Inilah yang kemudian berakibat negatif dengan merebaknya kejahatan dan kebebasan di kalangan remaja kita. Padahal sebenarnya ada banyak berita yang lebih baik yang bisa mendidik masyarakat agar hidupnya lebih baik dengan moral dan mental positif. Berita-berita tentang prestasi anak bangsa, tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan yang sejenisnya misalnya akan bisa mendidik masyarakat agar hidup penuh semangat dan prestasi. Nah jika atau adik-adik kebetulan mau jadi seorang jurnalis atau bahkan kini telah menjadi seorang jurnalis hendaknya menayangkan berita-berita yang positif dan mampu membangkitkan semangat hidup masyarakat. Intinya jika kita menjadi seorang jurnalis hendaknya kita memilih berita-berita yang mendidik masyarakat bukan yang justru menjerumuskan masyarakat. Jurnalis juga bisa berperan menjadi seorang pendidik. Sungguh mulia menjadi seorang jurnalis. Kenapa kita harus menjadi seorang jurnalis yang baik dan berniat mendidik masyarakat, karena apa yang kita lakukan di dunia ini akan dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhan di akherat kelak. Apa yang akan kita sampaikan di hadapan Tuhan kelak jika kita telah berbuat kejahatan dengan cara menjerumuskan masyarakat. Kita sebagai orang beriman harus menjunjung moral dalam segala aktivitas kita.<br /><br />Tiga<br />Syarat menjadi Jurnalis Cilik<br /><br /> Ingat nggak ketika adik-adik pertama kali mendaftarkan sekolah. Apa yang pertama di tanyakan oleh panitia penerimaan murid baru. Atau ketika seorang pengendara sepeda motor dan dihentikan polisi di jalan raya, apa yang akan ditanyakan polisi itu pertama kali kepada sanga penegandara kendaraan. Yap, benar. Beberapa dokumen persyaratan yang akan pertama kali ditanyakan. Jika pengendara itu tidak memiliki kelengkapan dokumen berupa surat-surat kendaraan seperti SIM dan STNK, maka dapat dipastikan kendaraan itu akan ditilang oleh polisi. Begitupun kalian yang tadi ingin mendaftarkan sekolah, jika tidak dilengkapi dengan dokumen persyaratan, maka dipastikan kalian tidak akan diterima sebagai siswa baru di sekolah itu.<br /> Persyaratan ini menjadi sangat penting. Sebab persyaratan akan menjadi tanda yang menunjukkan kejelasan status seseorang. Bagaimana seorang bisa dikatakan sebagai seorang polisi jika dia tidak memiliki kartu keanggotaan resmi sebagai anggota polisi. Hal ini juga berlaku bagi kewarganegaraan seseorang biasanya ditunjukkan dengan adanya kartu tanda penduduk (KTP) yang harus dimiliki. <br /> Persyaratan seseorang dalam bidang tertentu biasanya terbagi menjadi dua, yakni persyaratan yang bersifat fisik dan persyaratan yang bersifat non fisik. Misalnya seorang guru secara sah diakui sebagai seorang guru harus memenuhi dua syarat tersebut. Pertama seorang guru harus memiliki Surat Keputusan (SK) pengangangkatan dirinya oleh pihak yang berwenang misalnya kepala sekolah dinak pendidikan yang ada. Persyaratan kedua sebagai seoranng guru adalah kemampuan dan ilmu tentang kependidikan dan keguruan. Terkait dengan keguruan dia harus mempau membuat perencanaan pengajaran di kelas dengan semua perangkatnya. Seorang guru juga harus memiliki pengetahuan tentang kependidikan. Inilah dua syarat utama seseorang dikatakan sebagai guru. Kedua syarat ini berlaku untuk status yang lain.<br /> Nah persyaratan ini juga berlaku terhadap profesi jurnalis. Seorang jurnalis yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan berikut :<br />• Memiliki kartu identitas resmi. Seorang jurnalis resmi harus memiliki kartu identitas sebagai wartawan yang dikeluarkan oleh surat kabar dimana dia bekerja. Biasanya kartu wartawan ini dipasang di tempat yang terlihat oleh orang lain. Hal ini dilakukan agar orang lain saat berinteraksi langsung memahami siapa kita. Kartu itu harus asli dari perasahaan dimana kita kerja. Sebab pada kenyataannya ada idemtitas palsu yang dipakai leh beberapa oknum wartawan untuk menipu orang lain untuk mendapatkan keuntungan materi. Makanya kita sering mendengarkan dalam berita di televisi ada polisi gadungan, wartawan gadungan, dan bahkan dokter gadungan. Tujuan mereka biasanya untuk menipu orang lain demi keuntungan materi. Kartu identitas adalah persyaratan yang bersifat fisik. Nah, jika adik-adik adalah seorang jurnalis cilik yang mengelola mading di sekolah mintalah kepada pembimbing kartu identitas yang resmi. Dengan begitu adik-adik akan bisa leluasa bekerja untuk mencari berita tanpa takut dicurigai orang sebagai jurnalis gadungan. Kartu identitas juga bisa dibuat sendiri dengan persetujuan kepala sekolah atau pembimbing mading. Dengan demikian persyaratan pertama telah terpenuhi sebagai jurnalis cilik, yakni memiliki kartu identitas yang sah. <br />• Memiliki visi yang jelas. Selain harus memiliki pengetahuan dan kemampuan seperti yang telah dijelaskan pada bab terdahulu, seorang jurnalis juga harus memiliki visi atau tujuan yang jelas dan lurus. Sebab seorang jurnalis itu melibatkan banyak orang. Artinya dari hasil tulisannya akan dikonsumsi oleh banyak orang. Untuk itu seorang jurnalis harus memiliki visi yang jelas dan lurus. Apa visi seorang jurnalis. Visi dan tujuan seorang jurnalis adalah ingin mendidik masyarakat dengan cara menyajikan berbagai berita yang positif dan jujur. Seorang jurnalis tidak boleh memanipulasi data, sebab dengan demikian dia telah melakukan pembohongan publik. Kebohongan publik ini sangat berbahaya, Karena akan berdampak luas. Seoarang jurnalis juga harus menyajikan berita secara seimbang (cover both side). Artinya dalam menyajikan berita harus disampaikan kedua belah pihak yang pro kontra. Sebab seorang jurnalis harus menyajikan berita apa adanya, biarkan masyarakat yang akan menilai. Seorang jurnalis tidak boleh memasukkan opini dirinya ke dalam berita yang disajikan. Opini pribadi hanya bisa disampaikan dalam artikel misalnya, bukan dalam berita. Tugas jurnalis hanya menyampaikan berita apa adanya. Paling yang bisa dilakukan oleh seorang jurnalis adalah memilih berita-berita yang baik sesuai dengan visinya ingin mendidik masyarakat. Nah adik-adik, sebagai jurnalis cilik yang terlibat langsung dalam mading sekolah atau buletin sekolah misalnya, sebaiknya meluruskan niat dulu ketika akan menjadi seorang jurnalis cilik. Visi utama yang harus tertaman dalam hati adalah keinginan untuk mendidik warga sekolah baik guru maupun para siswa dengan cara menyajikan berbagai informasi yang positif. Dengan harapan berita-berita yang adik-adik sajikan bisa dibaca oleh warga sekolah, dan mereka bisa mengambil pelajaran yang positif dari berita yang kita sajikan tersebut. Dengan demikian persyaratan kedua telah terpenuhi. Yakni persyaratan yang bersifat non fisik.<br />• Memiliki aksi yang nyata. Seorang jurnalis tidak cukup hanya mengaku sebagai seorang jurnalis dengan memperlihatkan kartu tanda pengenal, jika dia tidak pernah terjun ke lapangan untuk mencari berita. Seorang pelaut akan diakatakan pelaut jika telah berlayar menyeberangi laut itu. Seseorang mengaku pemberani jika telah melakukan sesuatu yang menunjukkan keberanian itu. Orang tidak akan pernah percaya kalau kita pemberani tanpa membuktikan ucapan kita. Begitupun seorang jurnalis. Orang lain tidak akan pernah percaya kalau kita seorang jurnalis jika kita tidak pernah membuat berita yang bisa dibaca oleh orang lain. Jadi selain visi, seorang jurnalis juga harus melakukan aksi nyata. Visi tanpa aksi adalah khayalah belaka. Visi tanpa aksi hanya ada dalam pikiran saja. Dan ini berlaku sebaliknya aksi tanpa visi, maka aksinya tidak akan pernah sampai pada hasil yang jelas. Bisa dibayangkan jika kita naik kendaraan angkot tanpa tujuan yang jelas. Yang penting naik aja. Nah saat ditanya oleh kondektur, mau turun dimana dik. Karena kita tidak punya visi dan tujuan, maka kita akan menjawab, turun dimana saja bang. Tenu dengan jawaban ini sang sopirpun akan bingung. Akhirnya kita diturunkan disembarang tempat yang belum tentu kita inginkan. Nah, olah sebab itu visi dan aksi adlah dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. <br />• Memiliki motivasi yang kuat. Memiliki profesi sebagai seorang jurnalis akan banyak mendapatkan tantangan dari yang ringan hingga berat. Sebenarnya ketika kita bicara tantangan, maka tidak hanya ketika menjadi jurnalis. Menjadi apa saja jika tujuannya untuk meraih kesuksesan hidup, maka kita harus bersiap menghadapi segala tantangan. Tantangan hidup adalah sebuah keharusan bagi yang ingin maju dalambidang apa saja. Coba lihat bagaimana Thomas Alfa Edison menghadapi berbagai cacian ketika harus melakukan penelitian terhadap bahan-bahan untuk lampu bohlam. Hingga ribuan kali dia melakukan percobaan itu. Samapai-sampai orang meragukan apa yang dia lakukan. Ketika orang lain pesimis, maka dengan sikap optimis Thomas menjawab dengan santai bahwa dia tidaklah gagal, melainkan justru telah berhasil menemukan ribuah bahan yang tidak bisa dijadikan sebagai bahan baku pembuat lampu. Dengan demikian kata dia telah memberitahu orang bahwa ternyata di dunia ini ada ribuah bahan yang tidak bisa dijadikan bahan lampu. Dan dia katakan tidak akan pernah berhenti melakukan percobaan hingga daia menemukan bahan untuk menemukan bola lampu. Hingga akhirnya dengan kesungguhan itu dia berhasil menemukan bola lampu. Bola lampu kini tersebar ke seluruh dunia. Bahkan di rumah kita juga ada bola lampu kan. Sungguh luar biasa. Dalam hal ini Thomas adalah contoh orang yang memiliki motivasi hidup yang sangat kuat. Motivasi adalah sebuah dororngan yang lahir dari sebiah visi yang jelas. Jadi orang yang memiliki cita-cita yang jelas maka dia akan berusaha sekuat tenaga dengan dorongan motivasi yang kuat. Motivasi yang kuat akan mendorong seseorang untuk tidak mudah putus asa dan selalu berusaha hingga tercapai apa yang dia inginkan. Hanya orang-orang yang tidak memiliki motivasi yang kuatlah yang akan menemukan kegagalan dalam dirinya. Sebab orang-orang yang kini menjadi orang sukses biasanya pernha gagal dulu. Namun karakter orang yang sukses adalah memiliki motivasi yang kuat yang mendorong dirinya untuk terus berusaha dan bangkit setiap kali gagal. Jadi dalam konteks ini orang sukses adalah orang yang bangkit lagi setiap kali mengalami kegagalan. Kalau istilah Jamil Azzaini ketika kita mengalami kegagalan, maka renungkan sejenak apa yang salah denga usaha kita atau dengan istilahnya yang biasa dia pakai, kita harus melakukan picht stop. Tapi jangan lama-lama ketika melakukan proses perenungan, harus segera bangkit lagi dan melakukan dengan kesungguhan. Jamil Azzaini yang kini sukses dengan Kubik Leadershipnya juga bukan orang dengan mudah meraih kesukesan yang kini ia rasakan. Namun dia harus melewati jalan yang terjal, onak duri, mendaki dan berkelok. Tantangan itulah yang disebut dengan kegagalan. Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak pernah merasakan kegagalan. Yang membedakan antar orang adalah apakah dia bangkit lagi setelah gagal atau malah justru terpuruk dengan keputus asaan. Orang akan sukses ketika bangkit lagi. Orang akan gagal ketika putus asa. Dorongan kuat dalam hati seseorang untuk meraih kesuksesan diri untuk tidak putus asa dalam menghadapi tantangan yang menghadangnya inilah yang disebut motivasi. Nah jika menjadi seorang jurnalis juga akan mendapat banyak tantangan dan rintangan. Hanya orang yang tidak melakukan sesuatu yang tidak akan pernah gagal, namun dia juga tidak akan pernah sukses. Dengan motivasi yang kuat seorang jurnalis akan menemukan dirinya dalam kesuksesan. Tantangan seorang jurnalis biasanya datang secara internal maupun eksternal. Secara internal tantangan yang biasa datang dalam dirinya adalah rasa malas dan putus asa. Sedangkan tantangan yang datang dari luar biasanya terkait dengan susahnya mencari berita baik terkait dengan tempat yang jauh ataupun dengan sulitnya menemui nara sumber yang hendak diwawancarai. Nah kalau jurnalis cilik yang masih memiliki ruang lingkup kerja terbatas, tentu rintangan eksternal ini belum terlalu terasa. Jurnalis cilik yang mengelola mading sekolah tantangan terbesar adalah yang bersifat internal. Sebab jurnalis cilik belum terlalu luas wilayah kerjanya. Paling-paling seputar sekolah. Nah dah siap memiliki motivasi yang kuat. Jika dah siap adik-adik juga bersiap-siap menghadapi segala tantangan yang ada, jika lulus maka adik-adik akan meraih sukses.<br />• Berusaha dan bekerja keras. Mencari informasi sebagai bahan berita yang akan diterbitkan dalam koran atau mading sekolah tidak lah mudah. Untuk itu diperlukan usaha keras untuk memburunya. Diperlukan sebuah kerja keras. Kerja keras adalah mengeluarkan semua tenaga fisik dan pikiran untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan. Bekerja keras adalah berusaha sungguh-sungguh sekuat tenaga. Jamil Azzaini memberikan empat cirri orang yang bekerja keras. Pertama, memiliki stamina diri yang kuat. Coba lihatlah seorang petani yang setiap hari bekerja di sawah. Mananam padi, mengolah tanah dan memanen hasil. Semua aktivitas itu akan menjadikan badannya sehat dan kuat. Sebab aktivitas seorang petani bergerak secara fisik. Hal ini bisa diibaratkan dengan olah raga. Kita bisa melihat seorang petani itu jarang sakit. Seorang petani memiliki stamina diri yang kuat. Nah sebagai seorang jurnalis karena harus mencari berita di berbagai tempat, maka harus memiliki stamina yang kuat juga. Seorang petani bisa memiliki stamina yang kuat karena petani bekerja keras. Kedua, memiliki disiplin diri yang tinggi. Seorang pekerja keras biasanya memiliki sikap disiplin yang tinggi. Begitupun seorang jurnalis yang harus bekerja keras untuk mancari berita, maka harus juga memiliki sikap disiplin yang tinggi. Bayangkan jika seoarng wartawan terlambat mendatangi tempat terjadinya perkara, maka jurnalis itu akan kehilangan berita. Karena perubahan dan perkembangan kejadian itu begitu cepat, maka seorang jurnalis harus memiliki disiplin yang tinggi agar tidak ketinggalan berita. Ketiga, memiliki keberdayagunaan diri yang tinggi. Orang yang berdaya guna sebagaimana kata jamil adalah orang yang siap pakai untuk jenis pekerjaan apapun, baik pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi pemikiran yang tinggi juga pekerjaan yang membutuhkan kelembutan hati. Artinya seorang jurnalis harus selalu memiliki kesiapan diri, kapan dan dimanapun ditugaskan untuk mendapatkan informasi. Sebab barita itu terjadinya tidak pernah bisa kita tebak kapan dan dimana berita itu terjadi. Bisa dibayangkan jika seorang wartawan menolak untuk mengambil berita hanya karena tempatnya jauh. Padahal memang tugas seorang jurnalis adalah mencari berita. Sebagai jurnalis cilik adik-adik harus selalu siap jika di sekolah adik-adik ada berita yang bisa diliput. Keempat, memiliki ketersediaan yang tinggi. Seorang pekerja keras selalu siap untuk mejalankan perintah atasan. Ketika ada berita yang harus diliput segera, maka dia selalu siap. Sebab berita yang tengah terjadi kalau tidak segera diliput, maka berita itu akan lewat begitu saja. Ada tiga langkah agar adik-adik sebagau jurnalis cilik memiliki ketersediaan diri yang tinggi. Pertama, sadarilah bahwa adik-adik memiliki banyak peran yang harus dijalani dengan baik. Kedua, rencanakan bagaimana membagi waktu agar kalian dapat menjalankan tugas jurnalis dengan baik. Ketiga, melatih daya empati adik-adik. <br />• Memiliki kemampuan komunikasi dua arah. Kemampuan komunikasi dua arah bagi seorang jurnalis adalah sebuah keharusan. Kemampuan ini sering disebut juga interpersonal skill. Kemampuan ini menjadi sangat penting, karena seorang jurnalis harus berhubungan dengan orang lain ketika menjalankan tugasnya. Ketika harus mewawancarai tokoh misalnya, seorang jurnalis harus komunikatif sebab dia harus mampu menggali informasi dari tokoh tersebut. Sebagai seorang jurnalis tidak mungkin diam saja ketika sedang wawancara dengan tokoh. Seorang jurnalis karena harus berhubungan dengan banyak orang, maka kemampuan berkomunikasi ini menjadi bekal yang tidak bisa ditawar. Nah, sebagai jurnalis cilik juga demikian. Sekalipun berita yang diliput hanya seputar sekolah, namun keterampilan berkomunikasi tetap dibutuhkan. Sebab pada prinsipnya kerja jurnalis itu sama, yakni mencari berita dan banyak berhubungan dengan banyak orang. <br /> <br />Tiga <br />Cara Mudah Menulis Berita<br /><br /> Ketika kita membaca surat kabar, baik yang berupa koran, majalah atau mading sekolah, maka kita akan mendapatkan empat penampilan utama yakni berita, opini, iklan dan gambar atau foto. Nah dalam bab ini kita akan mendiskusikan cara mudah membuat berita. Ada semacam ungkapan yang berkembang dikalangan para jurnalis bahwa kalau orang digigit anjing itu bukan berita, sedangkan kalau ada anjing digigit orang itu baru berita. <br /> Ungkapan ini hanya bersifat ungkapan, namun di dalamnya menganduung sebuah motivasi aaga seorang jurnalis itu mencari berita yang menarik. Sebab jika kita membuat berita yang tidak menarik, maka berita kita tidak akan dibaca orang. <br /> Berita itu sendiri pada prinsipnya adalah sebuah kejadian. William S. maulsby mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan atau baru terjadi yang dapat menarik perhatian pemabaca surat kabar yang memuat berita tersebut. Sementara Dja’far H. Assegaf dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini menybutkan bahwa berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang terbaru, yang dipilih oleh staf redaksi suatu surat kabar untuk disiarkan dan dapat menarik pembaca, entah karena berita itu yang luar biasa, entah karena pentingnya ataupun bisa jadi juga karena mengandung segi-segi yang berkaitan dengan perasaan kemanusiaan, humor emosi atau ketegangan. Sedangkan Yani Maryani dalam bukunya Intisari bahasa Indonesia untuk SMA, memberikan definisi berita dengan peristiwa atau kejadian yang mengandung hal yang menarik, luar biasa dan baru. Dan peristiwa bisa disebut berita jika sudah dilaporkan. <br /> Dalam melihat suatu peristiwa, seorang jurnalis hendaknya tidak melihat seperti orang biasa. Ketika menyaksikan sekelompok pelajar yang tawuran, seorang jurnalis tidak hanya melihat perkelahian bubar setelah polisi datang. Namun seorang jurnalis harus bisa menelusuri seluk beluk kejadian tawuran itu secara lebih detil dan berurutan. <br /> Untuk memudahkan cara adik-adik membuat sebuah berita, maka setidaknya ad eman hal yang yang harus terkandung dalam sebuah berita. Enam hal tersebut adalah apa peristiwanya, siapa saja yang terlibat dalam peristiwa itu, kapan peristiwa itu terjadi, bagaimana peristiwa itu terjadi, kenapa peristiwa itu bisa terjadi dan dimana peristiwa itu terjadi. Enam hal ini biasanya disebut 5W + 1H (what, who, when, where, why dan how). Dari keenam itu tidak diatur yang mana dulu yang harus didahulukan, bisa apa saja. Disinilah seorang watawan harus jeli membuat berita yang bisa menarik para pembaca. <br /> Sedangkan susunan sebuah berita itu berbentuk piramida terbalik. Piramida terbalik memiliki maksud bahwa semakin penting segi berita maka ditempatkan diawal berita dan semakin kebawah semakin tidak penting. Hal yang paling penting dari sebuah berita itu disebut lead. Jika seseorang tidak punya waktu untuk mambaca sebuah berita, maka cukuplah mambaca leadnya saja. Nah agar bisa mendapatkan informasi yang yanga lengkap dengan waktu yang cepat, maka dalam lead itu sebaiknya mengandung 5W+1H. <br /> Sebagai contoh agar lebih udah berikut saya tulis contoh sebuah lead berita yang lengkap :<br /><br />Contoh lead berita 1: <br />Kemarin (15/01/08), siswa kelas lima SD Insan Mulia mengadakan acara santunan anak yatim dalam rangka menyambut tahun baru Hijriah 1429. Acara yang diadakan di aula serba guna SD Insan Mulia itu dihadiri oleh kepala desa Cimanggu dan kepala sekolah SD Insan Mulia. Dalam acara itu terkumpul 50 anak yatim yang mandapat santunan. Santunan ini digagas sebagai kepedulian siswa kelas 5 terhadap kondisi anak yatim yang terus bertambah di lingkungan sekolah mereka. Acara yang diadakan jam 09.00 pagi itu sangat meriah karena dihibur olah tim marawis SD Insan Mulia. <br /><br /> Dalam contoh singkat itu kita bisa mengidentifikasi keenam unsur berita diantaranya what : santunan anak yatim. Who : siswa kelas lima. Where : aula SD Insan Mulia. When : tanggal 15 januari 2008. How : meriah karena dihibur oleh tim marawis. Why : sebagai rasa kepedulian siswa kelas lima.<br /><br />Contoh lead berita 2 :<br /><br />Setelah 23 hari terhitung sejak 4 januari akhirnya mantan presiden kedua Soeharto tutup usia pada usia 86 tahun di Rumah Sakit Pusat Pertamina setelah sebelumnya mendapat perawatan intensif dari tim dokter kepresidenan. Tepat hari minggu tanggal 27 Januari 2008 mantan orang nomer satu ini dinyatakan meninggal dunia pada pukul 13.10 WIB, karena komplikasi penyakitnya yang kian kritis. Jenazah almarhum dimakamkan di Astana Giribangun di Solo dengan upacara militer yang dipimpin langsung oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak sakit dan dirawat hingga meninggal berbagai pihak berdatangan silih berganti menjenguk mantan penguasa orde baru ini. <br /><br />Dari contoh kedua ini bisa kita identifikasi unsur-unsur lead berita diantaranya What : meninggalnya mantan presiden Soeharto. Why : akibat komplikasi penyakit yang dideritanya. When : hari minggu tanggal 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB. How : banyaknya para pengunjung yang menjenguk dari rumah sakit hingga proses pemakaman yang dipimpin langsung oleh presiden SBY. Where : meninggal di Rumah Sakit Pusat Pertamina dan dimakamkan Astana Giribangun Solo. Who : mantan presiden RI Soeharto dan presiden SBY yang memimpin proses pemakaman. <br /><br />Dengan demikian menyusun berita tidaklah terlalu sulit. Dengan menggunakan enan unsur kunci tersebut adik-adik bisa menyusun berita dengan lebih mudah dan sistematis. Untuk membuat lead berita adik-adik bisa mendahulukan unsur yang mana saja. Yang terpenting dalam lead itu lengkap mengandung enam unsur berita tersebut. <br />Adapun bahasa yang dipakai dalam menyusun berita hendaknya pertama, singkat artinya bahasa berita seharusnya menghindari penjelasan yang bertele-tele dan berpanjang-panjang. Orang seringkali menginginkan berita yang pratis dan singkat tapi menyeluruh. Kedua, padat artinya bahasa berita harus pada informasi sehingga dengan lead saja sudah bisa memberikan informasi kepada pembaca secara lengkap. Ketiga, sederhana, artinya bahasa berita harus dipilih yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca dengan cepat dan benar. Hindarkan dalam menulis berita menggunakan bahas-bahasa yang sulit di pahami oleh pembaca. Keempat, jelas, artinya bahasa berita harus memberikan gambaran secara gamblang agar mudah dipahami maksudnya. Sebab jika berita yang disamapaikan tidak menggunakan bahasa yang jelas dan lugas kemungkinan akan disalahpahami oleh pembaca. Untuk itu harus dihindari bahasa yang bersifat ambigu yakni kata yang memiliki dua atau lebih makna. Misalnya istri pak lurah yang baru itu meninggal dunia. Kalimat ini memiliki makna ambigu tidak jelas siapa yang baru itu apakah lurah yang baru atau istrinya yang baru. Kelima lugas, artinya bahas yang dipakai dalam membuat berita harus langsung pada poko permasalahan. Hindari bahasa yang berbunga-bunga dan berbau sastra sehingga tidak langsung ke pokok masalah. <br />Ada yang penting untuk adik-adik pahami bahwa tidak semua peristiwa bisa dijadikan sebgai sebuah berita. Sebab berita yang tidak menarik tentu tidak akan dibaca oleh pembaca. Nah dengan demikian sebuah berita layak dilaporkan dan dimuat untuk disajikan kepada para pembaca jika memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: <br />• Mengandung nilai publisitas. Artinya sebuah berita yang baik adalah yang menjadi konsumsi orang banyak. Jika ada seorang petani di kampung yang tidak dikenal orang banyak tidak perlu ditulis menjadi berita. Namun jika orang terkenal harus ditulis menjadi berita. Sebab nama orang terkenal memiliki nilai publisitas yang luas. Sehingga setiap perkembangan hidupnya menjadi perhatian banyak orang. Misalnya meninggalnya Soeharto harus diliput, karena nama Soeharto sebagai mantan presiden memiliki nilai publisitas yang luar biasa. Begitupun berbagai peristiwa yang banyak melibatkan banyak orang akan layak dijadikan sebagai sebuah berita. Tawuran anak sekolah mungkin tidak lebih menarik dengan peristiwa tawuran para anggota dewan misalnya. Nah kalau disekolah peristiwa-peristiwa yang mengandung nilai publisitas misalnya kunjungan pejabat ke sekolah, lomba sekolah, ujian nasional, dan peristiwa-peristiwa yang menjadi konsumsi public atau orang banyak lainnya. <br />• Kejadiannya masih aktual. Maksud aktual adalah kejadian itu belum lama terjadi. Semakin baru perisriwa itu terjadi maka makin layak peristiwa itu menjadi sebuah berita. Semakin lama peristiwa itu terjadi akan semakin tidak menarik peristiwa itu di beritakan. Misalnya ada sebuah peristiwa kecelakaan di depan sekolah adik-adik yang terjadi setahun yang lalu tidak lagi menarik untuk ditulis sebagai berita, kecuali hanya sebagai bahan pendukung. Maka dengan demikian jika adik-adik menjadi seorang jurnalis mading, carilah berita-berita terkini atau terbaru agar menarik pembaca. Jika kita melihat dua koran di atas meja rumah kita, kita tentu akan memilih koran yang baru, bukan koran yang lama. Biasanya koran yang berbentuk harian seperti itu beritanya tidak boleh lebih dari sehari harus segera diberitakan. Jika tidak berita itu akan terasa basi. Lain lagi jika majalah bulanan, maka berita yang dimuat harus selektif dan bersifat mendalam. Berita mendalam ini biasa disebut berita investigatif atau disebut juga berita sastra Yakni berita yang lebih mendalam dengan berbagai cerita dan sisi pandang. Biasanya berita yang tercepat bisa ditanyakan adalah berita di radio dan televise melalui siaran langsung, sedangkan Koran dan majalah tidak bisa langsung. Kalau kita mau membaca berita koran atau majalah harus menunggu diterbitkan. Sekalipun sekarang ada surat kabar on line namun tidak semua bisa mengaksesnya. <br />• Bersifat obyektif. Sebuah berita tidak boleh memihak salah satu. Berita harus bersifat netral apa adanya dengan mengungkap peristiwa tanpa dikurangi dan ditambah. Untuk itu sebuah berita hendaknya selain ditampilkan apa adanya juga harus ditanyakan dari berbagai sumber yang terkait agar seimbang. (caver both side). Obyektif artinya jujur apa adanya menyampaikan informasi berdasarkan fakta dilapangan. Kebalikan dari obyektif adalah bersifat subyektif yakni menginformasikan sebuah peeristiwa berdasarkan pertimbangan pribadi bukan berdasarkan kenyataan di lapangan. Seorang jurnalis tidak boleh subyektif ketika menyampaikan berita.<br />• Menarik. Sebuah berita akan sangat digemari dan dibaca oleh orang banyak, maka harus ada unsure menarik. Sesuatu yang menarik akan banyak yang melihat dan memperhatikan. Begitupun dengan berita. Jika ada dua berita yang satu tentang peristiwa kecelakaan mobil yang masuk jurang dengan penumpang masyarakat bisa dan yang satu kendaraan itu dikendarai oleh seorang artis, maka kendaraan yang berpenumpang artis akan lebih menarik untuk dijadikan berita. <br />• Kedekatan. Artinya semakin dekat sebuah peristiwa dengan pembaca, maka berita itu akan semakin menarik pembaca. Jika kita tinggal di Bogor misalnya, melihat sebuah berita banjir. Peristiwa pertama banjir yang terjadi di sumatera dan yang satui banjir terjadi di Bogor, maka bagi orang Bogor akan lebih cenderung membaca peristiwa banjir yang ada di daerah Bogor. <br /><br />Fungsi berita itu sendiri setidaknya ada enam, pertama untuk menyampaikan informasi. Kedua untuk memberikan inspirasi positif bagi para pembaca. Ketiga, menambah wawasan dan pengetahuan yang luas. Keempat, dapat memberikan pencerahan rohani. Kelima, meningkatkan kemampuan membaca dan keenam penambahan perbendaharaan kata dan istilah. <br />Adapun teknis penulisan berita setidaknya ada enam diantaranya adalah, pertama, menulis berita untuk mengungkapkan bukan untuk mempengaruhi pembaca. Sebab tugas jurnalis hanyalah menyampaikan berita kepada masyarakat tanpa harus mempengaruhi masyarakat. Kedua hendaknya berfikir dulu baru menulis agar berita yang ditulis bisa dipertanggungjawabkan isinya dengan kelengkapan data yang dibutuhkan pembaca. Ketiga, hendaknya memilih kata-kata yang sudah diketahui dan mudah dicerna. Hal ini menjadi penting karena berita harus dipahami oleh masyarakat luas. Keempat, hindari kata-kata ambigu, yakni kata-kata yang memiliki dua atau lebih arti. Hal ini agar tidak terjadi kesalahpahaman. Kelima, pakilah kata dan paragraph yang singkat dan tidak bertele-tele. Keenam, gunakan kalimat aktif. <br />Nah adik-adik, mudah kan menyusun berita. Sudah siap latihan menulis berita. Sesuatu itu kan sulit karena belum dikerjakan. Coba dulu. Nanti akan terasa mudah. Nah adik-adik selamat mencoba menulis berita dan menjadi seorang jurnalis.<br /><br />Empat<br />Teknik Menulis Artikel<br /><br /> Pada bab sebelumnya adik-adik sudah belajar membuat berita. Berita itu sendiri adalah laporan informasi berdasarkan data dan fakta di lapangan jadi berita intinya adalah laporan tentang fakta. Fakta adalah sesuatu yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan oleh setiap orang. Kebalikan dari fakta adalah opini. Opini adalah pendapat atau pandangan orang tentang suatu. Jadi opini bukanlah kenyataan, namun sebatas pendapat. Jika saya sebutkan monumen nasional terdapat di Jakarta. Berarti saya telah membuat fakta. Sedangkan kalau saya tulis sepertinya nanti malam akan terjadi hujan lebat. Maka ini disebut opini, sebab baru sebatas pendapat dan belum tentu terjadi. <br /> Nah adik-adik jika contoh dari fakta adalah berita sedangkan contoh dari opini adalah artikel. Kalau berita bersifat obyektif maka artikel sebaliknya bersifat subyektik. Artinya sesuai dengan pertimbangan pribadi. Ciri dari pendangan subyektif adalah perbedaan cara pandang orang terhadap suatu masalah.bisa jadi masalahnya saman namun pendapat orang berbeda-beda. Sebagai contoh pasca kematian mantan presiden Soeharto, apakah dia layak dimaafkan atau tidak dimaafkan. Maka dari pertanyaan ini muncul banyak sekali pendapat yang saling bertentangan. Ada satu pendapat yang menginginkan Soeharto domaafkan karena telah meninggalkan banyak jasa yang luar biasa terhadap pembangunan di Indonesia selama orde baru. Namun ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Soeharto tidak layak untuk dimaafkan sebab telah banyak melakkan berbagai kezaliman terhadap orang-orang yang dianggap bersalah oleh Soeharto saat itu. <br /> Kenapa adik-adik juga harus belajar menulis artikel. Karena mading itu isinya bukan saja berita. Sebab jika mading hanya berisi berita, maka mading itu tidak akan menarik. Mading agar terlihat menarik harus berisi berbagai bentuk tulisan baik fiksi maupaun non fiksi baik opini maupun fakta. Untuk itu tidak ada salahnya juka adik-adik sebagai jurnalis cilik juga memiliki keterampilan untuk menulis artikel yakni keterampilan mencurahkan pendapat tentang berbagai hal yang terjadi di sekita adik-adik. <br /> Ada banyak obyek kajian yang bisa dijadikan artikel untuk mengisi mading sekolah. Misalnya tentang pentingnya kebersihan sekolah, pentingnya meningkatkan prestasi siswa, menumbuhkan motivasi belajar siswa dan tema-tema yang lebih menarik lainnya. <br /> Secara garis besar artikel berarti sebuah karya tulis sebagai curahan pendapat, gagasan, pandangan dan opini seseorang terhadap suatu permasalahan. Opini dan gagasan dalam sebuah tulisan artikel bersifat subyektif, sebab pandangan seseorang selalu bervariasi. Kendati faktanya sama, tetapi ketika orang menilainya dan memandangnya selalu ada sisi perbedaannya. Hal ini secara umum disebabkan oleh perbedaan angle dan perbedaan kemampuan setiap penulis. Artikel di media cetak biasanya ditempatkandi halaman opini. Pada halaman inilah biasanya ditemukan : artikel, tajuk rencana, karikatur, pojok dan surat pembaca. Opini adalah opini dari penulis artikel, atau dikenal pula dengan sebutan kolumnis. Karena subyektifitasnya, pandangan setiap penulis pada setiap masalah tentu berbeda. Artikel ini termasuk tulisan nonfiksi, yakni menyuguhkan berbagai data melalui ungkapan ide dan cara pandang. Tujuan penulisan artikel adalah mempengaruhi pembaca untuk dijadikan wacana walau kadang dijadikan media penyatuan ide antara penulis dan pembaca.ahmadsastrahttp://www.blogger.com/profile/07906776347451774301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1616509755627074176.post-38391378264297398102010-05-24T17:49:00.000-07:002010-05-24T17:50:52.301-07:00menjadi guru kreatifMenjadi Guru Kreatif <br />Oleh : Ahmad Assastra <br /><br />Munculkanlah keberanian berpetualang di zaman baru. Beranilah berbeda dengan orang lain. Kendati untuk itu kita siap membayar harga orang yang menertawakan, mengejek dan mengkritik kita.<br /><br /> Manusia adalah unik. Semua dari kita memiliki keunikan tersendiri yang menjadi faktor pembeda dengan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa sejak lahir kita diciptakan Allah untuk menjadi pribadi yang berbeda. Dengan keunikan dan kelebihan yang diberikan Allah kepada setiap individu, maka setiap dari kita adalah masterpiece. Tentunya Allah menginginkan setiap perbedaan itu agar dijadikan faktor kesuksesan dalam hidup. Adakah manusia di dunia ini yang sama dalam segala hal. Sekalipun ada dua orang yang dilahirkan kembar identik, namun secara substansi tetap memiliki perbedaan yang tajam.<br /> Berbeda ternyata sudah menjadi karakteristik manusia sejak lahir. Jika demikian kenapa kita mesti takut untuk berbeda. Sebab perbedaan itulah yang acapkali menjadi penentu kesuksesan seseorang. Ketika ada lomba lari, maka yang jadi pemenangnya adalah yang berbeda dengan kebanyakan pelari, yakni yang paling cepat larinya disaat yang lain lari secara rata-rata. Karenanya janganlah jadi orang yang rata-rata, pesan Mario Teguh dalam bukunya Becoming A Star. <br /> Dalam Qur’an Allah pernah berpesan kepada hambanya untuk bangun malam melakukan salat tahajud disaat rata-rata orang lain sedang terlelap tidur. Orang yang bangun malam adalah orang yang mendapat kedudukan mulia disisi Allah. Ahli tahajud adalah orang yag tampil beda. Kesuksesan dirinya menjadi orang mulia dimata Allah adalah saat dia berani berbeda. Perbedaan yang positif dan konstruktif sering disebut orang sebagai sebuah kreativitas. <br /> Guru kreatif akan menjadikan sekolah yang tidak dilirik orang menjadi memiliki nilai tambah dan kebermaknaan yang tinggi, sehingga akan melahirkan anak-anak didik yang berkualitas dan berjiwa besar. Kelak anak-anak di sekolah dengan sentuhan guru yang kreatif akan menjadi pribadi yang penuh percaya diri dengan kesadaran potensi dirinya dalam meraih sukses hidup mereka. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki nilai tambah dan kebermaknaan sosial. Mereka akan menjadi orang yang selalu didambakan masyarakat karena kemanfaatan dirinya bagi kebaikan masyarakat dimana dia tinggal. Inilah kreatifitas. <br /> Problem psikologis anak-anak di sekolah adalah adanya penyakit inferiority complex pada diri mereka. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Akhirnya mereka merasa malu dan merasa minder dan tak berguna. Mereka kehilangan kepercayaan diri. Bisa jadi mereka punya segudang ide. Namun mereka tak berani menyampaikannya. Inilah awal dari kegagalan di masa mendatang. Namun, mereka tidak sadar. Inilah yang mestinya menjadi fokus guru kreatif di sekolah . Bangkitkan kepercayaan diri mereka baru bicara tentang kreativitas. <br /> Dalam buku Percaya Diri Sepanjang Hari, Abu Al Ghifari memberikan beberapa pedoman bagaimana agar kita menjadi lebih percaya diri. Diantara kiat-kiat itu adalah pertama, evaluasi diri secara obyektif. Kedua, beri penghargaan yang jujur terhadap diri sendiri. Ketiga, positif thinking. Keempat, gunakan self affirmation. Kelima, berani mengambil risiko. Keenam, belajar mensyukuri dan menikmati rahmat dari Tuhan. Dan ketujuh, menetapkan tujuan hidup yang realistik. Guru secara kreatif harus menumbuhkan ketujuh kiat ini dalam diri anak-anak didik. <br /> Orang yang telah memiliki rasa percaya diri sebagaimana ditulis Abu Al Ghifari dalam buku yang sama akan memiliki karakteristik sebagai berikut, bersifat lebih independen, tidak terlalu bergantung kepada orang lain, mampu memikul tanggungjawab yang diberikan, bisa menghargai diri dan usaha diri sendiri, tidak mudah mengalami frustasi, mampu menerima tantangan dan tugas baru, memiliki emosi yang lebih hidup, tetapi tetap stabil dan mudah berkomunikasi serta membantu orang lain.<br /> Sebuah riset yang dilakukan oleh Frontiers of Creativity Research mengemukakan bahwa kreativitas pada dasarnya adalah sebuah konsep yang kompleks dan multidimensi. Karena itu definisi-definisi operasional mungkin sekali tidak dapat dipakai. Torrance telah menekankan pentingnya mempertimbangkan kemampuan, keterampilan, dan motivasi dalam mendefinisikan kreativitas. Jika kita meninjau kreativitas , berbagai makna akan muncul. Namun, makna-makna itu sangat bervariasi potensinya bagi operasionalisasi. Secara umum, kreativitas memiliki beragam makna dan implikasi. Hal ini tercermin dalam keragaman konsepsi dan nilai filosofis tentang bakat kreatif. Pandangan-pandangan tentang kreativitas dapat dideskripsikan dengan menekankan pribadi, proses, produk, dan atau lingkungan. Ada seruan bagi diadakannya upaya sistematis untuk mengintegrasikan teori-teori, dilakukan riset tentang hakekat dari criteria, dan ditemukannya definisi konseptual dan operasional yang lebih tepat. Meskipun terdapat kemajuan dalam ranah ini, tetapi tidak ada teori tunggal yang diterima secara luas. <br /> Dari segi penekanannya (Rhode, 1961) mendefinisikan kreatifitas dalam empat jenis dimensi yakni person, process, press dan product. Makna kreativitas dari dimensi person ini didefinisikan oleh Guilford (1950) dengan creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people. Definisi kreatif dari dimensi proses dikemukakan oleh Munandar (1977) : creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking. Dari dimensi press kreativitas dimaknai oleh Amabile (1983) dengan creativity can be regarded as the quality of product or respons judged to be creative by appropriate observes. Dari sisi dimensi product dikemukakan oleh Baron (1976) bahwa creativity is the ability to bring something new into existence.<br /> Guilford dengan analisis faktornya menemukan lima ciri pemikiran kreatif pertama, kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan. Kedua, keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan dan atau jalan pemecahan terhadap masalah. Ketiga, keaslian (originality) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise. Keempat, penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci. Kelima, perumusan kembali (redefinition) adalah kemampuan untuk mengkaji/menilik kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim. Jika demikian bisa diberikan pengertian secara sederhana bahwa kreativitas adalah melakukan sesuatu dengan cara berbeda. <br />Dengan demikian siswa di sekolah-sekolah yang mungkin penuh keterbatasan dengan sentuhan tangan guru kreatif akan menjadi sekolah yang diperhitungkan oleh orang lain karena telah melahirkan orang-orang besar dengan jiwa besar yang mampu memancarkan energi positif bagi lingkungan hidupnya. Mereka berkarya untuk kebaikan diri dan bangsanya. Sebuah karya besar yang dilahirkan dari kesyukuran potensi yang diberikan Allah kepadanya. Sebuah karya yang dilahirkan dari rasa kepercayaan diri bahwa dia dilahirkan untuk menjadi bintang. Kemiskinan yang mendera hanyalah sebuah alat pacu dari Allah agar lebih cepat sadar untuk sukses dan mandiri. Guru kreatif telah menghujamkan mental ini dalam jiwa anak didiknya. Dalam dirinya terdapat inspirasi bagi anak didiknya, dalam setiap langkahnya menunjukkan kreativitas, dalam setiap keterbatasan melahirkan kebermaknaan, dalam setiap ucapan terdapat motivasi dan harapan, dan dalam setiap kesederhanaan terpancar jiwa besar. Semoga Anda adalah guru kreatif itu.ahmadsastrahttp://www.blogger.com/profile/07906776347451774301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1616509755627074176.post-62396895763782260252010-05-24T17:42:00.000-07:002010-05-24T17:45:48.467-07:00disorientasi akutDisorientasi Akut<br /><br />Oleh : Ahmad Sastra<br /><br />Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).<br />(QS. Al-An’am : 62-63)<br /><br />Mengamati setiap peristiwa politik dan kepemimpinan di negeri ini nampaknya tengah terjadi sebuah malapetaka. Para elit politik yang mestinya mengemban amanah untuk menjaga dan mensejahterakan rakyat, justru tengah terjerumus pada kesalahan niat. Mereka tengah mengalami disorientasi akut. <br />Dari sisi filosofi kepemimpinan sebagai amanah rakyat telah mereka selewengkan menjadi ajang untuk kepuasan kepentingan dirinya sendiri atau kelompoknya. Ketika seorang menteri dari partai tertentu, maka yang dia pikirkan hanya bagaimana memanfaatkan anggaran untuk kepentingan proyek pribadi atau para sahabat di partainya saja. Padahal dipundak seorang menteri ada amanah semua rakyat tanpa kecuali.<br />Bandingkan dengan keteladanan seorang Umar bin Abdul Aziz dalam mengamban amanah. Suatu malam ketika beliau sedang menyendiri memikirkan dan mencari solusi permasalahan rakyatnya, datanglah anaknya yang ingin berbicara. Spontan Umar bin Abdul Aziz menanyakan apakah mau berbicara tentang urusan rakyat atau urusan pribadi. Ketika dijawab untuk urusan pribadi, maka Umar bin Abdul Aziz segera mematikan lampu di ruangan itu dengan alasan lampu itu diperuntukkan untuk urusan umat bukan pribadi. Sebab fasilitas yang dia dapatkan adalah berasal dari uang rakyat. <br />Kepemimpinan menurut Rasulullah adalah pelayan bagi rakyatnya. Namun faktanya yang terjadi kini adalah sebaliknya. Para pemimpin dengan sikap pongah justru menempatkan diri sebagai raja yang harus dilayani. Dalam mobil mewahnya mereka menutup kaca jendela agar tidak terganggu di tengah jalan oleh rakyatnya yang jadi pengemis. Kepekaan jiwanya sebagai pelayan rakyat hilang bersama kemewahan fasilitas dan kekuasaan. Alih-alih menyantuni si miskin, belum genap sebulan menjabat menteri, mereka telah menuntut kenaikan gaji.<br />Ketika Adi bin Hatim berjalan bersama Rasulullah menuju rumah. Di tengah jalan berpapasan dengan seorang wanita lemah dan tua. Wanita itu berkata, ” Wahai Rasulullah aku ingin berbincang denganmu.”. Saat itu juga Rasulullah berhenti dan berdiri sangat lama untuk mendengarkan secara seksama dan penuh simpati apa yang dikatakan wanita tersebut. Hingga terucap kata dari mulut Adi bin Hatim, ” Demi Allah ini pasti bukan seorang raja”. <br />Kondisi ini sesungguhnya diawali oleh proses yang salah sejak awal. Diawali oleh niat yang salah ketika ingin menjadi menteri atau ketika mencalonkan menjadi anggota dewan. Niat yang salah berimplikasi kepada cara yang salah. Karena niatnya untuk menggapai kekuasaan dan materi semata, maka lantas dia menghalalkan segala cara : dari money politik hingga perdukunan. Sayangnya sistem perundang-undangan tidak terlalu detail mengatur hal ini.<br />Dengan demikian setidaknya ada dua penyakit akut yang diderita oleh negeri ini : SDM yang disorientasi dan sistem yang carut marut. Dari sinilah awal bencana politik dan kekuasaan berakar. Hasilnya kekuasaan yang serakah, korup, mati rasa, zalim dan kebohongan. Dari sinilah kemudian melahirkan kemiskinan dan kesengsaraan rakyat yang kini semakin menjerat jutaan warga Indonesia. <br />Mestinya semua pemimpin sadar bahwa keuasaan itu bersifat nisbi dan singkat, namun pertanggungjawabanya sangat berat dihadapan Allah kelak. Mestinya sesuatu yang nisbi dan singkat ini dijadikan sebagai cara untuk beramal sholeh dan menggapai kemuliaan diri. Sebab sejatinya semua dunia dan isinya adalah milik Allah yang tidak ada harganya dibandingkan kenikmatan syurga yang abadi. Wallahua’lam bishawab.ahmadsastrahttp://www.blogger.com/profile/07906776347451774301noreply@blogger.com0